Thirty Three

332 12 7
                                    

Aku sendiri sekarang, semesta sudah membawanya pulang.

Ketika Bintang sedang berada di ruangan Bulan, Bundanya datang menyampaikan kabar yang Bintang tunggu tunggu sejak lama, Steffinya sadar.

Bintang berlari keruangan Steffi, setelah dibukanya pintu, ternyata benar, mata cantik itu sudah terbuka, walau mungkin masih sangat lemah untuk bicara.

"Aku datang, maaf nggak ada disaat kamu buka mata untuk pertama kalinya setelah sekian lama."

Steffi diam, ia tahu gadis itu tersenyum, tipis sangat tipis, Bintang berdiri disamping papanya Steffi, sedangkan Bunda di sebelah mamaya Steffi, terlihat jelas raut bahagia Mama Steffi saat melihat anak gadisnya itu bangun.

"Ma.." Ujarnya pelan dan terbata

"Iya kenapa kamu mau apa sayang?" Jawab sang mama sambil mengelus puncak kepala anak bungsu yang sudah jadi anak tunggal sekarang.

"Temenin aku ya."

Sang mama tersenyum lalu mengangguk mantap, "Pasti sayang, kamu harus sembuh."

"Abang dimana?"

Semuanya saling menatap, kenapa Steffi bertanya secepat itu, mereka tak tega harus mengatakannya pada Steffi yang baru saja bangun dari tidur panjangnya.

"Raina sayang, kamu jangan banyak bicara dulu ya, kamu belum kuat, kamu istirahat saja kami akan terus disini." Ujar sang papa, ya papanya memang senang memanggil Steffi dengan sebutan Raina.

"Abang udah pergi ya." Tanya Steffi mengacuhkan perintah dari papanya, sedangkan orang yang berada disana sudah menahan tangisnya, darimana Steffi tahu perihal David.

"Pergi kemana sih sayang?" Ujar papa yang masih mengelak.

"Kembali ke rumahnya Tuhan."

Mamanya sudah tak kuasa menahan tangis saat mendengar Steffi bicara, pelan tapi begitu menyakitkan, ia memeluk tubuh Steffi erat.

"Aku kira, itu cuman mimpi."

"Kamu jangan ya sayang, kamu disini aja sama mama."

"Aku ketemu abang, dia pamit ke aku, waktu aku bilang mau ikut abang, jangan dulu, abang suruh aku buat bilang maaf kesemua orang yang kenal abang, abang juga bilang, katanya kasih tau mama papa jangan sedih ketika dia pergi, dia ingin melihat kita tersenyum, Ma, Pa, tersenyumlah untuk Bang David, seperti aku."

Bukannya senyuman yang Steffi lihat, tentu saja air mata, papanya yang tak pernah Steffi lihat menangis, untuk pertama kalinya terlihat menyeka air matanya, perih sekali rasanya melihat kakak beradik ini.

"Steffi capek, Aku mau istirahat dulu ya." Ujarnya tersenyum yang segera dibalas gelengan oleh sang mama.

"Nggak, kamu jangan tidur ya sayang, mama takut, tolong temani mama." Mamanya berusaha tersenyum padahal airmatanya masih berjatuhan.

"Mama jangan takut, Steffi hanya lelah ingin tidur, Aku ingin bertemu Bang David lagi ketika tidur."

***

Steffi terbangun dari tidurnya, dan tersenyum tipis ketika melihat dengan setianga Bintang tidur disamping sambil terduduk, Steffi tahu pasti itu sangat pegal.

Tangan Steffi yang tanpa infusan erat digenggamnya, dengan tangan yang lain Steffi berusaha mengelus rambut laki laki yang ia rindukan selama ini, dan, ya, Bintang terbangun.

For A LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang