Chapter 20: Wasn't Expecting That

Start from the beginning
                                    

Seulgi menghela napasnya saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, di antar Jimin tentunya. "Ini salahku. Harusnya kemarin, aku tidak memberitahunya." 

Sebelum berangkat kerja kemarin, Seulgi memang sempat memberi tahu Yerim mengenai Jimin dan dirinya yang sudah membeli rumah, di dekat rumah sakit Yonsei. Sedikit lebih jauh dari tempat kerja masing-masing, tetapi halaman, rumah, lingkungan, semua cocok di sana. Sedikit jauh tidak apa-apa, asalkan bisa ditinggali selamanya. Seulgi juga bilang pada Yerim bahwa dia bisa tinggal bersama mereka, tetapi Yerim bilang tidak usah. Namun, lihat apa yang terjadi. Yerim menolak pulang. 

"Tetapi syukurlah Yerim punya Jungkook, jadi ada orang yang bisa menjaganya walaupun dia marah pada kita." 

Seulgi sama sekali tidak merasa baikan mendengar kata-kata Jimin. Dia hanya melihat jendela dan memikrikan masalahnya sendiri.

"Seulgi noona, aku tahu kamu khawatir. Nanti saat Yerim pulang, kita bicarakan baik-baik dengannya. Jangan khawatir. Yerim baik-baik saja. Percaya pada Jungkook. Jungkook anak baik." 

"Aku tahu, tapi--" Seulgi menoleh, "--Yerim sudah seperti anakku sendiri, maksudku adikku sendiri. Dia sedih seperti ini karena merasa ditinggalkan." 

"Kita tinggal membuatnya merasa tidak ditinggalkan. Kita akan selalu ada untuk Yerim. Kita keluarganya, jangan khawatir. Kita akan bicarakan ini baik-baik dengan Yerim." 

*** 

Taehyung menggelengkan kepalanya saat memasuki ruang hotel Jungkook dan Yerim. Selimut diatas sofa yang berantakan, wow. Liar. Begitu pikir Taehyung. Apalagi saat melihat rambut Yerim yang basah. Bahkan dia saja belum melakukan apa-apa dengan Sooyoung. Dasar magnae liar.

"Ku bawakan baju dan makanan." Ucap Taehyung sambil meletakkan plastik di meja, mengabaikan Yerim yang melihat Jungkook, yang mengangkat bahunya.

Sooyoung yang masuk terakhir, hanya memeluk Yerim, erat. "Pasti berat untukmu." bisik Sooyoung dan membuat Yerim membelalakkan matanya. Kaget, kenapa Sooyoung bisa tahu.

"Aku memaafkan kalian, tapi setelah check out nanti, kalian harus segera pulang. Tidak boleh ada ronde selanjutnya. Apa kalian tidak merasa bersalah pada calon suami istri ini? Kami bahkan belum melakukan apa--aw!" Taehyung menoleh dan melihat Sooyoung menatapnya kesal. Nampaknya tadi Sooyounglah yang memukul punggungnya. 

"Calon suami istri?" Yerim membeo. 

"Iya, kami akan menikah." Jawab Taehyung, dan membuat Sooyoung menghela napas.

"Masih lama, aku saja masih belum punya cincin." Potong Sooyoung, membuat Yerim percaya ucapannya. 

"Tidak selama itu, mungkin bulan maret tahun depan? Kalau cincin saja ya Sooyoung, aku bisa membelinya hari ini juga. Aku memang editor buku, tapi aku punya tabungan dan gaji." Ujar Taehyung mantap.

"Ah, begitu." Yerim mengangguk, sementara Sooyoung menggeleng. 

"Dia itu bohong, tidak begitu kok Yerim. Kita masih lama menikahnya. Kami masih mau tinggal di rumah biru,"

"Tidak tinggal di rumah biru juga tidak papa." Sooyoung dan Jungkook bisa mendengar suara Yerim yang memelan seraya berkata. Mengajak Taehyung ke sini, memang ide buruk. 

"Ayo kita berangkat ke kantor," Usir Sooyoung. "Baju dan semuanya ada di tas itu. Di plastik ada bubur. Perutmu pasti tidak enak--"

"Kenapa tidak enak? Yerim hamil?"

"Taehyung!" Sooyoung berseru. "Kami permisi dulu, makanlah. Kamu juga Jungkook," Lalu Sooyoung menarik Taehyung keluar dari ruang hotel, meninggalkan Jungkook dan Yerim berdua.

Roommate ✅Where stories live. Discover now