Chapter 27

7.7K 772 12
                                    

Malam semakin larut, bintang-bintang lenyap seketika, bahkan cahaya rembulan seolah meredup selepas kemunculan salah satu dosa besar.

Mammon berdiri di atas panggung, mata hitamnya yang hitam kelam seakan ada jurang tanpa dasar di dalamnya, memperhatikan sekeliling. Angin berhembus kencang ketika dia mengayunkan tangannya.

Seluruh penduduk tadinya ketakutan kini mengikuti sang Imam, bersujud memohon ampunan kepada Mammon, bahkan Bu Yola pun bersujud. Hanya Nagisa, Helena, Robert, dan Chloe yang tak bersujud.

Tapi, keempatnya begitu takut akan kehadiran Mammon, tubuh seolah terasa lumpuh, bernapas pun nyaris tak bisa.

Di sisi lain Gray bersusah payah menundukkan ksatria berzirah, kondisinya yang tidak fit membuat dirinya kesulitan melawan mereka. Pikirannya kalut ingin segera menyelamatkan Chloe, tapi jika terus melayani ksatria ini, nyawanya pun akan terancam.

"Siapa kalian ini?!" Gray bertanya waspada. Dadanya naik turun terengah-engah.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Gray, para ksatria itu mengendurkan kesiagaannya. Tapi, mereka tak ada tanda untuk berhenti melawan.

"Kami ksatria yang dibangkitkan dari kematian, tugas kami hanya satu yaitu membunuhmu," tegas salah satu ksatria.

Gray mengernyit, dia mengusap keringat yang membasahi pipinya. "Dibangkitkan? Apa kalian zombi? Aku tak mengerti, kupikir kalian ini ksatria terhormat yang tugasnya membela kebajikan, sama sepertiku..."

"Kau tidak sama seperti kami, ordo ksatria suci tidak pantas disamakan dengan manusia berdarah iblis... Seperti kau!" nada kebencian tersirat jelas dalam suara ksatria itu.

"Aku merasa tersanjung... Sayang sekali, kalian seharusnya menikmati dunia modern seperti saat ini, mungkin naik bis keliling kota, berkunjung ke kebun binatang, bersaing mencari sepatu diskonan bermerek... Atau mencari sejarah kalian di google..."

Sejenak para ksatria itu kebingungan mendengar kata-kata Gray yang terasa kurang familier di telinga mereka.

"Benar-benar terbelakang..." Gray menggelengkan kepalanya. Dia mengangkat pedangnya sedada, mencengkeram erat gagangnya. "Tak ada waktu untuk berbasa-basi lagi..."

Ksatria itu kembali menyerang, Gray menunduk mengelak ketika tebasan keras hampir mengenai kepalanya, Gray membalas menebas tapi itu hanyalah tipuan, dia malah berlari menjauhi penyerangnya.

"Tak ada waktu lagi, aku harus pergi dari sini," batin pemuda itu.

Ksatria-ksatria tersebut tak tinggal diam, mereka mengejar di belakang Gray, walau baju zirah mereka sekarang malah menjadi beban karena beratnya.

Sementara itu, sang Imam berbisik kepada salah satu pengikutnya yang lantas bangkit berlari ke belakang mengambil sesuatu atas perintah sang Imam.

Mammon masih terdiam, tidak berbicara apapun, hidungnya kembang kempis seakan sedang mencium bau sesuatu.

"Baunya seperti... Sepupuku," seringai mengerikan terlukis di wajahnya. "Ah... Tapi pertama aku harus menyapa manusia bodoh ini,"

Tubuh Mammon menyusut mengecil seukuran manusia biasa, tapi dia tak repot-repot mengubah bentuk fisiknya yang menjijikan.

Sang Imam berdiri dari sujudnya, berjalan tergopoh-gopoh menghampiri junjungannya. "Yang Mulia Mammon," sapanya gemetaran. Dia menundukkan wajahnya, sebab dia sendiri tak tahan bau busuk menyengat yang keluar dari tubuh Mammon.

"Kau sudah melaksanakan tugasmu dengan baik," puji Mammon, bau busuk keluar dari mulutnya, seolah dia tak pernah menggosok gigi seumur hidupnya.

Sang Imam maupun beberapa orang yang terlalu dekat dengan Mammon mengernyit risih ketika bau itu sampai di hidung mereka, akan tetapi ketakutan akan hadirnya Mammon membuat mereka berusaha menyembunyikan keresahan akan bau yang menyengat hidung ini.

The Exorcist ✔️Where stories live. Discover now