Part 19 | Timezone

117K 4.5K 52
                                    

ʜᴇ'ꜱ ᴍʏ ʜᴜꜱʙᴀɴᴅ

Suasana makan malam di keluarga Walter, bertambah ramai dengan adanya Ayra dan Zhio sebagai anggota keluarga yang baru.

"Ekhm! Allard, Ayra, mom ingin membahas sesuatu dengan kalian," ujar Lily dengan nada serius, usai makan malam.

"Apa itu, Mom?" tanya Ayra.

"Begini, bukankah setelah menikah, kalian belum honeymoon?" tanya Lily yang langsung berubah ceria seperti biasanya.

Ayra seketika terdiam mendengar pertanyaan mertuanya yang secara tidak langsung memintanya dan Allard untuk segera berbulan madu.

"Ya, tapi aku berencana akan mengajak istriku bulan madu setelah selesai ujian kelulusan dan aku mendaftar ke universitas," jawab Allard.

Ayra langsung menoleh menatap Allard yang menatap datar ke depan.

"Bukannya aku tidak mau. Tapi, apa yang dikatakan Allard ada benarnya juga. Aku tidak mau mengganggunya," ujar Ayra menatap lurus kearah Lily.

"Yah, mungkin itu memang keputusan yang bagus," ujar Damian yang sedari tadi diam.

"Em, baiklah kalau itu memang keputusan kalian," ujar Lily mengalah.

"Allard, setelah kamu lulus sekolah, kamu juga sudah harus aktif mengurus perusahaan dad yang dad berikan padamu," ujar Damian mengingatkan Allard.

Memang benar, terakhir kali Allard mengunjungi salah satu cabang perusahan Damian yang sudah menjadi miliknya, saat ia bertemu dengan Bill untuk meminta data Ayra. Hingga sekarang, Edward—tangan kanan Damian, yang mengurus sementara perusahaan itu.

"Aku mengerti, maaf sudah merepotkan Paman Edward," balas Allard.

"Baiklah kalau begitu biar mom yang mengurus honeymoon-mu!" ujar Lily senang.

"Tidak, Mom. Kalau masalah honeymoon, aku sendiri yang akan mengurusnya," balas Allard, yang langsung memadamkan semangat Lily.

Ayra yang tidak berniat mencampuri urusan suaminya dengan keluarganya hanya diam mendengarkan. Dia tidak menyangka Allard sudah memegang sebuah perusahaan, yang menandakan suaminya itu akan disibukkan dengan pekerjaan dan kuliah setelah lulus nanti.

"Ayo kita ke kamar," ajak Allard, lalu menggandeng tangan Ayra tanpa menunggu tanggapan darinya.

Ayra menutup pintu kamar mereka pelan setelah Allard melepaskan genggaman tangannya, lalu segera menuju ranjang king size mereka. Berdiri di sisi ranjang menatap sang suami yang sudah bergelung dalam selimutnya, padahal jam masih menunjukkan pukul delapan malam.

"Apa kamu tidak mau pergi kemana-mana?" tanya Ayra.

"Aku sedang malas," jawab Allard tanpa minat.

"Ayo kita ke timezone! Sudah lama aku ingin kesana, tapi aku tidak pernah punya waktu," ajak Ayra dengan semangat, netranya pun nampak berbinar, membuat lelaki bertubuh besar itu jadi tak tega.

Allard pun bangun dari kegiatan malas-malasnya, lalu beranjak menghampiri sang istri.

"Tentu saja kamu tidak pernah punya waktu, karena kamu selalu bekerja sampai pagi," ujarnya seraya menatap teduh netra sang istri. Detik selanjutnya, senyum cerah terpatri di wajah tampannya. "Ayo kita berangkat!" Segera merangkul pundak sempit istrinya.

"Kamu sudah sangat mengenalku, ya?" gumam Ayra seraya tersenyum lembut.

"Tentu saja," ujar Allard yang mendengar gumaman istri manisnya itu.

He's My Husband [ REPUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang