"Seringlah datang"ajak Riku yang mendapatkan anggukan dari Fumio.

"Pasti"jawab Fumio dengan anggukannya.

"Youko -san, kalau begitu saya pamit dulu"ujar Riku yang kembali membungkukan sejenak tubuhnya kemudian beralih pada kursi penumpang disebelah Rui, dimana pintunya sudah dibukakan lebij dulu.

"Kami pamit dulu, Youko -san. Terima kasih sekali lagi"suara Rinji yang kembali terdengar dimana mobil Rui sudah berjalan lebih dahulu dan mobil yang dibelakangnya maju tepat dibelakang Rinji.

Sang supir keluar dari mobil tersebut kemudian membukakan pintu mobil pada bagian penumpang. Ryuga membungkukkan tubuhnya sejenak berpamitan kepada Youko dan lainnya kemudian berjalan menuju pintu penumpang lainnya. Begitu pula dengan Shuji dan Shota dimana mereka munuju mobil sedan yang berada paling depan dan memasuki mobil tersebut yang sebelumnya memberikan salam pada Youko dan lainnya juga.

Air mata Youko mengalir seraya menatap kepergian ketiga mobil tersebut.

====

Daiki merebahkan kasar tubuhnya pada tempat tidurnya. Menatap langit-langit kamarnya yang bercat putih. Hembusan napas panjangnya terdengar. Getaran ponsel pada saku celananya mengalihkan pandangannya dan membuatnya merogoh kantung celananya dalam posisi tidurnya. Membuka ponselnya dan mendapatkan satu mail masuk yang merupakan mail dari Rui.

From : Rui

Subyek : Otsukare-

Apa Daiki kelelahan sampai tidak mampir? Aku harap Daiki baik-baik saja dan tidak berlebihan. Aku ingin menelpon Daiki tapi takut mengganggu Daiki, jadi aku putuskan mengirim mail saja. Besok aku ada pertemuan dengan anggota clubku. Jadi sampai jumpa besok. Beristirahatlah yang cukup.

Usai membaca pesan yang cukup panjang tersebut Daiki kembali menutup ponselnya tanpa membalas pesan tersebut. Melemparkan ponselnya keatas tempat tidurnya kemudian meletakkan salah satu lengannya menutupi kedua matanya. Kembali hembusan napas panjangnya terdengar.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku membencinya"gumam Daiki tanpa mengubah posisinya.

"Tou -san... Kenapa semuanya nampak sedang mempermainkanku?"ujar Daiki pada dirinya sendiri. Helaan panjang terdengar kembali dari bibirnya.

"Apa dia benar dari keluarga itu?"sambung Daiki.

***

Pagi kembali datang, dengan malas Daiki mengangkat tubuhnya dari tempat tidurnya berjalan gontai menuju kamar mandinya. Daiki menyalakan kran air kemudian menggosokkan wajahnya dengan air secara kasar, menatap pada cermin dihadapannya dimana memantulkan wajahnya yang terlihat kelelehan akibat tidak bisa tidur semalam.

Daiki mulai kembali melangkah keluar dari kamar mandi kemudian meraih kulkas dan meneguk air meneral dalam botol pada kulkas. Daiki lagi berjalan menuju kamarnya meraih ponselnya yang berada diatas tempat tidur. Membuka ponselnya tersebut yang menunjukkan pukul setengah delapan lewat. Daiki meraih kontak milik Rui kemudian mengirim pesan singkat.

Untuk : Rui

Aku tidak datang. Pergilah duluan

Menuliskan pesan singkat tersebut kemudian melemparkan kembali ponselnya di atas tempat tidurnya.

"Setidaknya aku harus memastikan"ujar Daiki yang berjalan kearah lemari miliknya.

Daiki mengulur waktunya hingga diriny sampai pada sekolahnya begitu lambat. Daiki mengarahkan langkahnya pada ruang club dimana Rui berada, menyandarkan tubuhnya pada dinding tak jauh dari ruangan club Rui.

"Otsukare Miyamoto -kun"suara ramai itu membuat Daiki mengalihkan pandangannya menatap kearah pintu ruang club.

"Otsukare -sama"suara Rui yang membalas salam dari pada temannya membuat Daiki memusatkan matanya pada Rui yang bergerak maju nampak masih tak menyadari kehadirannya.

"Otsukare-"suara Daiki menyambut Rui yang nampak kaget dengan kehadirannya.

"Da... Daiki?"ujar Rui gugup.

"Kau langsung pulang?"ujar Daiki yang menegakkan tubuhnya yang sebelumnya bersandar pada dinding, Rui mengangguk pelan sebagai jawabannya.

"Ayo"ujar Daiki yang menggerakkan kepalanya dan berjalan lebih dulu, Rui pun dengan cepat mengikuti Daiki dan berjalan beriringan dengan Daiki.
Daiki dan Rui berjalan bersama penuh dengan keheningan.

"Rui-"suara Daiki memulai percakapan dan memecahkan keheningan antara mereka, Rui tersentak kecil kemudian menoleh pada Daiki.

"Hm?"jawab pelan Rui.

"Kau-"Daiki menahan perkataannya membuat Rui menatapnya menelisik.

"Ada masalah?"tanya Daiki akhirnya, Rui menatap Daiki bingung.

"Bu... bukannya yang seharusnya bertanya aku?"balas Rui masih dengan wajah bingungnya.

"Memangnya ada apa?"balas Daiki.

"Ti... tidak... Hanya saja rasanya sangat aneh ketika Daiki tidak menjemputku. Da -Daiki juga semalam tidak mampir atau membalas pesanku. Aku merasa ada sesuatu yang Daiki sembunyikan"jelas Rui dengan ragu.

"Ka... karena itu aku tidak berani mengatakan apapun. Aku ingin bertanya tapi Daiki seperti sangat tidak ingin ditanya... Jadi aku merasa takut untuk menanyakannya"sambung Rui, Daiki menghentikan langkahnya diikuti dengan Rui yang sudah dekat dengan gerbang sekolah.

"Aku minta maaf. Ada sesuatu yang menggangguku saat ini"ujar Daiki, Rui menggeleng cepat.

"Bu.. bukan masalah kok. Jika Daiki ingin menceritakannya padaku aku dengan senang hati mendengarkannya tapi kalau Daiki masih belum ingin menceritakannya itu bukan masalah untukku. Walaupun aku juga sedikit khawatir. Aku ingin Daiki membagi masalahnya denganku"ujar Rui dengan senyumannya pada Rui, Daiki tersentak kecil kemudian hembusan napasnya terdengar.

"Ak-"

"Rui -sama~"suara itu memotong perkataan Daiki membuatnya serta Rui menoleh kearah suara itu. Seseorang pria paruh baya dengan setelan rapi didepan gerbang sekolah dengan mobil sedan hitam. Orang itu nampak berdiri dengan sopan dan tersenyum lembut pada Rui.

"Rui -sama, silahkan ikut saya. Rinji -sama sudah menunggu"ujar pria tersebut dengan suara paraunya seraya membuka pintu mobil. Rui nampak ragu kemudian menatap Daiki.

"Pergilah. Kakakmu menunggumu"ujar Daiki menggerakkan kepalanya sebagai isyarat untuk Rui pergi.

"A... Aku duluan"ujar Rui mendapatkan anggukan dari Daiki.
Rui nampak begitu ragu untuk bergerak maju menuju mobil tersebut. Rui berhenti pada pintu mobil yang sudah terbuka dan menolehkan wajahnya pada Daiki yang berdiri tak jauh dari gerbang sekolah.

Rui memasuki mobil dan kembali wajahnya menatap kearah Daiki yang berada diluar mobil menatap kearahnya juga. Sampai dengan mobil mulai berjalan pandangan mereka nampak terlepaskan hingga semakin lama pandangan mereka mulai tak mencangkupi. Daiki mengepalkan tangannya kuat menatap kepergian Rui, nampak menahan emosinya.

Selamat tinggal...

= TO BE CONTINUE =

Voice Later [Book 2] ✔️Where stories live. Discover now