Part 24 : Suatu Pagi Dalam Satu Bulan

1.1K 42 4
                                    

Sebenarnya perasaan senang mudah dibuat. Hanya bagimana kita mempresentasikan secara jelas. Berlebihan atau malah kekurangan kadarnya. Akh terlalu tinggi dan berbelit. Ini adalah cerita santai bukan memakai bahasa antah berantah yang memakai majas hiperbola dan hipertensi.

Cepat sekali waktu berputar, hingga tidak terasa sekarang bulan terakhir di semester satu. Padahal baru kemaren patah hati bersama Dean, bercanda tawa dengan Ardi dan Niko, hingga bertemu Gina. Semua menjadi padu, dirangkum di semeseter satu. Sekarang tanggal satu Desember, satu bulan dekat dengan Gina.

Gina berada didepan mata saat gue berada di atas motor, dia memberikan senyum khasnya "PAGI KAK EDGAR!" Katanya di pagi pertama bulan Desember, dia segera menaiki motor. "Mau kemanakah kita?" Gue bertanya sambil menyalakan mesin motor. "mmm..... KE DUBAI!" Gina bersemangat.

"Tidak bisa sekarang, minggu depan saja selesai UAS. Nanti dari sini kita naik onta yah, biar tidak perlu menyewa onta disana" Gue terkekeh pelan. Candaan receh yang mungkin tidak ada orang yang tertawa, namun Gina berbeda. Dia tertawa. Tulus sekali "Hahahaha" Sesederhana itu dia bisa membuat suatu pagi menjadi lebih indah.

Ah iya! Mungkin kalian kesal kenapa tidak menceritakan satu bulan bersama Gina. Sebetulnya tidak ada bedanya dengan rutinitas yang biasa gue lakukan. Hanya saja ada penambahan rutinitas yaitu mengantar jemput Gina. Kami belum pergi ke suatu tempat berduaan kecuali sekolah. Bertemu orang tua Gina saja belum.

Selama satu bulan mengenal Gina, dia adalah perempuan periang dan gemar memakan Es Krim. Setiap pulang sekolah, dia selalu mampir ke toko es krim lalu membeli rasa coklat. Menurut dia bentuk Es Krim unik ditambah rasa manis dengan warna yang lucu. Padahal Es Krim tidak bisa mengeluarkan jokes. Kok bisa lucu yah? Apa mungkin standar lucu perempuan dan laki laki berbeda? Perempuan bisa tertawa dan mengatakan lucu jika bertemu sesuatu yang imut. Sementara laki laki bilang lucu kalau tertawa. Atau malah salah? Akh sudahlah. Kok gue merasa garing.

Selama satu bulan juga gue pergi dari Dean, keadaan aman. Seperti menemukan zona nyaman dimana tidak ada tantangan. Niko dan Ardi juga menemani seperti biasa, tidak ada baku hantam dan gue mulai niat belajar karena Gina terlampau pintar. Masa iya gue bodoh. Mengalami satu bulan di zona nyaman membuat gue senang, tapi seperti ada satu hal yang hilang. Yaitu tujuan. Dulu sebelum menemukan zona ini, tujuan gue adalah mendapatkan Dean.

Mengetahui Gina yang sudah pasti suka, membuat otak berhenti melakukan kreatifitas agar Gina bisa bahagia. Tidak ada kejutan, pemberian hadiah ataupun kelakuan nekat. Hanya rutinitas seorang teman dekat. Bersenda gurau, bercerita dan mengerjakan tugas bersama. Gina membawa dampak yang baik, membuat gue rajin dan tidak nakal.

Gina memang tidak salah, tidak meminta gue untuk berubah. Untuk perempuan secantik dia saja, dia tidak pernah minta dibelikan sesuatu. Dia bisa membeli Es Krim dengan uangnya, padahal setiap ingin membeli, selalu gue tawarkan untuk dibelikan. Dia selalu menolak.

Gina adalah mahkluk yang mengesankan. Dia pandai, cantik, bahkan dia pernah menjadi gadis sampul dan sifatnya menyenangkan. Siapa saja akan bahagia jika memiliki kesempatan menjadi pacarnya, yah gue pikir begitu. Ternyata tetap saja perasaan ini datar. Dipaksa untuk hilang dari Dean dan pindah ke Gina hasilnya sama saja. Dean masih terselip, sementara Gina dianggap sebagai seorang adik.

Jadi tidak ada cerita khusus diantara kami selama sebulan. Hanya itu yang bisa kami lakukan. Namun tidak ada salahnya tetap bersama Gina. Membuatnya merasa disukai dan mungkin juga gua akan menyukai.

"Gina?"Tanya gue disela hembusan angin mendung. Sepertinya cuaca akan hujan. "Apa kak?" Gue mengendarai motor secara perlahan, tidak secepat biasanya padahal hampir telat "Pernah gak, bolos sekolah karena hal yang disengaja?"

Edgar StoryWhere stories live. Discover now