Part 10 | Blessing

137K 5.8K 36
                                    

[ Edisi revisi 5 Mei '21 ]

ʜᴇ'ꜱ ᴍʏ ʜᴜꜱʙᴀɴᴅ

Seperti yang Allard katakan, dia benar-benar mengantar Ayra pulang. Sampai-sampai dia dan Ayra membuat kehebohan di seluruh gedung sekolah. Dan jangan ditanya lagi, mungkin para penggemar Allard Chaiden Walter sudah membentuk grub antifans Ayra. Yah, memang begitulah risiko jika berurusan dengan orang seperti Allard.

Suasana di dalam mobil sport nan mewah milik Allard benar-benar sunyi. Hanya terdengar deru mesin mobil yang terdengar sangat halus. Ayra hanya diam seraya melihat pemandangan di luar, sedangkan Allard sedang fokus menyetir.

'Apa yang harus kulakukan? Aku ingin menghilang saja dari kehidupannya. Tapi, kenapa sekarang malah jadi begini? Dia malah mengikatku, saat aku ingin lari. Ya, mana bisa pergi?! Argh!' seru dewi batin Ayra frustasi, berbeda dengan keadaan fisiknya yang hanya diam saja tanpa berani mengungkapkannya.

Ayra menoleh, menatap makhluk tampan di sampingnya. Memang, jika posisinya adalah orang kaya dan setara dengan Allard, Ayra dengan senang hati akan langsung menerima lamaran lelaki itu. Bayangkan saja, wajah lelaki itu sangatlah tampan, entah bagaimana Tuhan menciptakannya. Kulitnya juga putih bersih, rambutnya lurus dengan style potongan undercut, dahinya terpampang nyata karena poninya dinaikkan, menambah kadar ketampanan sosok itu yang sudah melebihi batas.

"Sudah banyak yang memujiku tampan dan sempurna. Tapi, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kalau kamu yang mengatakannya secara langsung," ujar Allard tiba-tiba, tanpa menoleh.

"Eh?" Ayra terkejut dengan penuturan Allard. Ia tidak menyangka Allard bisa mengatakan hal seperti itu.

"Memang apa bedanya kalau aku yang mengatakannya?" tanya Ayra cuek. Sifatnya sekarang berubah. Tidak ada lagi Ayra yang takut maupun sering gugup. Salahkan saja makhluk tampan di sebelahnya ini yang sangat menyebalkan.

"Karena aku merasa lebih bahagia jika orang yang kucintai yang mengatakannya," tutur Allard tulus, membuat Ayra bungkam seketika karena keterkejutannya. Allard sendiri pun tidak menyangka bahwa dirinya akan mengatakan hal seperti itu. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, dia mengikuti kata hatinya.

Seketika Ayra bersemu, entah kenapa mendengarnya langsung dari Allard, membuat hatinya berbunga-bunga. Ia juga merasakan seakan ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya.

"Kamu lebih cantik kalau merona seperti itu," ujar Allard seraya tersenyum kearah Ayra.

Ayra yang mendapat senyuman maut itu pun langsung menoleh lalu menyandarkan dahinya di kaca jendela mobil, menyembunyikan wajahnya yang semakin panas.

'Apa aku mulai menyukainya? Tidak tidak, TIDAK!!!' lagi-lagi dewi batin Ayra berteriak frustasi.

Karena terlalu frustasi dan malu, tanpa sadar dia membenturkan dahinya berulang-ulang di kaca jendela. Allard terkekeh geli melihat tingkah Ayra jika sedang malu. Dia benar-benar manis, pikir Allard.

"Hey, sudahlah. Kamu bisa membuat dahimu semakin lebar," ujar Allard seraya menahan kepala Ayra yang masih setia membenturkan dahinya.

Ayra menoleh, menatap Allard datar. Namun, tatapannya segera melebar saat mengetahui mobil Allard sudah berhenti. "Eh, kenapa berhenti?"

"Kita sudah sampai," jawab Allard, lalu melepas safety-belt Ayra. Dekat, sangat dekat. Bahkan, Ayra dapat merasakan napas Allard yang berhembus di pipinya.

Selesai melepas safety-belt Ayra, Allard pun keluar dari mobil. Tanpa basa-basi, Ayra juga keluar mengikuti Allard yang sudah melangkah menuju halaman rumahnya.

He's My Husband [ REPUBLISH ]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum