Aku pulang dengan penuh kebingungan. Setelah mendengarkan semua curahan Soora tadi siang, aku merasa menjadi manusia yang paling kejam di dunia ini.
Kaum minoritas sepertinya selalu dipandang sebelah mata. Padahal mereka hanya jatuh cinta, apa yang salah?
Oke, kalau kasusnya seperti William itu memang gila, baru namanya patut untuk ditindaklanjuti. Tapi, kalau kasusnya seperti Soora?
Wanita itu tidak pernah menuntut apa-apa, dan hanya mencintai seseorang dalam diam. Dia menepis keinginan untuk bersama orang yang dicintainya, untuk melakukan hal normal seperti pasangan kekasih lainnya, dan menahan diri agar tidak menyatakan perasaannya walau tetap percuma. Karena orang yang dicintainya tahu, dan tidak melakukan apa-apa.
Itu letak masalahnya.
Dia tidak mau sembuh karena tak mencoba untuk menyatakan perasaannya, ia takut salah.
Kalau saja dia menyatakan perasaannya, kurasa sesak dalam hatinya bisa meluap. Dan keinginan sembuh bisa muncul...
DUK!
"Aduh, maaf," ucapku menunduk. Hah~ karena lamunan ini, aku jadi tak sadar menubruk orang. Ck. "Aku tidak sengaja," tambahku membungkuk sopan.
Namun saat aku mendongak,
DUAK!
Aku tak ingat apa-apa.
***
Samar-samar aku mendengar suara tawa, tak jauh dari tempatku.
Ya ampun, luka di tanganku sakit lagi. Tapi di tempat yang berbeda. Lalu ini dimana? Ruangannya cukup gelap, lampunya remang-remang.
Aku menajamkan pengelihatanku, dan hanya bisa melihat tumpukan kardus dan benda rongsok lainnya. Aku hanya sendiri di ruangan ini, duduk di kursi kayu yang entah masih kuat menahan tubuhku atau tidak.
Aku tak bisa bergerak bebas. Tanganku diikat ke belakang, kakiku juga, mulutku disumpal oleh kain.
Oke, aku mengerti, ini berarti sebuah penculikan?
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, mendadak rasa takut melandaku.
Ya tuhan, kenapa aku di sini? Siapa yang menculikku?
Tak lama, pintu terbuka lebar. Di luar sudah gelap, berarti ini sudah malam? Kira-kira jam berapa?
"Ohh, tuan putri sudah bangun rupanya," ucap seorang lelaki dengan nada yang menjijikkan.
Haha, bodohnya aku. Kenapa harus bertanya siapa penculiknya? Tentu saja William, kan?
Aku sadar diri tak bisa melakukan perlawanan apa-apa saat tahu situasinya, jadi senjataku hanya menatapnya tajam. Aku tak boleh terlihat lemah sekarang, itu hanya akan membuatnya makin mempermainkanku.
Aku memutar otak dengan cepat.
Ini bukan kasus penculikan seperti dalam drama/sinetron. William tidak akan meminta sejumlah uang atau harta apapun pada kerabatku. Kemungkinannya justru hanya ini.
Dia mengancamku, atau membunuhku.
Aku mencoba untuk tidak takut menatapnya, padahal tangan dan kakiku sudah berkeringat dingin. Nyawaku ... bisa jadi ada di tangannya malam ini.
"Kau manis sekali dengan tampang acak-acakkanmu itu," ucapnya tersenyum tipis.
Tenang Mi Ra, tenangkan dirimu ...
DU LIEST GERADE
I'm (not) a Player
FanfictionTerlibat dengan seorang Lesbi dan Gay, lalu merumitkan hidup si tokoh utama. Sebuah kerumitan yang mengharuskan aku dan dia untuk terus bersama sampai tak ingin saling melepas. "I'm-NOT-a-Player, okay?" 📍cover by: Irishlevyona 📍10 November 17 - 2...
