Musuh Terbesar Laki - Laki

1.1K 11 2
                                    


Disclaimer dulu ini: aku bisa masak, tapi karena sudah jarang masak, jadi ya hancur masakannya. Ehe.

Selama beberapa waktu belakangan ini, sering banget yang namanya Hedon. Itu perbuatan yang di mana, suka banget buang - buang uang untuk keperluan yang kurang penting, makan, belanja, main dan banyak contoh lainnya. Sebagai anak rumah rasa kos yang baik. Hedon yang aku lakukan totalitas. Ehe. Aku mengakui itu salah, tetapi menghamburkan uang untuk keperluan yang kurang penting menyenangkan sekali bukan? Kamu jujur saja sama aku :)

Nah, karena hal ini berdampak dengan keuangan yang hancur parah. Sehari cuma makan sekali, karena tidak ada uang buat belanja makanan. Akhirnya, aku memutuskan untuk berbelanja tempe, tahu, telur, dan semua makanan murah. Habisnya tidak sampai 50 ribu, tetapi cukup untuk bertahan hidup selama 1 minggu. Perhitunganku waktu itu.

Lalu, setelah balik dari belanja di pasar. Aku baru menyadari satu hal yang paling penting. Bagaimana cara memasak? Eh, kamu jangan mengira aku tidak bisa memasak. Jangan salah, selama di KKN kemarin aku masak ya, meskipun akhirannya aku hanya melihat anak - anak, karena mereka takut keracunan sih... Tapi aku bisa masak! Dulu, beberapa bulan yang lalu....

Aku akhirnya mencoba memasak kembali. Ada perasaan tidak yakin, jujur saja, setelah sekian lama tidak memasak, timbul rasa tidak percaya diri. Ada perasaan semacam, "kalau aku masak, bakalan mati ini kelihatannya... Tapi, kalau tidak dicoba, mau makan apa? Sial!"

Akhirnya, setelah perdebatan hati yang cukup panjang. Aku memutuskan untuk memasak mi kuah. Iya, mi kuah seperti kebanyakan. Karena hal itu, akhirnya aku cari itu yang namanya wajan, dan kutuangkan minyak di dalamnya, setelah itu aku nyalakan kompor sampai sedikit panas, dan setelah itu baru sadar. "Memang masak mi kuah pakai minyak ya?"

Ini serius loh ya, mungkin kamu bilang bodoh, tetapi waktu itu berlalu begitu saja. Tidak sadar kalau ada yang salah. Baru sadar, pas baca kemasan dibaliknya. "Eh, salah ya?" Tanggapanku waktu itu. Terlalu polos? Tenang, dulu aku pernah masak air saja dicicipi dulu kok. Hhhhhh.

Setelah menyadari hal yang salah itu, akhirnya aku mulai masak yang benar. Ditambah dengan sedikit improvisasi. Telur. Iya, aku tuangkan begitu saja dalam wajan baru yang berisikan air hangat dan mi. Tampilannya sungguh tidak menggoda, tetapi bodoh amat, sudah laparnya bukan main.

Setelah mi jadi, aku makan dengan lahap, dan memang benar, masakanku tidak enak. Entah karena airnya kebanyakan, atau apa. Hambarnya bukan main, bentuknya berantakan, aromanya pun hilih sekali. Bukannya senang, malah sedih. "Ini kenapa sampah banget ya? Apa karena aku ga bisa masak, atau memang laki musuhnya ada di dapur?"

Lana: Catatan Seorang Mahasiswa (Nyaris) Gagal (Part: 1)Where stories live. Discover now