blackpink daily • bangun

5K 525 17
                                    


"LILISS!" Teriakan itu berasal dari Emak dengan centong nasi di tangan. Padahal Emak teriak di samping kasur Lisa, tapi anak itu malah narik selimut sampai kepala. Emak kesal, menarik selimut yang menutupi tubuh putri semata wayangnya. "Heh! Lo bukannya kuliyeh malah molor aja! Bangun buruan!"

Lisa cuma membalas dengan gumaman gak jelas. Amarah Emak naik kemudian melempar centong nasi yang mendarat kencang di kening Lisa. Cewek itu bangun, terduduk sambil memekik. "EMAK NGAPAIN SIH? Ya Allah sakit bener ini jidat!"

Emak mendengus, "makanye kalo dibangunin tuh langsung bangun! Cepet mandi! Udeh jam tujuh ini."

Mata Lisa kembali melotot, gadis itu langsung melompat turun dari kasur. "Ngapa kaga bangunin dari tadi sih?"

"BODO AMAT!" Balas Emak sambil membanting pintu kesal.

••

"He'eh eta teh sodara jauhnya Ce Teten. Ih dia mah sering banget bawa cowok ke kosannya. Iya ih!" Beda sama Lisa yang harus dibangunin dengan cara barbar. Jisoo udah duduk cantik di depan meja makan sambil mengunyah nasi goreng ikan asin buatan Bunda.

"Heh? Tatangga? Jinjja?" Jisoo langsung nengok, bingung sama Bunda yang biasanya juga ngomong bahasa Sunda sekarang sok-sokan ngomong bahasa Korea.

Bunda lagi telfonan sama Bundanya Ong yang mana rumahnya di depan rumah mereka. Bunda emang suka aneh.

••

Jennie udah bangun dari tadi. Udah rapi juga. Tangannya memegang ponsel sementara tangan satunya sibuk menghitung uang. Dari tadi cewek itu heran, ya abis uangnya kemarin ada 150 ribu eh sekarang tinggal 20 ribu, sisanya ke mana coba?

"Ih! Enggak, Umi! Jennie semalem makan rendang kiriman Umi, jadi gak jajan." Rengek Jennie pada Uminya di telfon. Umi memang tinggal di Padang sementara Jennie di Jakarta.

"Ya udah nanti Umi kirim lagi."

Jennie menggeleng, tegas. "Gak usah, Umi. Nanti Jennie nagihin utang ke anak-anak aja."

Anak-anak yang Jennie maksud itu Bambam, Jackson, Namjoon, sama Ten. Deretan penghuni ruang BEM yang kerjaannya minjem uang Jennie, tapi suka amnesia kalo ditagih. Tangan Jennie masuk ke saku jaketnya, kemudian tersenyum bahagia bahkan hingga memekik heboh. "UMI! UANGNYA KETEMU!!!"

••

Beda Jennie, beda Raden Ajeng Sarasmita Oktaini Kuncoroningrat atau singkatnya Rosé. Kalau Jennie tinggal di kosan, Rosé tinggal di rumah pribadi yang ukurannya sama besar dengan fakultas mereka. Rosé memang keturunan bangsawan, jadi gak heran kalau saat dia ke kampus mobilnya sampai dua. Satu untuk mengantar Rosé, satu lagi untuk mobil pengawal. Kaya sekarang.

Kalau dulu pas hari pertama malah lebih heboh. Kedatangan cewek itu dikawal oleh polisi bermotor di belakang dan mobil angkatan bersenjata di depan. Heran, ini Rosé presiden atau apa?

Sekarang sih masih normal. Tapi ya, wajar sih soalnya Rosé anak tunggal dari tiga generasi. Jadi yha, gini deh.

••

Jam kuliah udah selesai dari dua jam lalu. Tapi empat cewek itu masih asik ngobrol di dalam starbak. Di luar hujan, jadi lumayan deh ngupi-ngupi asoy sambil gosipin cowok ganteng di meja depan mereka.

"Yang rambut cokelat, tipe gue banget anjir! Astaga, imut banget itu manusia. Huhu semesta, jadikan lah ia jodohku." Lisa gemes sendiri, terutama ketika cowok berambut cokelat yang ia bicarakan tertawa manis. Aduh, jantung Lisa deg-degan men.

Jisoo cuma mengibaskan tangan, gak tertarik. "Cakepan pacar gue lah. Ih! Jinyoung gak kuliah! Manusia bego ini pasti masih tidur."

Jennie cuma memutar manik matanya, terserah Jisoo lah. "Apaan dah itu cowok model rambutnya kek Umi sebelum hijab, anjer."

Lisa menoleh, kemudian tertawa. Terlalu kencang hingga kumpulan cowok itu menoleh ke meja mereka. Lisa bodo amat deh, lagi Jennie kalo nyeletuk suka gak mikir. Ya namanya juga nyeletuk Lis, masa mikir?

"Jauh ya dari umi, astaga. Capek ih!" Rengeknya, meraih minumannya dan meneguknya cepat. Namun malah membuatnya tersedak. Nice job, chocolate frappe keluar dari hidung Lisa. Timingnya pas sama cowok manis berambut cokelat yang menoleh ke arahnya. LISA TENGSIN!

Sebagai sahabat yang baik tentu saja Jisoo, Jennie, bahkan Rosé tertawa dengan sepenuh hati. Sementara Lisa sibuk mengatai ketiganya dengan berbagai bahasa kasar yang ia ketahui.

Meja berisi para pria tampan itu nyatanya menatap ke arah mereka dengan berbagai macam ekspresi dan ketertarikan yang berbeda.

••


kira-kira, mereka siapa ya?
-amel

another heartbreak story • l.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang