✔DUAPULUHSATU✔

4.4K 466 30
                                    

✔✔✅✔✔

"HENTIKAN!!!"

Nick menolehkan kepalanya, menatap ke arah Adrian dan Aurel yang tampak melangkah ke arahnya. Lalu Nick kembali menatap Ali yang masih berada dalam dekapan Prili.

"Mampus aja lo." umpat Nick sebelum mundur sedikit dan memberikan Adrian jalan.

Aurel melepaskan kaitan tangannya di lengan Adrian saat Adrian melangkah lebih dekat ke arah Prili dan Ali. Adrian lalu duduk jongkok di depan mereka. Nick hanya mengernyit, bingung dengan sikap Adrian.

"Apa benar nama kamu Ali?" tanya Adrian dengan pandangan mata lurus menatap manik mata hitam Ali.

Prili perlahan melepaskan pelukannya. Ali mengangguk. "Benar."

"Nama lengkap?"

"Da-Dava Vaerali." jawab Ali lagi.

"Pa. Papa kenapa malah interview sih. Udah seret keluar aja Pa---!"

Kalimat Nick terhenti saat tangan kanan Adrian terangkat ke arah Nick tapi pandangan matanya masih menatap bola mata Ali. "Selama ini kamu tinggal di mana?"

"Dulu saya di sini, hanya ngekost. Lalu saya pindah ke Bali dan menikah dengan Prili di sana."

Mata Adrian beralih sebentar ke arah Prili lalu kembali menatap Ali. "Orang tua kamu?"

Ali terdiam, agak lama. Ia menundukkan pandangannya membuat Prili refleks mengusap punggung Ali, memberinya kesabaran.

"Pa. Kalo Papa gak bisa usir dia, biar Nick aja yang usir---!"

"Kamu bisa diam tidak?" Adrian menolehkan kepalanya menatap garang ke arah Nick. Nick langsung bungkam ketika melihat kemarahan Adrian. Adrian termasuk orang yang sabar dan tak banyak bicara tapi saat marah, semua orang takut kepadanya. "Kalau kamu tidak bisa diam, Papa yang akan menyeretmu keluar!"

Nick semakin emosi. Matanya menatap wajah Ali yang sudah hampir babak belur karena ulahnya. Banyak luka di wajah Ali dan ada beberapa yang mengeluarkan darah.

"Dimana orang tua kamu?" tanya Adrian lagi saat Ali masih menunduk.

"Saya yatim piatu. Kedua orang tua saya sudah meninggal." jawab Ali lemah sambil mengangkat kepalanya.

"Meninggal?" tanya Adrian lirih.

"Ya Pa. Orang tua Ali memang udah meninggal waktu Ali masih kecil. Mereka kecelakaan mobil. Selama itu Ali tinggal di Panti Asuhan." Prili ikut menyahut.

Mendadak wajah Adrian berubah tegang. "Adam Vilari dan Diva Anastasya?" ucap Adrian menyebutkan 2 buah nama yang membuat kepala Ali mendongak.

"Bagaimana Anda tahu nama kedua orang tua saya?" tanya Ali balik.

Senyum Adrian mengembang dan airmatanya tumpah. Tanpa menjawab pertanyaan Ali, Adrian langsung merangkul Ali. Sangat erat. "Akhirnya, akhirnya aku bisa menemukanmu."

Seisi rumah tampak tercengang menatap ke arah Adrian. Beberapa bodyguard Nick tampak bingung dan saling menatap satu sama lain. Nick juga tak kalah syoknya. Aurel yang melihat kejadian itu langsung berlari menghampiri Adrian yang tampak menangis memeluk Ali.

"Maaf. Maksud Anda apa?" tanya Ali lirih.

Adrian melepaskan pelukannya. Ia lalu menyeka airmatanya. "Kau keponakanku. Aku adalah adik ipar dari Papamu. Dan ini--." Adrian menyambut kedatangan Aurel. Aurel ikut berjongkok di depan mereka. "Dia adik Papamu. Namanya Tante Aurel."

Mata Ali dan Prili beralih menatap Aurel yang sudah tersenyum dengan buliran airmata jatuh ke pipinya. "Om Adrian benar. Kamu keponakanku, Ali. Selama ini kami terus mencari keberadaanmu. Kami pikir, kamu ikut meninggal dalam kecelakaan itu. Tapi ada saksi mata yang mengatakan kepada kami bahwa kamu di bawa oleh seseorang. Tapi sayangnya, kami tidak bisa menemukan orang itu. Selama itu kami terus mencari. Dan akhirnya kita bisa bertemu di sini."

JALAN KITA [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now