✔DUAPULUHSATU✔

Start from the beginning
                                    

Ali masih menatap ke arah Aurel. Ia benar-benar bingung dengan keadaan ini. Dulu Papanya memang pernah cerita punya saudara wanita tapi tinggal di Luar Negeri. Untuk nama Ali benar-benar lupa karena waktu itu Ali masih kecil.

"Tante Aurel? Om Adrian?" panggil Ali. Aurel tersenyum, begitupun Adrian.

"Apa kamu tidak ingin memeluk Tantemu ini?" Aurel menyeka kedua pipinya lalu merentangkan kedua tangannya. Bersiap menerima Ali dalam pelukannya.

Tangis Aurel semakin pecah saat Ali memeluknya. "Kami janji akan merawatmu. Menjagamu dan menganggap kamu anak kami sendiri." Aurel mengusap punggung Ali dengan penuh kasih sayang.

Tak bisa di pungkiri, Alipun ikut menangis saat memeluk Aurel. Rindu akan sosok seorang Ibu sedikit terobati. Dan tanpa sadar mulutnya mengucapkan sebuah kata yang membuat Aurel semakin menangis dan memeluk Ali.

"Mama..."

✔✔✅✔✔

Ali tak menyangka jika Ia akhirnya akan bertemu dengan saudara orang tuanya. Mereka benar-benar sangat baik dan ramah. Saat ini mereka berkumpul di ruang tengah, termasuk Nick yang sedari tadi hanya memasang wajah masamnya.

Nick duduk jauh di ujung sofa. Sementara Ali dan Prili duduk berdampingan berseberangan dengan Adrian dan Aurel.

"Jadi benar kalian sudah menikah?" tanya Adrian menatap Ali dan Prili bergantian.

Ali mengangguk lalu meraih jemari Prili dan menggenggamnya. "Benar Om. Kurang lebih 4 bulan yang lalu dan sekarang Prili hamil anak Ali." 

Adrian dan Aurel tampak saling berpandangan lalu beralih menatap Nick. Meminta penjelasan. "Apa yang membuktikan kalo kalian udah nikah? Liat. Mereka gak pake cincin pernikahan." Akhirnya Nick buka suara juga.

"Pernikahan bukan tentang cincin dan mahar tapi tentang cinta dan masa depan." jelas Ali. Tangannya masih menggenggam jemari Prili. "Hidup dengan orang yang kita cintai, membangun masa depan dan menghabiskan waktu bersama sampai tua nanti."

Prili tersenyum mendengar penjelasan Ali. Mereka saling berpandangan sesaat.

"Nick. Jelaskan sama Papa kenapa kamu melakukan ini semua. Kamu sudah tau kan kalau Kanaya sudah menikah lalu kenapa kamu mengakui kalau anak itu anak kamu?" tanya Adrian membuat Nick bungkam.

"Mungkin Prili pergi itu juga karena anak Om." ucap Ali tiba-tiba.

Adrian kembali menatap tajam Nick. "Apa itu benar Nick?" Tapi Nick masih saja diam. "Kamu sungguh keterlaluan Nick. Sekarang juga Papa akan mengirimu ke Luar Negeri. Kamu akan melanjutkan sekolahmu di sana dan kamu akan tinggal di Asrama Sekolah----"

"Tapi Pa." Nick hendak protes tapi Adrian mengangkat jari telunjuknya.

"Tak ada penolakan. Kamu sudah kelewatan. Dan satu informasi untuk kamu. Ali dan kamu adalah saudara. Jadi jangan pernah berpikir kamu bisa merusak kebahagiaan mereka berdua."

Nick rasanya sudah tak sanggup lagi berada di ruangan itu. Ia lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergit begitu saja.

"Nicholl---" panggil Aurel tapi di tahan oleh Adrian.

"Biarkan saja Ma. Anak seperti itu harus di beri pelajaran." ucap Adrian dengan tegas.

"Tapi Pa. Papa gak perlu ngirim Nick ke Luar Negeri segala Pa..." rengek Aurel.

"Sudahlah Ma. Nanti kalau Nick sudah lulus juga akan kembali ke sini." Adrian beralih menatap Ali dan Prili. "Ali. Mulai sekarang kamu tinggalah di sini. Anggap saja kami ini orang tua kamu sendiri."

JALAN KITA [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now