✔DELAPANBELAS✔

3.6K 390 18
                                    

Warning:
Adegan Semi

✔✔✅✔✔

Begitu sampai di tempat kost, Prili langsung mengambil baju ganti di lemarinya dan melangkah ke kamar mandi. "Aku duluan ya yang mandi."

Ali tak menjawab tapi Ia hanya tersenyum. Menatap punggung Prili yang akhirnya menghilang di balik pintu kamar mandi.

Hari ini Prili merasa benar-benar lelah. Walaupun hari sudah malam tapi mandi membuatnya bisa sedikit fresh. Prili bersenandung kecil sambil mengguyur badannya.

Prili lupa mengunci pintu kamar mandinya dan tak sadar jika pintu kamar mandinya terbuka perlahan. Sosok Ali muncul dari balik pintu kamar mandi. Prili masih terus menyanyi dan tak menyadari kehadiran Ali.

Ali hanya memakai celana pendek dengan tubuh bagian atas dibiarkannya polos. Matanya menatap tubuh Prili mulai dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Senyumnya mengembang dan sedetik kemudian Ali langsung mendekati Prili dan memeluknya dari belakang.

Prili yang tampak terkejut hampir saja melempar gayung yang di genggamannya. "A-Ali? Ka-kamu ngapain di sini?"

Ali tak menjawab tapi Ia malah mempererat pelukannya dan meletakkan dagunya di atas pundak Prili. Prili sedikit merinding saat tangan hangat Ali menyentuh kulitnya. Keduanya sama-sama terdiam. Prili memilih tak melanjutkan aktifitas mandinya.

Jantungnya benar-benar berdegup kencang. Prili bingung harus bersikap seperti apa. Apa mungkin Ali mau melakukan itu sekarang? pikirnya.

Jantung Prili semakin berpacu cepat saat nafas Ali menyapu area lehernya dan mengecupnya pelan. "Apa aku boleh melakukannya sekarang?" tanya Ali lirih.

Prili terdiam sambil menggigit bibir bawahnya. Perlahan ia menganggukkan kepalanya membuat senyum Ali merekah seketika. Ali langsung mengangkat tubuh Prili dan membawanya keluar kamar mandi.

"Eh stop Li. Aku belum selesai mandi. Tadi cuman gosok gigi aja---"

"Gak pa-pa sayang." sela Ali cepat. "Nanti kita bisa mandi bareng dan sambil melanjutkan permainan kita."

"Iiiih cuami aku mecum banget sih." Tangan Prili refleks menyubit pipi Ali. Ali lalu meletakkan tubuh polos Prili di atas tempat tidur dan tanpa memberi jeda, Ali langsung menyerang Prili.

Rasanya Ali sudah tak sabar ingin mempunyai seorang anak.

✔✔✅✔✔

Hampir jam 7 pagi tapi Prili masih saja bergelung di balik selimut. Sementara Ali sudah tampak segar dan memakai baju kerjanya. Menatap ke arah tempat tidur dengan kening mengernyit.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Ali sambil duduk di tepi tempat tidur. Mata Prili terpejam dan Ia hanya menggeleng. Badannya terasa remuk redam. Tulangnya serasa patah dan bagian kewanitaannya terasa nyeri. Untuk bangun saja tak sanggup apalagi untuk berjalan.

Ali yang menyadari hal itu merasa sangat bersalah. Tangannya menyentuh kening Prili dan mengusapnya dengan ibu jari. "Maaf kalau aku yang bikin kamu sakit."

Prili membuka matanya perlahan lalu menggeleng lemah. "Aku gak pa-pa. Kamu kerja aja. Tapi maaf ya aku gak bisa nyiapin sarapan buat kamu."

Ali tersenyum, ibu jarinya masih mengusap kening Prili. "Gak usah pikirin aku. Hari ini aku akan temenin kamu di sini."

Prili menggeleng cepat. "Jangan. Kapan hari kamu udah gak masuk. Kalo sekarang gak masuk lagi nanti kamu bisa di pecat. Kamu kerja ya. Aku bakalan istirahat di rumah."

Ali terdiam dan berpikir sejenak. "Ya udah nanti istirahat siang aku pulang sebentar." putus Ali. Prili hanya bisa mengangguk dan tersenyum kecil.

Ali lalu mendekatkan wajahnya. Mencium kening Prili kemudian mencium bibir Prili. Prili mendorong dada Ali pelan agar melepas kaitan bibirnya. "Udah sana berangkat. Nanti telat."

"Oke. Aku berangkat ya. Kamu tiduran aja. Gak usah kemana-mana. Tunggu sampe aku pulang!"

Prili mengangguk lagi dan membiarkan Ali meninggalkannya. Prili mendesah pelan saat sosok Ali sudah menghilang. Sepi.

Ingin sekali Ia bangun tapi badannya benar-benar terasa sakit. Akhirnya Prili hanya bisa pasrah dan tiduran di tempat tidur.

✔✔✅✔✔

Beberapa bulan kemudian...

Max yang awalnya menyimpan rasa untuk Prili akhirnya bisa menerima kenyataan bahwa Prili memang bukan untuk dirinya.

Dan semenjak Prili hamil, Ali melarangnya untuk kembali bekerja. Usia kandungannya baru memasuki trimester pertama tapi Ali begitu perhatian dan posesif.

Setiap istirahat Ali selalu menyempatkan untuk pulang karena memang jarak tempat kerja dan rumahnya tidak terlalu jauh. Sejak hamil, Prili semakin manja. Ada saja hal-hal unik yang Ia minta.

"Li, anak kamu ileran loh nanti." ancaman Prili selalu itu-itu saja.

"Ya tapi gak yang itu, Prill. Aku malu sama tetangga."

Prili tak menjawab. Ia langsung membuang mukanya dan tidak mau menatap ke arah Ali.

"Gimana kalo kita makan diluar. Aku hari ini gajian loh." bujuk Ali tapi sepertinya memang tidak mempan untuk Prili.

"Pokoknya aku mau makan masakan punya Bu Lusi tetangga kita. Itu enak banget loh Li baunya. Aku pengen makan itu." rengek Prili.

Ali menghela nafas panjang dan membuangnya cepat. Akhirnya untuk kesekian kalinya Ia menuruti apa yang diinginkan Prili.

Prili tersenyum sumringah saat Ali keluar dari rumah. Rasanya Prili benar-benar tak sabar ingin mencicipi masakan tetangga sebelah. Dari aromanya saja sudah di pastikan enak.

Tak lama kemudian Ali kembali dengan membawa makanan pesanan Prili. "Nih. Untung Bu Lusi ngerti kalo kamu lagi ngidam."

"Makasih ya Li. Kamu emang suami paling pengertian." puji Prili sambil menerima makanan dari tangan Ali. Prili mengambil sendok dan langsung menyuapkan ke dalam mulutnya.

Bola matanya berputar kesana kemari. Mulutnya mengunyah lalu sedetik kemudian keningnya mengernyit. "Kok rasanya kayak gini?" protes Prili.

Kening Ali ikut mengernyit. Matanya beralih menatap seporsi ayam betutu di depan Prili. Ali jelas tak tau rasa makanan itu seperti apa. Ia hanya mengangkat kedua pundaknya.

"Udah ah. Gak enak. Masih enakan lontong balap di Surabaya." Prili meletakkan sendoknya dan mengambil air putih.

"Trus ini gimana? Gak di makan?" Prili hanya menggeleng. "Trus siapa yang ngabisin? Aku mana doyan makanan kayak gini?"

"Ya udah balikin aja sama Bu Lusi." Jawab Prili enteng.

"Apa?" pekik Ali. Ia lalu mengelus dadanya pelan. "Sabarrr. Orang sabar banyak yang sayang."

"Li. Katanya tadi mau ngajakin makan diluar. Sekarang aja yuk. Laper nih." rengek Prili dan sama sekali tak mempedulikan Ali yang tampak stres karena harus menuruti keinginan Prili.

Ali kembali menghela nafas panjang. Memang harus ekstra sabar menghadapi ibu hamil.

✔✔✅✔✔

Setelah selesai sarapan, Ali langsung mengambil tas ranselnya. Tas itu berisikan bekal makan siang untuk Ali. Karena rencananya Ali tidak akan pulang, partner kerjanya ijin tidak masuk jadi pekerjaannya hari ini di jamin akan sedikit bertambah.

Prili menatap kepergian Ali sambil mengusap perut buncitnya. Hari ini Ali ada jadwal masuk pagi. Setelah menghilang dari pandangan matanya, Prili membalikkan badannya. Baru saja selangkah Ia meninggalkan teras rumah tapi langkahnya terhenti saat Ia mendengar seseorang memanggil namanya.

"Nona Kanaya!"

✔✔✅✔✔

Surabaya 14-12-2017
✔AyaStoria

Alurnya agak q cepetin dikit ya. Prili udah hamil aja....tokcer dan vitamin dari Ali 😁😁

Di sini akan ada banyak konflik. Tapi tenang aja...aku gak akan bikin konflik yang berbelit-belit kok.

Oke gaes...
Jgn lupa voment ya.

(Badan msh drop jdi mav kalo baru bisa update)

JALAN KITA [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now