Rasa sakit Bella berbeda, karena tadi Bella dengan sengaja menyentuhnya, jadi Allfred tidak bisa menyembuhkan tanpa bantuan cahaya kesucian itu. Jika biasanya, cukup dengan usapan Allfred pada tubuh Bella yang bersentuhan, bisa langsung menghilangkan rasa sakit Bella tanpa meninggalkan rasa sakit sedikitpun.

Allfred terbatuk, memegangi dadanya seusai menyusuri tubuh Bella dengan cahaya kesuciannya. Batuknya sampai mengeluarkan darah segar yang melumuri telapak tangannya.

Hanya dengan kedipan mata, darah segar yang melumuri telapak tangan Allfred menghilang. Untuk bisa mengeluarkan cahaya kesucian memang membutuhkan pengorbanan dari diri Allfred. Allfred akan merasakan sakit di ulu hatinya, sesak di dadanya karena kekuatan Allfred belum seberapa untuk bisa mengendalikan cahaya kesucian itu.

"Aku harap, ini terakhir kalinya kau melakukan hal bodoh ini, sayang," bisik Allfred di telinga kiri Bella yang masih saja tak sadarkan diri. Allfred mengecup kening Bella cukup lama, ia harus segera pergi dari hadapan Bella sebelum Bella membuka matanya.

Sesuai hukum alam, siapapun yang menggunakan cahaya kesucian untuk menyembuhkan penyakit, maka diantara keduanya tidak boleh ada kontak mata selama tujuh malam, atau jika hal itu terjadi maka saat keduanya saling bertatap mata, mata mereka akan saling mengeluarkan api dan membakar satu sama lain.

Tidak menginginkan hal buruk terjadi padanya dan Bella, Allfred harus segera pergi, ia bisa mengawasi Bella dari jauh selagi Bella tidak menatap matanya, cukup Allfred yang menatap Bella.

Allfred menatap nakas Bella, dalam sekejap segala keperluan Bella tersedia. Mulai dari makanan dan minuman, puluhan lembar uang ratus ribuan dan setumpuk kertas tugas Bella selama tujuh hari kedepan yang sudah bisa dikerjakan sempurna oleh Allfred.

Tak lupa Allfred menyelipkan catatan untuk Bella, melindungi apartemen Bella dengan kekuatan miliknya. Allfred memejamkan mata, mencoba melihat hal buruk apa yang akan terjadi pada Bella selama seminggu kedepan. Tidak ada sesuatu buruk yang akan menimpa Bella, hanya kejadian kecil yang menurut Allfred tak butuh bantuannya untuk langsung turun tangan membantu Bella.

Allfred berdiri dari posisi duduknya, ia menatap Bella sebentar sebelum menundukkan kepala dan menghilang dalam hitungan satu detik saja.

••

Bella merentangkan kedua tangan untuk meregangkan otot-ototnya, kelopak matanya yang  menutup perlahan terbuka sedikit demi sedikit. Telapak tangan kanannya menutup mulutnya yang terbuka lebar saat menguap.

"Di apartemen?" heran Bella begitu menyadari keberadaannya saat ini.
Ia mulai berpikir keras, mengingat apa yang terjadi padanya. Jelas-jelas tadi ia bersama dengan Kevin, kekasihnya. Ia masih ingat dengan jelas, ia memeluk Kevin sembari menangis tersedu-sedu, hingga reaksi tubuhnya benar-benar menyakitinya.

Saking sakitnya, Bella tidak bisa menahannya, hingga ia tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi padanya.
Dan sekarang, Bella sudah berada di apartemen miliknya. Ia berani bertaruh, bukan Kevin yang membawanya kemari, karena itu sungguh hal yang tidak masuk akal jika Kevin yang membawanya kemari, pasti rasa sakit Bella belum hilang, tapi bertambah sakit.

Sekarang, Bella tidak merasakan sakit sedikitpun, siapa yang bisa menyembuhkan Bella dalam sekejap kalau bukan laki-laki berpakaian serba hitam yang bernama Allfred itu.

"Siapa Allfred sebenarnya? Suami? Kapan menikah? Dan cincin menyebalkan ini, apakah yang menjadi biang masalah?" Bella menatap cincin itu.

Bella membenci cincin yang tersemat di jari manisnya, cincin yang kini ia sebut sebagai akar segala masalahnya dengan Allfred. Kalau saja tidak ada cincin ini, pasti ia tidak akan berurusan dengan Allfred dan tubuhnya tidak akan bereaksi jika bersentuhan dengan laki-laki lain.

"Bagaimana cara menghilangkan cincin ini?" gumam Bella bertanya pada dirinya sendiri.

Perut Bella berbunyi, cacing di perutnya mulai demo meminta asupan makan. Bella segera bangkit dari posisi berbaring nya untuk mencari makanan pengisi perutnya yang sudah memberontak.

"Makanan?" ucap Bella melihat makanan dan minuman tergeletak di nakas.

Bella meraih secarik kertas putih yang tertindih gelas berisi air mineral.

Saat kau bangun, makanlah. Perutmu pasti kelaparan.
Jaga dirimu baik-baik, aku tidak akan menemuimu selama seminggu, ingat statusmu itu. Seorang ISTRI, jangan terlalu genit layaknya perempuan tak bersuami.

Meski kita tak bertatap muka, aku bisa tahu apa yang kau lakukan. Hati-hati Bella, jangan sampai kelakuanmu selama seminggu nanti membangunkan sisi hitamku.

Suamimu, Allfred.

Bella meremas kertas itu hingga bentuknya tak beraturan lagi, melempar asal kertas itu ke sudut ruangan.

"Emang kau pikir kau siapa hah? Bisa memerintahkan aku semau mu? Kau benar-benar menyebalkan! Aku membencimu mahluk sepertimu, Allfred." teriak Bella.

"Arghh," pekik Bella kaget begitu mendengar suara petir yang seolah menyambar gedung apartemennya. Suara petir yang begitu memekikan di siang bolong.
Bella mengusap dadanya yang berdetak lebih cepat, tubuhnya saja sampai berkeringat dingin karena takut.

Bulu kuduk Bella meremang saat ia merasakan ada pergerakan di kasurnya, seperti ada seseorang yang menduduki kasur miliknya.
Padahal disitu tak ada siapapun.

Dan selanjutnya Bella merasakan kepalanya di elus, seolah tengah menenangkan Bella dari keterkejutannya dari petir tadi.
"Aku tau, kau Allfred. Tunjukan dirimu, aku tak suka kau menyembunyikan tubuhmu seperti ini," geram Bella memukul-mukul sekitarnya.

Kemunculan Allfred tak juga dilihat oleh Bella. Elusan di kepalanya juga sudah tidak Bella rasakan. Atau mungkin Allfred sudah pergi.

Bella menghela napasnya, mencoba mengatur napasnya. Perutnya sudah semakin lapar, ia memutuskan untuk memakan makanan yang tersedia di nakas.

∆∆

Tbc

POSSESSIVE DEVILWhere stories live. Discover now