Chapter 18: Bittersweet

5.2K 761 114
                                    

Jimin memperhatikan apa yang sedang digendong Seulgi setelah beberapa menit membuka pintu. Iya, baru saja Seulgi keluar untuk membuka pintu karena ada yang memencet bel. Dan hwala, Jimin hanya bisa mengerjabkan mata saat melihat Seulgi menggendong bayi di pelukannya.

"Hallo, Jiwon." Yerim melambaikan tangannya bermain dengan si bayi, saat turun dari tangga. Iya, dia habis mandi di kamar mandi lantai 2 seperti biasa. "Tetangga sebelah nitip lagi ya?"

"Nitip lagi?" Jimin membeo, tidak paham.

Yerim mengangguk seraya masuk ke ruang makan dan duduk di sebelah Namjoon. "Akhir-akhir ini tetangga sebelah sering nitip anaknya ke sini. Aku dan Seungwan eonni sering sekali menjaga dia." 

"Tetangga sebelah kerja sebagai apa?" Tanya Namjoon. Ah, iya. Namjoon dan Jennie pulang tadi malam. Penerbangan terakhir, sehingga saat mereka sampai rumah tidak ada yang bisa bertanya, layaknya para paparazi yang bertanya tentang hubungan para artis. 

Yerim bergumam, "Apoteker. Apotek dekat pintu masuk stasiun 8. Istrinya sedang pulang ke kampung katanya, mengurusi ibunya yang sakit. Jadi mereka minta tolong kita," 

Jimin dan Namjoon mengangguk paham. Jimin melirik dengan ekor matanya. Pemandangan ini baru bagi mata Jimin. Seulgi menggendong bayi, dan bermain dengannya di pelukannya. Alangkah menyenangkannya kalau anak bayi itu adalah anak mereka. Jimin tidak sabar untuk mempunyai keluarga sendiri. Soon as possible. Tinggal di rumah sendiri, dengan memelihara satu kucing dan satu anjing, punya dua anak laki-laki yang akan melindungi ibunya sampai tua--

"Tapi siapa yang mau menjaga dia? Bukannya semua bekerja?" Tanya Namjoon menghancurkan Jimin yang sedang berkhayal. Kenapa semua orang di rumah ini suka sekali menghancurkan kesenangannya? Kemarin Yoongi dan sekarang Namjoon.

Seulgi menjawab "Aku dan Jimin tidak bekerja. Aku dan Jimin mengambil jadwal libur. Aku mau mencari rumah."

dan jawaban Seulgi membuat Yerim memainkan matanya, kaget. "Kenapa harus cari rumah?" 

"Family, Kim Yerim?" Jimin berkata, dan Yerim mengangguk dengan senyum teraneh yang pernah Seulgi lihat. 

"Oh Yerim. Jimin, atau kita tidak usah mencari ru--"

"Jangan Eonni. Tidak papa. Eonni kan memang mau menikah, masa masih tinggal sama kita." Yerim tersenyum sedikit lebih lebar. "Cari rumah yang ada halamannya, supaya nanti anak-anaknya Eonni sama Oppa bisa main di halaman."

Jimin tersenyum sambil melihat Yerim. "Yer, jangan khawatir. Kami nggak meninggalkan kamu. Kamu bisa tinggal sama kami kalau kamu mau."

"Terus dengar kalian malam-malam dan--"

"KIM--Yerim!" Seulgi hampir berseru kalau lupa dia sedang menggendong bayi yang asik mengisap dotnya. 

"Oh!" Suara Jennie terdengar dari ruangan lain, sebelum akhirnya terlihat batang hidungnya memasuki ruang makan. "Halo, ganteng siapa namanya?" Tanya Jennie sambil mengambil tangan si bayi dan mengoyang-goyangkan tangannya. "Eonni, dia boleh aku gendong nggak?" 

Tanpa mengatakan apa-apa, Seulgi menyerahkan Jiwon ke Jennie, dan membiarkannya menggendongnya. Namjoon, tanpa sadar menutup bibirnya rapat-rapat saat melihat Jennie mendekatkan hidungnya ke hidung bayi tersebut, dan mengosok-gosokkan hidungnya ke hidung bayi, dan si bayi tertawa. Sial. Namjoon lemah melihat pemandangan di depannya. Peduli setan Jennie mau menolaknya atau bagaimana, malam ini dia harus melamar Jennie. Dia tidak sabar melihat Jennie memperlakukan anak mereka seperti itu nanti. 

"Namanya siapa sih? Gemes." Ujar Jennie, tapi matanya menatap Namjoon yang tiba-tiba tersenyum. 

"Jiwon." Namjoon menjawab, dan Jennie mengangguk. "Anak tetangga sebelah," lanjut Namjoon lagi, lalu mengambil gelas di sebelahnya dan meminumnya.

Roommate ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang