Karena Hidup Memang Begitu

10.7K 33 1
                                    

Karena hidup mungkin begitu.


Setelah beberapa bulan ga nge-blog. Ada beberapa perasaan enak dan tidak enak dalam bersamaan. Seperti misalnya punya waktu lebih untuk menikmati keadaan sekitar, lebih bersosialisasi kepada teman, entah itu teman jauh ataupun dekat, bahkan kabar terbaiknya adalah bisa melepaskan beberapa hal buruk yang ingin kulepaskan dari dulu, masturbasi misalnya.

Gebetan pun datang silih berganti, mengisi hari yang sedikit kelabu. Anehnya, tidak hanya 1 gebetan, tetapi bisa 5 dalam waktu bersamaan. Iya, 5 orang! Mungkin terdengar kurang ajar dan tidak baik, tetapi aku hanya menyampaikan fakta belaka, tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan si wanita.

Kalau ada yang tanya, bagaimana rasanya memiliki pasangan lebih dari 1? Jawabannya, tidak menyenangkan. Bayangkan saja, bagaimana rasanya membagi perasaan ke 5 orang secara bersamaan? Kalian mungkin akan menyalahkan aku, tidak masalah. Aku sudah terbiasa dengan hal tersebut.

Lelaki itu pemilih, untuk bisa menetapkan pilihannya secara pasti dan yakin, perlu adanya pilihan. Entah itu berapa jumlahnya, tiap orang punya referensinya sendiri. Tetapi, aku lupa akan 1 hal yang pasti, semakin banyak pilihan, semakin susah untuk memilih, dan itu kondisiku waktu itu.

Setiap wanita punya caranya sendiri untuk menunjukkan dirinya, seperti mengucap rindu setiap hari, mengingatkan untuk makan atau bahkan selalu menanyakan kabar "apa aku sudah pulang atau belum?". Apa pun itu, pasti dasarnya adalah rasa sayang. Kalau tidak, kenapa harus begitu?

Ada beberapa wanita yang punya kesamaan, entah itu dalam perlakuannya, atau bahkan "rasa" yang ia beri. Tidak buruk, tetapi kalau hal tersebut mengingatkan kita pada hal yang terkadang kita tidak mau, bagaimana? Mau menyalahkan atau hanya membiarkannya? No one knows. Kalau menurutku, ya dinikmati saja, karena tidak akan ada yang tahu, akhirannya akan seperti apa.

Memang, sesuatu yang dimulai tidak baik, akan berakhir tidak baik juga. Mereka semua meninggalkanku. Entah itu karena aku yang terlalu jahat, terlalu menuntut, kurang perhatian, hingga aku ditinggalkan begitu saja, karena memiliki pasangan baru. Lucu sekali bukan? :) Tenang, aku tidak emosi kok. Aku menuliskan ini dalam keadaan tertawa bahkan, karena mengingatkan, bahwa aku begitu bodohnya dalam dunia percintaan.

Tetapi, Tuhan itu selalu unik kok. Kalau bisa dibilang, caranya selalu tidak masuk akal. Setelah kejadian tersebut, aku bermain ke kampus teman SMA, sekedar main saja, tanpa harus berharap mendapatkan sesuatu. Di situ, aku bertemu dengan dia, mantan gebetan ketika masih SMP. Iya, SMP. Lama sekali bukan?

Aku awalnya tidak menyadarinya, sungguh. Karena waktu berlalu begitu cepat, sehingga aku merasa, tidak ada harapan untuk bertemu dengannya. Lagi pula, kalau bertemu dengannya, memang ada apa? Apa akan ada sesuatu yang menarik untuk dibahas lagi? Ayolah, itu 5 tahun yang lalu, bahkan lebih. Bagaimana seseorang bisa mempertahankan hal itu? Mempertahankan cinta monyet, yang mungkin hanya aku saja yang merasakannya? :)Seperti di awal yang kubilang, Tuhan itu punya cara yang tidak masuk akal. Aku tidak akan menyalahkan kondisi sekarang ini. Akan aku nikmati, karena hidup mungkin begitu adanya.

Lana: Catatan Seorang Mahasiswa (Nyaris) Gagal (Part: 1)Där berättelser lever. Upptäck nu