Prili beranjak dari tempat duduknya dan langsung menghampiri cafe itu. "Mas saya liat di sini ada lowongan ya?"

Seorang pelayan cafe menatap Prili dari ujung rambut ke ujung kakinya. Prili mengernyit.

"Mbaknya mau melamar pekerjaan?" tanya pelayan itu balik.

Prili mengangguk cepat. "Iya Mas. Bisa kan?"

"Tunggu sebentar. Saya panggilkan Manager saya dulu!"

Prili tersenyum lega. Ia berharap kali ini Ia akan mendapatkan pekerjaan. Seorang laki-laki yang mungkin seumuran dengan Ali keluar dari sebuah pintu. Memakai jas warna hitam dan penampilannya sangat menarik. Laki-laki itu menghampiri Prili dengan senyum merekah di bibirnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya laki-laki itu dengan logat bulenya. Prili baru menyadari jika laki-laki di depannya ini adalah seorang bule.

"Eh halo Mister. Saya Prili" Prili menjulurkan tangannya dan laki-laki itu membalasnya. "saya mau melamar pekerjaan di sini. Apa bisa?"

"Are you serious?" tanya laki-laki itu. Prili mengangguk yakin. Laki-laki itu menatap penampilan Prili yang terbilang sederhana tapi terlihat beda di matanya. Prili mengikuti arah pandang laki-laki bule itu yang masih saja menatap dirinya.

"Mister? Mister? Bisa kan?" tanya Prili sambil mengayunkan telapak tangannya di depan wajah sang Manager. Laki-laki itu tersadar dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Oh-eh sorry. Ok. Besok kamu bisa datang jam 8 pagi. Kita akan test kamu dulu"

"Waaaah beneran nih Mister?" tanya Prili tak percaya. Laku-laki bule itu hanya mengangguk sambil tersenyum. Menampilkan kedua lesung pipinya. "Makasih Mister. Besok saya datang tepat waktu. Makasih Mister" Prili menjabat tangan laki-laki itu sambil sedikit menggoncangkannya.

"Oke-oke. Your welcome"

Prili langsung pulang. Rasanya sudah tak sabar memberitahu Ali. Sesekali Prili berdiri di ambang pintu, menunggu kepulangan Ali. Tapi sampai jam 7 malam Ali belum pulang juga.

"Ali kemana sih? Biasanya jam 6 udah pulang" keluh Prili. Ia tampak gelisah. Pandangan matanya terus tertuju ke daun pintu yang tertutup.

Beberapa menit kemudian terdengar deritan suara pintu terbuka. Prili menoleh cepat dan langsung beranjak dari tempat tidurnya.

"Kok baru pulang?" tanya Prili dengan menekuk wajahnya sedikit.

"Iya. Tadi aku ada breefing bentar. Kamu udah makan?" Prili menggeleng membuat Ali tersenyum. "aku mandi dulu ya"

Prili mengangguk dan membiarkan Ali membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sementara Ia menyiapkan makan malam.

✔✔✅✔✔

"Besok aku ada test kerja, Li" ucap Prili dengan wajah cerahnya. Ali yang tadinya menatap langit-langit kamar kini menolehkan kepalanya, menatap wajah Prili yang di hiasi senyuman.

"Test kerja? Kerja apa?"

"Di cafe"

"Cafe? Waiters?"

Prili menggeleng "Bukan. Aku ngelamar jadi penyanyi---"

"APA?" pekik Ali. Prili ikut menoleh dan menatap balik wajah Ali. "Kamu jadi penyanyi? Gak boleh--"

"Ck. Kamu kenapa sih? Lagian apa salahnya jadi penyanyi?"

"Pokoknya gak boleh. Penyanyi cafe itu kerjaan gak baik Prill"

Prili tak menjawab tapi ia langsung membuang muka dan memutar tubuhnya. Memunggungi Ali.

Ali menghela nafas panjang. Ia lalu memiringkan badannya, menghadap ke punggung Prili. "Prill, aku gak larang kamu kerja tapi jangan jadi penyanyi cafe ya"

JALAN KITA [ COMPLETED ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora