Aku sudah hapal dengan bau ini. Aku menduga, pasti aku tengah terbaring di rumah sakit. Ugh, kenapa bisa ya?
“Hoi, bangun! Kuota rumah sakit untuk orang yang sakit, bukan pura-pura sakit!” ucap Baekhyun menyapa gendang telingaku. Sialan, mulutnya tak tahu malu sekali, apalagi ini di tempat dia bekerja.
Aku membuka mataku perlahan, menerima cahaya lampu yang menggantung acuh di atas sana.
“Kusumpal mulutmu dengan kayu jati, mau?” ancamku dan Baekhyun hanya terkekeh. “Kenapa aku bisa di sini?”
“Aku juga bertanya-tanya. Kau kan tidak sakit,” balas Baekhyun mendudukkan dirinya di samping kasurku. “Soora~ Soora~ datanglah kemari~!”
“Baekhyun berisik! Kau pikir ini di panggung apa?” makiku mencubit lengannya, tapi tak lama Soora datang menghampiriku.
“Mi Ra, kau tak apa-apa?” tanyanya khawatir. “Ya ampun, aku lupa kalau kau sedang ada masalah dengan William. Dia hampir menculikmu tahu!” pekiknya panik sendiri.
“Lalu? Kenapa aku bisa selamat?” tanyaku dan Baekhyun langsung saja menjitak kepalaku. “Aw!”
“Bersyukur dulu pada yang Maha Kuasa, karena kau selamat!” ucapnya sambil mendelik.
“Iya, Ya Tuhan terima kasih banyak!” balasku dengan berlebihan. Bahkan ku angkat kedua tanganku untuk berterimakasih. “Lalu?” tanyaku tak ambil pusing.
“Hei, hei! Kau sudah sadar?” tanya seseorang masuk begitu saja. Menghentikan Soora yang ingin memberikan jawaban. “Ck, menyusahkan saja kau ini!”
“Dia jawabannya,” jawab Soora menunjuk Chanyeol dengan wajah yang masih terlihat panik. “Kurasa dia menguntitmu.”
“Menguntit? Enak saja!” sanggah Chanyeol mengerlingkan matanya. “Aku hanya mengikutinya. Mi Ra, kan sudah kubilang pulang saja bersamaku! Dasar keras kepala!”
Aku memandangnya bingung.
“Kenapa bentak-bentak, sih?” tanyaku pelan dan suasana langsung hening.
“KAMI MENGKHAWATIRKANMU
TAHU!!!”
***
Sambil menunggu Chanyeol, yang entah sedang apa di dalam rumah sakit, aku sibuk mengirimi Mia pesan. Memberitahunya bahwa tadi aku mengalami kejadian seperti dalam film-film lagi.
“Ayo!” ajak Chanyeol memasuki mobilnya sambil memasukkan sebuah flashdisk baru ke dalam saku jaketnya. “Ke kelab dulu ya.”
“Kau gila! Aku baru saja keluar dari rumah sakit, malah diajak ke kelab!” ucapku meninggi.
“Ada yang harus aku berikan pada Sehun. Dia di sana,” jawabnya enteng sambil menginjak gas. “Ini supaya masalah si William cepat selesai.”
“Terserah,” gumamku cepat, tak ambil pusing. Cukup kepala ini yang serasa berat, ckckck. “Ugh, pusing.”
“Tidur saja, nanti aku bangunkan,” ucap Chanyeol, tapi aku menghiraukan perhatiannya.
Setelah sampai di depan kelab, Sehun sudah menunggu dengan … tampannya. Aku menatap ke arah mereka dengan lemas di dalam mobil, tak bergairah sama sekali. Mereka mengobrol sebentar, lalu Chanyeol membuka pintu di sebelahku.
“Ambilkan jaketku,” ucapnya menunjuk jaket yang tersampir di kursinya. Setelah aku berikan, dia malah memajukan wajahnya dengan sangat dekat padaku. “Terimakasih.”
Dia lalu mencium pipi kiriku dengan mendadak, jangan lupa bahwa beberapa senti lagi bisa saja mengenai bibir. Wajahku memerah seketika, dan dia malah tersenyum.
YOU ARE READING
I'm (not) a Player
FanfictionTerlibat dengan seorang Lesbi dan Gay, lalu merumitkan hidup si tokoh utama. Sebuah kerumitan yang mengharuskan aku dan dia untuk terus bersama sampai tak ingin saling melepas. "I'm-NOT-a-Player, okay?" 📍cover by: Irishlevyona 📍10 November 17 - 2...
