[35] ─ Hari Penting

10.6K 612 29
                                    

❝Berikan aku kesempatan untuk menjadi orang yang menggenggam erat tanganmu❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berikan aku kesempatan untuk menjadi orang yang menggenggam erat tanganmu

─────🎈─────

Lyn tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya setelah menghabiskan waktu banyak bercerita dengan Cery--mama Dhika yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri. Bahkan sering kali ia dibuat tertawa dengan candaan receh antara Devan dan Dhika.

Sangkin senangnya, Lyn berjalan riang seraya menggandeng lengan Dhika yang terheran-heran melihatnya.

"Senang amat kelihatannya" celetuk Dhika

"Iya dooong!"

Masih dengan senyum yang tertampang jelas, keduanya berjalan-jalan keliling komplek rumah Dhika. Tentu saja atas keinginan Lyn yang mengatakan ingin berbicara berdua bersama Dhika.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Dhika

Mereka sudah berjalan jauh dari rumah. Lyn menunjukkan cengirannya, "kita harus ngomong di taman" ucapnya

"Kenapa?"

Tiba-tiba Lyn menunjukkan wajah memberengutnya, "kamu ga inget hari ini hari apa? Ihhh jangan bilang kamu lupa?!"

Dhika melindungi dirinya dari tabokan cewek itu dengan cara menghindar, "eh-eh sakit woi, nenek lampir"

"Nenek lampir? Hellow muka bidadari gini, buta hah?"

Dhika mencibir membuat Lyn ingin sekali menggorok wajah sahabatnya itu.

Sampai di taman yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Dhika jika berjalan kaki. Lyn melepas gandengannya pada Dhika, lalu berlari-lari kecil menyusuri taman seperti anak kecil. Disinilah dulu biasanya Dhika dan Lyn menghabiskan waktu bersama.

Ketika Dhika yang sibuk dengan gamenya kemudian Lyn akan merecoki permainannya dengan berbagai cara, tempat keduanya untuk mengerjakan tugas walau Dhika seringkali malas untuk mengerjakankan, atau menjadi tempat untuk Dhika berkeluh-kesah tentang kondisinya yang masih belum sepenuhnya pulih.

Lyn senang bisa menjadi sandaran Dhika dikala cowok itu tidak mampu menghadapi mimpi buruk yang selalu menghantuinya. Tidak banyak yang bisa Lyn lakukan untuk meredakan sakit yang Dhika rasakan selama kehilangan ingatan selain mengingatkan untuk terus meminum obat secara teratur.

"Aku masih ingat jelas tau. Kamu tiba-tiba nyuruh aku datang ke tempat ini, terus nangis sampai ingus kamu nempel dibajuku, ewhhh" geli Lyn menggidikkan bahunya.

Dhika duduk di salah satu kursi hanya memberikan senyuman tipis, benar, dulu Dhika pernah menangis histeris dan melimpahkannya semua pada Lyn, dia pun tidak tahu alasan mengapa sebegitu sedihnya waktu itu. Menangis dengan perasaan kosong.

"Dan, aku ingat, kamu itu selalu maksa aku pakai pita ke sekolah. Gara-gara kamu, ini.." Lyn membalikkan badannya seraya mengangkat tinggi-tinggi pita yang terikat di rambutnya, "aku jadi kebiasaan pakenya, disekolahku yang sekarang, mereka anggap aku kayak anak kecil tau!"

The Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang