Part 4 | Allard's Palace

143K 6.6K 53
                                    

Sosok ringkih itu tertidur hampir dua belas jam lamanya. Bahkan, Allard sampai memanggil dokter pribadi keluarganya karena gadis itu yang tidak kunjung bangun. Namun, sekarang lelaki dingin tersebut dapat bernapas lega. Pasalnya, Ayra hanya kelelahan dan kurang tidur saja. Jadi, Allard membiarkannya tidur di kamarnya, memastikan gadis itu beristirahat dengan cukup.

06.20 p.m

Mata sayu nan indah itu mengerjab pelan. Ayra. Gadis malang dengan tubuh ringkih itu meregangkan persendiannya yang terasa kaku karena terlalu lama berbaring. Entah kenapa, kali ini dia merasa tidurnya sangat nyenyak. Tempat tidur yang ditempatinya begitu nyaman. Namun, saat benar-benar membuka mata dan mengumpulkan nyawanya yang sempat terpecah entah kemana, Ayra terkejut dan langsung beranjak dari ranjang nyaman entah milik siapa, dia tidak peduli. Jam dinding besar di hadapannya menunjuk pada angka hampir pukul tujuh, lalu menoleh ke sekitar dan mendapati hari sudah petang. Astaga, dia harus bekerja!

Ia tidak sempat melihat-lihat ruangan mewah yang baru saja ditempatinya, dia langsung mencari tasnya yang ternyata berada di sofa di ujung ruangan, dia pun langsung menyambarnya dan berlari ke arah pintu kamar untuk keluar dari ruangan tersebut. Namun, langkahnya langsung terhenti saat menyadari bahwa dirinya tengah berada di dalam sebuah rumah yang tidak dapat dikatakan rumah lagi, karena menurutnya ini adalah istana! Mansion mewah!

"Pacarnya Kak Al udah bangun?" tanya seseorang tiba-tiba, yang baru saja keluar dari kamar sebelah, bertepatan dengan Ayra yang juga baru keluar dari kamar milik entah siapa.

Ayra menoleh dan langsung terkejut saat melihat seorang gadis cantik tengah menatapnya datar. Dirinya tidak mampu berkata-kata, karena dia juga tidak tahu ingin mengatakan apa. Alhasil, dia hanya diam dengan mulut yang sedikit terbuka seraya menatap gadis cantik itu.

'Astaga! Apakah dia bidadari? Cantik sekali,' batin Ayra. Gadis di depannya benar-benar cantik. Rambutnya lurus, panjang di bawah bahu dengan warna blonde yang indah . Wajahnya kecil dan tirus, bibirnya tipis nan ranum. Tingginya sedikit melebihi Ayra dan tubuhnya pun ramping. Ah, sungguh tubuh yang ideal.

"Aku tahu aku cantik," ujar gadis itu, lalu menghampiri Ayra yang masih menatapnya. "Keyra," ujarnya, seraya mengulurkan tangan putih mulusnya.

"Ayra," balas Ayra sedikit bingung, lalu menyambut uluran tangan Keyra. Ia tidak percaya bahwa gadis secantik Keyra mau berkenalan dengannya. Tangan gadis cantik itu juga sangat lembut, berbeda dengannya yang sedikit lebih kasar karena digunakannya untuk mencari nafkah.

"Ayo turun. Keluargaku sudah menunggumu di meja makan," ujar Keyra, lalu beranjak meninggalkan Ayra yang masih mencerna ucapan gadis itu. Oh, apakah Ayra melupakan sesuatu?

"Hey, tunggu!" panggil Ayra tiba-tiba setelah sadar bahwa dia berada di tempat asing. Untunglah Keyra langsung membalikkan badannya. "Bisakah aku langsung pulang?" Tanyanya hati-hati.

"Kalau itu, aku tidak berani mengizinkannya. Lebih baik Kakak bilang saja pada kakakku," ujar Keyra sedikit lebih santai, setidaknya tidak sedatar tadi.

"Kakakmu?" tanya Ayra, lagi. Dia benar-benar bingung. Ia tidak tahu siapa yang Keyra maksud, apakah Allard? Karena orang terakhir yang dia lihat sebelum pingsan adalah lelaki itu. Tapi, apa mungkin? Ah, sungguh. Dirinya seperti orang linglung sekarang. Sedangkan, Keyra hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ya. Kakakku yang membawamu kesini," jawab Keyra, "Aku tidak habis pikir, kakak berani sekali membawa gadis ke rumah. Apa dia sudah tidak takut dengan Dad? Atau jangan-jangan dia...," lanjutnya hanya dengan sebuah gumaman pelan dan hanya bisa didengar olehnya, tatapannya pun berubah—seakan menerawang sesuatu.

He's My Husband [ REPUBLISH ]Where stories live. Discover now