Ingin Punya Anak (2)

Start from the beginning
                                    

Aku bisa mendengar suara dengusan napasnya di balik punggungku. Dasar Nathan, umur sudah 26 tetapi disuruh makan sayur saja kadang susahnya minta ampun. Ini bukan seperti aku pemasak yang buruk. Malahan, masakanku cukup enak dan ….

“Aku nggak mau brokoli, Cher,” bisik Nathan kemudian menyelipkan kedua tangannya di pinggulku. Membuat napasku berhenti ketika kurasakan punggungku menyentuh dada bidangnya. Aku tidak ingin memberi rinciannya bagaimana bentuk tubuh Nathan sekarang. Tetapi, Oh Tuhan … aku bisa merasakan otot perutnya menggesek punggungku begitu halus. Membuatku teringat bagaimana panasnya percintaan kami di beberapa malam.

Ah, biar sudah menjadi istrinya, tetap saja rasanya malu. Aku harus mengendalikan diri, Tuhan!

“Nathan, aku sedang memasak,” kataku memberinya isyarat agar jangan mengganggu konsentrasiku.

Nathan lalu meletakkan dagunya di bahuku, “Kenapa aku bisa ditakdirkan menikah dengan istri menggemaskan seperti kamu, huh?”

Aku terkekeh. Apa dia sedang merayuku atau menjahiliku?

“Kau menyesal menikah denganku?” kataku dengan nada meledek.

Lelaki itu menggelengkan kepala dan diam.

Pasti dia sedang memikirkan sesuatu, entah apa itu. Sepertinya cukup membebaninya. “Kau mau membicarakannya?” tanyaku sedikit memancing suasana.

Nathan diam lagi.

Aku menghembuskan napas panjang, “Kalau nggak mau, ya … nggak apa-apa.” Aku mulai memasukkan semua sayur ke dalam mangkuk yang tersedia. “Aku akan selalu di sisimu sampai kamu mau bicara.”

“Kamu …,” kata Nathan memberi jeda, “akan selalu di sisiku, apapun yang terjadi?”

“Aku sudah bersumpah menjadi istrimu, ‘kan?”

“Bahkan kalau aku punya kekurangan?” kata Nathan selanjutnya.

“Semua orang punya kekurangan, Nath,” kataku kemudian menyentuh sisi wajahnya yang sepertinya sedang cemberut, “dan aku memilih untuk menikahi kekuranganmu juga.”

Kali ini kurasakan pegangan tangannya di pinggulku semakin erat. Bahkan jika harus kukatakan, tangannya mulai nakal dan naik mengelus perutku. Memberikan sensasi geli.

Aku ingin memekik menyuruhnya berhenti menggerayangi tubuhku semaunya. Namun, lelaki itu kembali merapatkan tubuhnya dan membuatku semakin tak bertenaga mendapat sentuhan-sentuhan ini.

“Aku ingin kau mengandung anakku, Cher,” bisiknya terdengar begitu sensual terutama ketika ia mengatakan kata “mengandung” itu dan di saat yang sama dia meraba perutku.

Aku tak tahu harus menjawab apa selain mengangguk, tak sanggup lagu berkata-kata selain mengatur napasku yang memanas.

“Aku jadi ingin menidurimu lagi, kau tahu?” katanya terkekeh.

Oh yang benar saja, apa itu saja yang ada di dalam pikiranmu ketika melihat istrimu sendiri?!

Lelaki itu kemudian melanjutkan, “Tapi, ada masalah yang harus kuselesaikan hari ini, aku harus pergi.” kata Nathan mengejutkanku di saat yang sama dia melepas dekapannya di tubuhku.

Once Twice Trice (TAMAT) | 1.4Where stories live. Discover now