Bagian Tiga Belas

576K 47.7K 7.4K
                                    

Senyum di bibir Bella tak kunjung luntur sedari tadi semenjak duduk berdua bersama Kevin, menghabiskan waktu selepas penat karena kelasnya hari ini. Setelah beberapa hari ia begitu kesulitan untuk menghabiskan waktu dengan Kevin karena gangguan mahluk menyebalkan super aneh yang bernama Allfred Xeimoraga itu, hari ini ia bisa bersama Kevin.

Bella merutuki dirinya yang kembali mengingat nama itu. Mengingat namanya saja mampu membuat Bella ingin mencakar-cakar wajah tampan yang terlihat sedikit samar itu. Jika tak samar, Bella yakin seratus persen wajah itu pasti memiliki penggambaran yang sangat sempurna.

"Bel, kamu gak pengen ngomong sesuatu gitu sama aku mumpung kita lagi ada waktu, tau sendiri kan kita jarang ada waktu sekarang. Ehh ... ralat, bukan kita tapi kamu yang jarang ada waktu."

Ucapan Kevin barusan adalah sebuah sindiran yang cukup keras bagi Bella. Cewek itu hanya tersenyum kikuk, memainkan sedotan jus miliknya.

"Ngomong apa, ya? Aku rasa hubungan kita baik-baik aja kok, Vin. Gak ada yang perlu dijelasin, semua udah jelas kan? Aku sayang kamu, dan kamu sayang aku," sahut Bella menarik ujung bibirnya membentuk lengkungan senyum yang selalu bisa meluluhkan hati Kevin.

Kevin mengulurkan tangannya, mendaratkan telapak tangannya dipuncak kepala gadisnya itu. Dengan gerakan lembut, telapak tangan cowok itu bergerak pelan, lantas bibirnya mendekat ke puncak kepala gadisnya. Meninggalkan kecupan hangat penuh kasih sayangnya.

"Tetep sama aku, ya, Bel. Jangan ada yang kedua, ataupun ketiga. Cukup aku satu-satunya," gumam Kevin lirih menatap lekat ke arah manik mata Bella.

Bella mendongakkan kepala, menatap ke arah Kevin yang menatapnya penuh cinta. Ia kembali melengkungkan senyum. Telunjuknya terangkat untuk menyentil ujung hidung Bangir cowok dihadapannya itu.

"Pasti. Kamu juga, jangan genit! Inget udah ada aku lho Vin," ujar Bella menarik wajah Kevin untuk mendekat ke wajahnya.

Kedua wajah mereka berhadapan dengan jarak yang begitu dekat, membuatnya saling bisa merasakan embusan napas hangat masing-masing. Mereka cukup lama saling berpandangan satu sama lain, hingga akhirnya Bella harus menarik wajahnya saat mendengar bunyi dari ponselnya yang tergeletak di meja.

"Siapa Bel?" tanya Kevin menatap Bella yang raut mukanya berubah kesal. Terlihat begitu kentara.

Bella diam tak berucap sepatah kata apapun, ibu jarinya memilih untuk membuka pesan yang masuk dari nomor yang tidak ia kenal dan Bella masih ingat nomor dengan perpaduan digit angka yang sangat cantik itu adalah nomor yang sama dengan pengirim pesan malam itu, yang Bella yakini adalah Allfred si mahluk aneh nan menyebalkan.

BELLA! KAU BENAR-BENAR MENANTANGKU. BARU SATU HARI KAU BEBAS, SUDAH BANYAK PELANGGARAN YANG BUAT! KAU MEMBUAT AKU MARAH DAN INGIN MENCABUT NYAWA KEKASIH SIALANMU ITU!

Bella hanya menautkan alisnya selepas membaca pesan itu.

"Siapa sih bel? Serius amat?" Kevin mencoba meraih ponsel dari tangan Bella namun Bella lebih cepat menjauhkan ponselnya dari jangkauan Kevin, membuat Kevin gagal merebut benda pipih itu.

Tingkah laku Bella yang demikian, membuat Kevin menaruh curiga pada Bella. Bella pasti menyembunyikan sesuatu dari Kevin. Jika tidak, mana mungkin reaksi Bella sedemikian nya?  Biasanya saja Bella selalu terbuka, membiarkan Kevin mengobrak-abrik ponselnya itu.

"Bukan dari siapa-siapa kok, Vin. Gak usah curiga gitu," ujar Bella yang peka akan tatapan Kevin itu.
Ibu jari Bella bergerak dengan lincah diatas keyboard layar ponselnya.

Pelanggaran? Apaan, dasar aneh!

Baru beberapa detik yang lalu, pesan Bella terkirim kini sudah mendapatkan balasan dari Allfred. Ahh- Bella lupa, pasti tanpa menunggu pesan balasan dari Bella, Allfred sudah mampu membaca isi pikiran Bella terlebih dahulu. Benar-benar tidak adil menurut Bella. Allfred terlahir dengan kemampuan yang sangat istimewa, tidak dimiliki oleh manusia manapun.

POSSESSIVE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang