Part 6 : Ojek Online

2.5K 67 2
                                    

Ketika matahari mulai terbenam, gue sampai dirumah Dean. Mengetuk pintunya lalu mengucapkan salam "Assalamualaikum, permisi paket" Lalu muncul suara yang biasa didengar. Suara Dean "Iyaa sebentar"

Dean keluar dengan terkejut. "KAK KOK LO LAGI SIH!!" Dean berteriak tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Aduh apaan lagi sih yang lu lakuin kak"Dean tersenyum, lalu dia tertawa kecil.

"HAHAHA MAU NGAPAIN LAGI SIH KAK" Dean berbicara sambil tertawa. Gue tersenyum lebar karena didepan mata gue, perempuan yang diinginkan tertawa lepas dan tersenyum menawan "kasih lo paket, isi paketnya coklat se dus"

"Haduhh masih aja sih lo berusaha untuk coklatnya diterima, sampai lo pake baju Grab agar gua mau gitu? Terus helmnya juga helm Grab lagi. Hebat banget yah, abang grab bawa motor sport" Dean menepak pundak gue karena masih tertawa. Akhirnya tawanya reda juga "Yauda ini paketnya, dikirim oleh laki laki namanya Edgar Caesar" Gue menyodorkan dus coklat.

"Iya tau yang ngirim dia, yang nganterin dia juga lagi. Yauda deh gue mau"Dean menerima dus coklatnya "Terima kasih yah sudah mau menerima" Kata gue.

"by the way lo minjem sama siapa?" Dean bertanya sambil memegang dus coklatnya. "Sama abang grab, grab gue pesen ke rumah lu. Terus gue bilang gue pake baju sama helmnya, terus dia tany 'buat apa dek' gitu?"

"Terus lo jawab?"

"Gue jawab gini ' buat cewek bang, tadi dia nolak coklat saya. Yauda dah saya coba jadi pengantar paket siapa tau dia mau. Nanti tipnya dilebihin deh tenang aja, kalau gak percaya. Abang bawa dah ktp saya gimana?' nah pas gue bilang gitu, eh dia mau deh"

"Oh yang dirumah sebelah, cowo lagi duduk di motor, itu abang Grab?"Tanya Dean dijawab oleh anggukan gue "Iya itu abang grab, gue sekalian tukeran jaket. Liat deh umur 40an paspake jaket gue berasa umur 20an kan?"

"Hahaha iyadeh, makasih yah"Dean langsung masuk ke dalam rumah tanpa mempersilahkan gua masuk dan berpamitan. Tak apalah yang penting coklatnya diterima.

Gue menghampiri abang grab yang darisetadi cengar cengir gajelas "Cieeee ketawa tawa tuh ceweknya, gimana pelayanan abang memuaskan gak?"

"Luar biasa, yauda ini bayaran dan tipnya. Ktp saya?" Abangnya memberikan ktp sembari meledeki "Ceweknya cantik juga, pantas kau tergila gila yah"

"Sangat gila bang kalau urusan denganya"

"Widihhh asiiiikkk, sudah yah saya pamitan semoga kalian langgeng " Abangnya menyalakan motor dan pergi. Belom juga jadian udah didoain langgeng. Yaudalah gak apa apa semoga gue langgeng bersama dia jika sudah pacaran. Gue menyalakan motor dan pulang ke rumah.

*****

Sekarang, gue sudah sampai di rumah. Rumah besar dengan segala fasilitas yamg mubazir, gue tinggal disitu. Berdua oleh Bi Sari. Pengasuh gue dari masih kecil. Ayah entah sekarang lagi dimana. Sementara Bunda mungkin sedang berkutik dengan pasiennya.

Ayah dan Bunda bisa memperlakukan orang lain dengan baik. Sayang, anaknya di perlakukan seperti ini.

"Eh Edgar udah pulang, kenapa mukanya lesu amet?" Tanya Bi Sari sambil menyodorkan teh manis hangat di meja saat gue duduk di sofa. Gue lesu karena tadi sepulang sekolah ditolak oleh Dean walau pada sore diterima olehnya dengan raut yang menyenangkan.

Tetap saja badan gue lesu. Selain tenaga yang dikeluarkan, perasaan juga ikutan ke dalamnnya. Maka dari itu campuran perasaan dan tenaga membuat wajah gue lesu.

Gue merentangkan tangan lalu menghela nafas panjang. Gue mengambil teh yang telah disediakan, lalu menatap Bi Sari "Bi maaf, aku lagi capek banget. Aku ke kamar yah" senyum terpaksa keluar.

Gue berjalan membawa tas, memasuki kamar yang terletak di lantai dua. Gue merebahkan badan ke kasur, melihat atap lalu memikirkan hari ini. Hari dimana ditolak dan diterima. Kedua perasaan yang sama menghiasi hari ini. Ada sendu namun bahagianya juga.

Berusaha untuk bangkit dari kasur, gue pergi menuju meja belajar. Melihat ke depan, semua foto Dean ada disitu. Gue foto dia diam diam.Di belakang foto ada caption, semisal saat gue melihat Dean bermain basket saat classmeeting, gue tulis captionnya gini

' De, suatu saat kita akan main bareng. Kalau kamu menang aku gendong. Kalau kamu kalah aku tetep gendong. Aku gamau kamu cape. Karena ngeliat kamu cape aku merasa bersalah kenapa bisa membiarkanmu begitu'

Semua foto Dean gue liat satu satu. Saat Dean tersenyum atau saat Dean sedang bengong.

Dia gapernah tau sejak kapan gue suka dia. Saat pertama kali gue bantu dia dalam kegiatan pramuka. Semenjak itu, gue selalu mengikuti kegiatan dia tanpa dia sadar.Dia gapernah sadar, ada orang yang rela berkorban demi dia.

Perasaan ini sepi. Bingung harus bagaimana. Ingin rasanya bertemu Dean, menatap dia penuh makna. Menatap sangat dalam, memegang tangannya lalu melupakan waktu karna senang ada dia disebelah.

Dengan mata masih melihat fotonya, gue merasakan ada senyum tipsi yang keluar. Mengingat kejadian sebelum magrib. Senyumnya begitu manis, rasanya ingin dimiliki. Walau pada siang hari ditolak depan banyak orang membuat perasaan kacau.

Perasaan malu ketika ditolak dan dilihat dengan iba oleh banyak mata, membuat diri rasanya ingin menjauh dari Dean. Namun tetap saja dia selalu ada di kepala

Dean, kamu lagi apa?

*****

Sekarang jam menunjukan pukul 2.16 gue masih belom tidur sama sekali. Hanya menatap laptop, melihat foto kenangan bersama Ayah dan Bunda. Sesekali gue melihat semua puisi diam diam buat Dean. Melihat foto Dean, melihat semua sosial media Dean. Semuanya tentang Dean gue perhatikan.

Berharap Dean menghubungi ketika gue sulit tidur atau merasa sepi ditinggal entah kemana oleh kedua orang tua. Berharap diperhatikan oleh Dean saat kedua orang tua sibuk memperhatikan karir. Juga bercanda tawa hingga lupa waktu saat kedua orang tua tidak punya waktu.

Tiba tiba ponsel gue berdering. Buru buru gue buka. Siapatau dari Dean.

You have a new question!

Ah cuman ask.fm.

Kak! Apa kabar? Aku kangen kakak. Kakak gak kenapa napa kan? - &

Ah siapasih dia. Selalu gue dapet kayak ginian semenjak gue kelas xi. Engga surat cinta, surat mading, kado dan banyak macam hal selalu aja ada. Kemarin juga dia mengirim saat gue juara lomba.

Ciri khas pengirim adalah tanda '&' maksudnya apa coba.

Gue sendiri gatau dia, dan gamau tau dia siapa. Yang gue mau tau bagaimana gue bisa dapetin hati Dean. Sekarang sudah malam, sudah waktunya gue tertidur. Bukan malah memikirkan siapa pengirim rahasia ini.

Percuma jika bukan Dean, maka semua hadiah dari dia tidak bisa meluluhkan jika bukan dari Dean. Gue beranjak dari kursi dan menjatuhkan badan ke tempat tidur. Memejamkan mata untuk bisa terlelap.

Edgar StoryWhere stories live. Discover now