16. One day trip with Ardi- Part 3

17.1K 2.5K 536
                                    

"Di, boleh lihat-lihat isinya?" tanya Sita, mengacungkan kamera ke Ardi yang duduk di salah satu kursi pantai dengan dua buah es kelapa muda di sebelahnya.

Ardi mengangguk. "Sebentar ya, aku ke mobil dulu. Ada yang mau kuambil," pamit Ardi.

Sita melihat foto-foto yang sudah diambil Ardi sebelumnya. Banyak foto keluarganya. Sita mengenali dr. Grace, papa Ardi, Nash dan juga Aska. Lebih banyak gambar Aska bertebaran di kamera dari pada Nash. Sudah jelas yang paling narsis di keluarga Ardi itu siapa.

Ada juga foto keluarga besarnya. Sita baru menyadari, keluarga Ardi yang berwajah bule dan bermata abu-abu ada banyak.

Ardi datang membawa gitar saat Sita masih asyik mengamati foto. "Banyak yang bule ya? Matanya bagus-bagussss...." seru Sita saat Ardi sudah duduk di sebelahnya.

"Pramudya dan Bratayuda matanya abu-abu," jawab Ardi.

Sita memperhatikan mata Ardi yang kalau tidak pakai kacamata terlihat jelas berwarna coklat terang. "Loe kok coklat?"

Ardi tersenyum, "Kan aku pernah bilang kalau aku Ardhani."

Sita menepuk keningnya. "Maaf, Di. Yang gue inget nama keluarga loe Bratayuda soalnya.

Tapi mata loe bagus kok... ga usah khawatir. Masih oke lah buat main kedip-kedipan," tambah Sita lagi sementara Ardi tertawa.

"Kalau bilang kedip-kedipan, aku malah mikirnya aku kelilipan, Sit!"

"Santai, Di... nanti gue tiup kalau loe kelilipan, biar kayak cerita-cerita roman picisan gitu. Uhuuuyyyyy."

Ardi menggeleng-gelengkan kepala, menyambar gelas es kelapa dan meminumnya.

Sita memencet tombol next dan terpaku melihat foto Ardi dengan Dee.

Dee memeluk lengan Ardi, menyandarkan kepalanya ke bahu Ardi. Saat itu dia mengenakan kostum balet dan sepertinya di backstage.

Ardi menyadari Sita mendadak diam, ikut mengintip ke arah kamera lalu menjelaskan. "That's Dee, saat pertunjukan balet dan dia bangga banget dapat peran black swan."

Hati Sita mencelos. Udah jago bahasa Prancis, pinter nari, muka aduhai. Apa kabar Sita yang goyang dombret aja ga bisa?

"Deket banget ya sama loe," gumam Sita, kecewa.

Ardi mengambil kamera dari tangan Sita dan mengalungkan ke lehernya lagi.

"Kubilang kan dia temen aku dari lahir. Ya, kami dekat. Dia satu-satunya teman kecil aku yang masih bertahan walau aku pernah pindah kota. Aku lumayan lama tinggal di Bali loh setelah Ayah aku meninggal."

"Iya? Kenapa ke Bali?" Sita penasaran.

"Bunda butuh waktu untuk mengatasi duka. It was a hard time for us. Dan selama di sana aku ga bisa menghubungi keluargaku. Satu-satunya yang bisa kuajak ngobrol hanya Dee. Anggaplah dia yang buat aku connect sama Jakarta walau biasanya aku ngobrol diam-diam, ga ketahuan Bunda.

Saat kembali ke Jakarta ya lebih dekat lagi karena kami masuk ke sekolah yang sama. Dia supel, jadi karena dia, aku ga terlalu susah menyesuaikan diri sama lingkungan baru walau aku anak pindahan."

"Oh...." Sita melamun, tetap saja rasanya seperti sahabat rasa pacar melihat Dee bebas menggelendot di lengan Ardi. Sita aja ga berani!!!

Sita masih terdiam sampai akhirnya pipinya terasa dingin.

Sita menjerit kaget, memukul lengan Ardi otomatis karena menempelkan gelas es kelapa di pipinya.

Ardi tertawa. "Diminum sih, bengong aja, nanti dehidrasi!"

My Favorite Person!Where stories live. Discover now