Bagian Sepuluh

634K 48.9K 2.2K
                                    

Bella berbaring tak nyaman dalam dekapan tubuh besar Allfred yang tak sebanding dengan tubuhnya yang kecil jika dibandingkan dengan tubuh laki-laki itu. Ia sulit memejamkan mata, karena risih dengan penutup kepala yang menghalangi netranya untuk melihat cahaya.

Tangan Allfred dijadikan sebagai bantal tidur Bella, sementara tangan yang satunya memeluk Bella dengan erat di pinggang, seolah takut Bella kabur dari dekapannya.

"Bella, ini sudah lewat tengah malam. Cepat tidur!" ujar Allfred yang baru saja membuka matanya. Tidurnya yang belum nyenyak harus terusik oleh gerakan Bella yang terus saja bergerak tak nyaman dalam dekapannya.

"Aku gak bisa tidur, lepasin kain sialan ini, All!" pinta Bella dengan nada kesal.

Bella sendiri dibuat heran dengan kain yang melilit di kepalanya, menutup matanya hingga hanya ada kegelapan di mata Bella. Kain itu tidak bisa dilepaskan oleh Bella. Berkali-kali ia berusaha melepaskan, namun selalu saja kegagalan yang harus ia terima.

"Tidak, kamu harus tetap ditutup matanya," sahut Allfred meraih tangan Bella yang berusaha melepaskan lilitan kain milik Allfred. Tangan Bella ia tarik ke atas lalu dikunci dengan tangannya sendiri.

"Risih! Asal kamu tau, aku gak suka kayak gini! Jangan berbuat semena-mena dong, emang kamu siapa, hah?"

Deru napas Bella mulai tak teratur, tubuhnya mulai diselimuti kekesalan pada sosok aneh yang kakinya menjepit kaki jenjang Bella. Anehnya Bella malah merasakan darahnya mendesir saat kaki panjang laki-laki aneh itu menekan kuat ke arah kaki Bella.

"Aku suamimu, kalau kamu lupa sayang." Suara serak itu mampu membuat bulu kuduk Bella meremang.

Bella terdiam saat ia merasakan udara hangat beraroma mint menerpa wajahnya, tak hanya itu, sesuatu yang terasa basah juga mendarat di bibir Bella. Awalnya hanya menempel, namun akhirnya sarat akan gerakan menuntut memaksa Bella untuk ikut bermain dengan benda kenyal basah itu.

Tangan Bella sudah bebas dari kuncian Allfred, kesempatan bagi Bella untuk mendorong kuat dada bidang Allfred dengan tenaga yang ia miliki.

"Jangan menciumiku sembarangan!" hardik Bella, meski tak bisa melihat Allfred, Bella berujar seolah ia melihat dimana Allfred.

"Apa salah aku mencium istriku sendiri?" sambar Allfred yang kini duduk bersandar di kepala ranjang.

Suara tawa renyah Bella terdengar di pendengaran Allfred. Allfred dibuat heran dengan Bella yang tiba-tiba saja tertawa tanpa alasan.

"Istri? Lelucon apalagi ini? Aduh, kamu selalu menyebutku sebagai istrimu. Istri? Kapan kita nikah? Di mana? Sudah kukatakan, aku tidak mengenalmu, bagaimana bisa kamu mengaku sebagai suamiku. Kamu mengerti bahasa manusia kan, All?"

"Diam Bella! Sebelum aku melakukan hal di luar pemikiranmu," bentak Allfred dibarengi dengan suara pecahan gelas yang baru saja menghantam tembok.

Allfred baru saja menatap gelas kosong yang bertengger manis di nakas, lalu dengan kekuatan yang ia miliki, gelas itu melayang dengan gerakan cepat dan berakhir dengan membentur tembok. Membuat wujud gelas berubah menjadi kepingan kecil.

Bella menelan salivanya susah payah. Ia harus sadar, bahwa laki-laki aneh yang kini satu ruangan dengannya bukan manusia pada umumnya. Dan ia harus berhati-hati dalam berbicara maupun bertingkah laku. Atau sedikit saja ia menyinggung hal sensitif laki-laki aneh itu, nyawanya dalam bahaya.

"Sudah ku katakan berapa kali Bella? Aku sama sekali tidak berbahaya selagi kau bersikap baik padaku dan tidak memancing sisi hitamku" erang Allfred terdengar frustasi.

Jangan lupakan fakta bahwasannya Allfred mampu mengerti apa yang Bella ucapkan dalam hati. Dan rupanya laki-laki yang terlihat aneh menurut Bella itu tidak suka jika Bella menganggap dirinya berbahaya. Padahal jelas-jelas ia berbahaya, apalagi emosi yang mudah mengendalikan dirinya, tentu saja membuat Bella harus berhati-hati dan siaga selalu.

Suara helaan napas berat Allfred terdengar jelas oleh Bella. Tangan kanan Allfred terulur mengusap lembut pipi Bella.

"Tidur, Bella. Besok kau ada kuliah pagi. Ini udah hampir jam 1 pagi," bisik Allfred terdengar lembut, berbeda dengan tadi.

"Aku gak bisa tidur all, selagi kain sialan ini masih menutup mataku. Aku risih."

Bella tak berbohong, ia memang merasakan risih dengan adanya kain itu yang menutup matanya, membuatnya sulit sekali menidurkan dirinya. Jujur saja ia sudah cukup mengantuk, namun karena kain sialan itulah Bella kehilangan kantuknya.

"Baiklah, akan aku lepaskan asal kau berjanji tak akan menatap ke arah mataku, kalau kau akan membuka mata, bilang. Agar aku bisa memejamkan mataku," sahut Allfred mengalah pada istrinya.

"Kenapa harus begitu?"

"Jangan banyak tanya, Bella. Mau atau tidak? Kalau tidak, ya sudah biarkan saja sampai besok. Aku sudah ngantuk," detik berikutnya Allfred membaringkan tubuhnya di samping Bella, kembali memeluk Bella lebih erat dari sebelumnya.

"Iya, bawel. Cepat lepaskan kain ini."

Hanya dengan hentikan jari tengah dan ibu jari milik Allfred, kain sialan itu menghilang dari kepala Bella.
Allfred mengedipkan mata, begitu ia membuka mata, kondisi kamar Bella gelap gulita tanpa penerangan apapun karena Allfred sudah mematikan seluruh penerangan, menutup jendela dengan tirai, menghalau cahaya luar masuk ke dalam kamar Bella.

"Kenapa sama saja gelap?" protes Bella yang baru saja membuka matanya. Ia meraba ke sekitar dan tangannya rupanya tengah meraba dada bidang Allfred yang degup jantungnya begitu cepat.

"Tidur Bella!" desis Allfred kesal dengan Bella yang terus saja meraba sekitarnya mencoba bangun dari berbaring nya berusaha menyalakan lampu untuk menghilangkan gelapnya kamar Bella saat ini.

Belum sempat Bella menekan saklar lampu, tubuhnya sudah ditarik oleh Allfred, pekikan kaget atas ulah Allfred terdengar begitu jelas.
Allfred langsung memeluk tubuh Bella dengan erat, mengurung kedua kaki Bella dengan kaki panjangnya agar Bella tak berkutik.

"Mahluk menyebalkan!" maki Bella pada Allfred yang menarik kepala Bella, menyembunyikan kepala Bella dalam dekapannya.

"Dan mahluk menyebalkan ini adalah suamimu, kalau kau lupa sayang" bisik Allfred dengan tangan yang menyusup masuk kedalam pakaian yang Bella kenakan.

"Stop! Jangan macam-macam, mahluk aneh" peringat Bella untuk menghentikan gerakan Allfred yang tengah menggerayangi sekitar perut Bella.

Allfred menarik tangannya keluar dari pakaian Bella. Ia langsung memeluk Bella dengan erat.
"Tidur," bisik Allfred singkat lalu meniup wajah Bella sekali. Aneh, Bella langsung terlelap begitu nyenyaknya. Deru napas teratur Bella bisa dirasakan oleh Allfred

Allfred setengah bangun, membenarkan posisi tidur Bella, tak mau Bella tidur dengan tidak baik yang berefek pada tubuh Bella yang sakit saat bangun nanti. Tak lupa Allfred menarik selimut untuk menutupi tubuh Bella agar tidak kedinginan.

"Selamat tidur, istri pembangkang" ucap Allfred lantas mencium kening Bella cukup lama.

Allfred kembali berbaring disamping Bella, dibawah selimut yang sama dengan bella, ia memeluk tubuh Bella dengan erat.

"Bahkan tidur pun kau masih memikirkan kekasih sialanmu itu," gumam Allfred lirih begitu mengetahui Bella kini tengah bermimpi bersama Kevin.

Telapak tangan Allfred meraba dadanya sendiri yang begitu nyeri. Namun tidak senyeri tadi saat Bella mengatakan cinta pada Kevin.

Tubuh Allfred akan bereaksi saat Bella mengatakan cinta pada laki-laki lain selain dirinya. Nyeri disertai panas yang begitu terasa membakar sekujur tubuhnya.

"Jangan mencintai pria manapun selain aku Bella, atau kau akan melihat tubuhku perlahan hancur," gumam Allfred pada Bella yang mungkin tidak bisa mendengarnya.

"Aku harap selama tujuh hari ini kau tak akan berbuat macam-macam meski tubuhmu akan baik-baik saja saat bersentuhan dengan Kevin."

"Aku mohon Bella, mengerti aku. Tinggalin Kevin selama-lamanya demi pernikahan kita, apa kau tak ingin hidup bahagia dengan suamimu yang jelas-jelas mencintaimu?"

"Tinggalkan Kevin, Bella. Tinggalkan "

Allfred terus bergumam lirih memohon pada Bella yang terus saja terpejam. Hingga tak sadar ia ikut terpejam dan larut dalam mimpinya.

Tbc

POSSESSIVE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang