Chapter 40

8.6K 728 58
                                    

Taman pusat kota yang dulunya hijau, sejuk, nyaman, dan penuh dengan pepohonan. Kini berubah gersang, kering, dan menyesakkan. Hanya ada barisan batang pohon mati, dan danau yang telah mengering. Begitu menyedihkan dibawah cahaya redup rembulan yang tertutup barisan awan tebal.

Satan dan Gray masih saling berhadapan dikelilingi para iblis tingkat tinggi.

Gray tak bisa berkata-kata, dia masih cukup terkejut atas tawaran Satan yang diajukan tiba-tiba.

"Bagaimana? Kau akan mendapat kekuatan lebih, menjadi Raja Neraka setara dengan Lucifer, Bael, dan Astaroth tentunya," ujar Satan, matanya berkilat licik.

Beberapa iblis beringsut gelisah, mereka tak menyukai ide Raja Iblis mengangkat seorang manusia menjadi salah satu Raja Neraka.

Gray tak mengendurkan kewaspadaannya, dia tahu jika menolak begitu saja, Satan mungkin akan langsung membunuh dirinya seketika. Tapi, dia juga tak ingin bergabung menjadi bagian pasukan iblis.

"Apa aku memiliki pilihan untuk menolak?" Gray mencoba memancing. Pandangan matanya menatap lurus, tanpa getar langsung ke mata Satan.

"Tentu, kau berhak menerima atau menolak, Gray Aldric"

"Kenapa begitu?" Gray mengernyit heran, tak menyangka atas jawaban Satan.

"Aku tak memiliki kuasa atas dirimu, bahkan kepada bawahanku, kau bisa hidup bebas semau dirimu," pungkas Satan lantas tertawa. "Itu juga kalau kau memang ingin hidup sendiri di dunia ini, selain mendapat kekuatan tanpa batas, kau juga memiliki kuasa penuh memerintah legiun iblis, serta kebebasan tanpa takut akan dosa,"

"Apa yang kau rahasiakan?" tuntut Gray curiga. Dia menggenggam erat gagang pedangnya. 

"Cepat atau lambat kau pasti akan paham, jadi aku perlihatkan saja padamu," Satan melambaikan tangan, sebuah cermin besar muncul dari udara kosong.

Cermin itu sejenak berpendar terang menyilaukan mata, tampilannya berubah memperlihatkan pasukan ordo yang kewalahan terdesak oleh serangan iblis. Beberapa Letnan dan Kapten telah tewas bersimbah darah. Gambaran cermin berubah, dia memperlihatkan kilas balik mengenai kematian Djin, Robert, Master Kayna, Jackal, dan Master Juan. Bahkan, Master Drake dan Lucia terluka parah tak sadarkan diri. Cermin itu juga memperlihatkan kedatangan Gabriel sampai dia menjadi patung akibat kekuatan Lucifer.

Ekspresi Gray mengeras, dia berusaha untuk tetap tegar. Tapi perasaannya tak bisa dibendung lagi.

"KAU PENDUSTA!" raungnya, dada Gray naik turun meluapkan amarah.

Satan terkekeh. "Sebut aku apa semaumu, tapi aku tidak berbohong, tak ada alasanku untuk berbohong,  kenapa juga aku harus membohongi dirimu?"

Beberapa iblis ikut tertawa, tawa memuakkan penuh ejekan.

"AKU TAK PERCAYA DENGANMU!" Gray berteriak lantang, menggelengkan kepalanya kuat-kuat. 

"Ah ya, aku memiliki hadiah untukmu," Satan menyeringai licik, lalu menepuk kedua tangannya.

Dua ifrit berbadan kekar tampak menyeret rantai berukuran besar. Rantai itu digunakan untuk melilit leher dua orang gadis.

Tubuh mereka penuh luka, pakaian mereka tercabik-cabik. Bahkan mereka  nyaris bertelanjang bulat sepenuhnya, sehingga harus ditutupi dengan tangan. Nagisa dan Helena menangis tak terkendali.

Iblis-iblis yang menonton mulai melemparkan kata-kata menjurus seksual, melemparkan ejekan berbau porno, bahkan banyak yang langsung melakukan gerakan seksual seperti bermartu

"HELENA! NAGISA!" teriak Gray. Dia tak membuang waktu, bergerak cepat dia ingin membunuh dua ifrit. Tapi, Lucifer dan Bael mencegahnya, dua iblis tersebut memukul secara bersamaan bahu Gray, hingga pemuda itu terbang terpelanting beberapa meter.

The Exorcist ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora