Sixteen

2.3K 98 18
                                    

Aku terlalu bodoh, menyianyiakan kamu yang tulus demi dia yang menyakiti.

Seminggu sudah Bintang dan Steffi menjauh layaknya orang asing, Steffi sekarang selalu menghabiskan waktu di sekolah bersama Adara dan Wulan, walaupun sebenarnya ia ingin hanya sekedar mengobrol dengan Bintang tapi sayang, Steffi terlalu takut jika nanti Bintang memaksa dirinya untuk membalas sebuah perasaan, Steffi tidak bisa.

Sedangkan Bintang sendiri, tak jauh beda dengan Steffi. Bintang menghabiskan waktu istirahat atau free time nya hanya di ruang musik atau kantin, itu lebih baik daripada harus dikelas, matanya selalu memaksa dirinya untuk memperhatikan gadis itu.

"Lo lagi ada masalah sama Bintang?" Adara membuka percakapan saat mereka di kantin dan tak sengaja melihat Steffi dan Bintang yang sama sama membuang muka saat pandangan mereka bertemu.

Steffi hanya menggeleng dan mengaduk ngaduk makanannya asal tanpa mau berniat memakannya, ia jadi ingat, saat dulu ia tidak mau makan, Bintanglah yang menyuapinya makanan itu. Di sela sela memikirkan Bintang, bibirnya mengukir senyuman saat ia ingat sore nanti, ia dan Rendy akan merayakan ulang tahun Rendy di cafe biasa yang sering mereka datangi dulu.

Steffi sudah menyiapkan semuanya untuk Rendy, kado, kue hingga pakaian yang akan dikenakan pun sudah benar benar siap dari jauh jauh hari. Bisa dibilang Steffi sangat tidak sabar menunggu hari ini, menunggu waku dimana kenangan itu bisa diulang, hanya berdua.

~~~

Steffi sudah rapi dengan dress biru laut selututnya, dengan rambut bergelombang yang di gerai dan high heels nya membuat penampilan hari ini semakin anggun walaupun sebenarnya ini bukan sama sekali seorang Steffi, sekali lagi, memang kadang cinta membuat bodoh.

Saat mereka janjian pukul 5 sore di cafe dekat taman perumahan Steffi, gadis itu sudah pergi sekitar setengah jam lebih awal, bahkan ia tidak berpamitan kepada ang David, karena memang Bang David belum pulang dari kuliah, dan Bi Inah pun sedang pergi ke supermarket.

Sesampainya Steffi disana, ia memilih kursi paling pojok di dekat jendela agar saat Rendy tiba, ia dapat melihatnya. Kue dan kado sudah diletakkan rapi oleh Steffi di meja, saat pukul 4, Steffi bersemangat untuk menyalakan lilin yang sudah berada diatas kue itu.

Semoga lo suka. Batinnya saat melihat semuanya telah selasai.

Namun sayang, 3 jam berlalu, kebahagiaan itu perlahan terhapus oleh kekhawatiran. Rendy sama sekali belum muncul di hadapannya sekarang, ia takut jika terjadi apa apa dengan Rendy, bahkan lilin yang tadi sudah menyalapun sebentar lagi mungkin habis, untung saja cafe ini dekat supermarket, hingga memudahkan Steffi untuk membeli lilin ulang tahun yang baru.

Steffi berpesan kepada pelayannya untuk menjaga meja karena dirinya harus membeli lilin untuk Rendy, kan tidak lucu jika nanti Rendy datang, tapi lilinnya sudah habis dan sudah pasti tidak bisa ditiup.

Hingga Steffi balik ke tempat pun, kursi itu masih kosong, namun anehnya lagi lagi Steffi bersyukur, karena itu berarti dirinya bisa mengganti lilinnya terlebih dahulu sebelum Rendy datang. Setelah merasa selesai, Steffi mulai merasa bosan, saat teman temannya sudah tidak berisik lagi di grup whatsapp, ia beralih ke aplikasi instagram.

Hatinya lagi lagi tersayat, tangisnya perlahan turun, saat ia melihat jelajah kiriman di instagramya dengan nama akun Fika, menyebarkan fotonya bersama Rendy, Fika memegang bucket bunga, dan Rendy memegang sebuah kue ulang tahun, mereka saling menatap di foto itu, Fika menulis caption, 'Happy birthday, tetap jadi Rendy yang aku kenal ya.'

Kenapa? Steffi masih tidak percaya akan apa yang terjadi, akan apa yang menimpa dirinya. Ia sudah menunggu waktu ini sangat lama, lalu kenapa saat waktunya tiba, Steffi tak diizinkan bahagia? Ia kira ini akan menjadi kenangan indah yang baru bersama Rendy, tapi nyatanya justru saat ini, kenangan indah dulu justru terhapus oleh kejadian ini, kejadian yang mampu menghapus indahnya kenangan bersama Rendy dulu.

Tanpa fikir panjang, Steffi meninggalkan kue ulang tahun serta kadonya. Ia pergi keluar kafe dan lucunya, seperti semesta yang tahu akan keadaanya, hujan deras serta petir yang menggelegar seakan sedang meneriaki kebodohannya yang terlalu berharap lebih pada seseorang yang yang bahkan tak pantas diharapkan.

Steffi berlari sebisanya, rasa dingin dan takut pun seakan kalah dengan sebuah rasa kecewa, benar benar berantakan kini keadaannya, high heels yang ia pakai berlari pun patah, hingga kini ia berlari sendirian di bawah derasnya hujan tanpa alas kaki.

Rendy, jika ini adalah akhirnya, jika ini akhir cerita kita, terimakasih karena lo,, gue pernah lupa bagaimana caranya menangis, dan sekarang, berkat lo pula, gue nggak tahu gimana caranya gue tersenyum, saat lo udah benar benar berhasil ngancurin hati gue. Kalau aja waktu bisa diputar, lebih baik gue nggak pernah dipertemukan dengan seseorang yang mampu ngendaliin perasaan gue, kaya lo.

Hari ini, Steffi bahkan sudah benar benar dikecewakan, oleh orang yang dicintai dan orag yang selama ini dianggapnya sebagai sahabat. Biarlah kali ini, Steffi akan melepaskan ikatan itu, karena Rendypun mungkin sudah ingin terlepas.

Steffi terlalu sibuk dengan Rendy, bahkan dia pun tak menyadari saat Rendy sudah dekat dengan seorang perempuan, itu artinya, Steffi tak akan bisa lagi masuk ke kehidupan Rendy seperti dulu, kini hanya ada satu permintaan Steffi untuk Rendy, yaitu bantulah ia untuk mencari tahu cara melupakan Rendy, karena ia sadar bahwa Steffi tak akan bisa masuk lagi kerumahnya, saat kunci itu sedang ada di tangan perempuan lain.

Terimakasih, selamat tinggal.



Haii makasih yang udah baca..
Vote + comment👌
Kritik dan saran juga ya aku tunggu

For A LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang