Zelda tidak cemburu, hanya saja ... tidak bisa dijelaskan. Terlalu rumit untuk mengucapkan apa yang sedang dirasakannya saat ini.

Davi yang merasa diperhatikan, langsung menolehkan kepalanya pada peserta yang duduk rapi. Dan, iris cokelatnya berhenti pada satu titik, Zelda tengah memperhatikannya dan senyum masam terpancar di wajah cantik perempuan itu.

Ada kehangatan ketika melihat Zelda yang seperti cemburu. Davi terus menatap Zelda hingga akhirnya perempuan itu tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya pada Ray.

Davi merasa kehilangan, namun tidak segan dia tersenyum, setidaknya dengan begini dia tahu masih ada kesempatan.

Sebelum debat mulai, Davi sengaja berdiri dan meminta perhatian dengan menepuk tangannya berkali-kali.

"Perhatian semua, saya mau meminta waktu sebelum debatnya dimulai." Katanya dan menyuruh peserta berdiri.

"Saya hanya ingin melihat siapa yang semangat mengikuti kegiatan ini." Semua peserta mengangguk, bahkan Zelda yang masih merasa malu atas kelakuannya tadi tidak sungkan untuk mengangguk.

"KALAU KAU SENANG MARI TEPUK TANGAN, KALAU KAU SENANG ... MARILAH KITA TEPUK TANGAN." Davi mulai bernyanyi sambil bertepuk tangan. Semua peserta yang memang mengenal yel-yel itu ikut bernyanyi dan melakukan gerakan-gerakan sama sepertin Davi.

Semuanya terfokus dengan semangat empat-lima. "KALAU LO SAYANG GUE MARI TEPUK TANGAN." Bahkan ketika Davi mengubah lirik yel-yel itu, tetap masih banyak peserta yang bertepuk tangan. Termasuk Zelda yang semangat bertepuk tangan.

Lalu, semuanya sontak tertawa, Davi melarikan diri di samping Agung sambil menahan sakit di perutnya karena tertawa terlalu keras.

Zelda yang melihat itu tertawa bahagia, selama mengenal Davi baru kali ini dia melihat laki-laki itu tertawa lepas. Ada bahagia yang menelusup di relung hatinya. Zelda menghentikan tawanya, kini hanya digantikan senyum bahagia, senyum untuk laki-laki yang diam-diam masih tersimpan di lubuk hatinya.

Ray tiba-tiba menyurutkan tawanya, melihat Zelda tersenyum yang pasti ditujukan untuk Davi, ada perasaan tak senang menyadari kenyataan kalau Zelda mungkin telah menaruh hati untuk Davi.

"Vi, lo kurang kerjaan banget, sih." Kesal Ray, yang langsung mengambil alih perhatian semua peserta. Padahal, tawa membahana tadi belum surut. Ada yang tertawa karena memang bahagia, ada juga yang tertawa pura-pura bahagia, hanya untuk menyembunyikan duka.

Ketika Ray masih mendengar sebagian peserta bahkan panitia tertawa, laki-laki itu memukul papan hingga menyebabkan bunyi keras.

"Debat ini untuk keseriusan. Jangan ada yang bercanda." Katanya tegas dengan suara hangatnya yang berubah dingin.

Semuanya terdiam kaku, kecuali Davi yang memicingkan matanya.

Zelda merasakan aura tak enak, tapi dia tidak mau berpikir terlalu jauh lagi.

"Kenapa lo? Gue cuman mau buktiin seberapa semangat mereka menyambut kegiatan ini. Kalau mereka nggak bahagia, buat apa kegiatan ini dilanjutkan?" Davi dan Ray sudah saling berhadapan. Bara yang menyala terlihat jelas di bola mata Ray, laki-laki itu menggeram.

"Lo itu buang-buang waktu tau nggam? Kalo lo mau liat semangat mereka, nggak kayak gini caranya, Bro." Sahutnya sengit.

"Ehem," Killa berdehem keras untuk menyadarkan keduanya agar tidak memberi contoh buruk pada junior.

Para peserta memperhatikan Ray yang sudah dibakar emosi dan juga Davi yang mulai terbawa suasana.

Killa yang menyadari akan terjadi pertengkaran jika tidak dihentikan, berjalan mendekati keduanya.

The Fate (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang