1. Namanya Ardi

27.1K 3K 486
                                    

Ada alasan kenapa Sita yang dari SD sampai SMP terkenal suka datang telat mendadak rajin datang pagi ketika duduk di bangku SMU.

Tentu saja karena si cowok manis dan berkacamata yang bernama Ardi selalu datang tepat pukul 6 pagi.

Sita bahkan hapal kebiasaan apa saja yang akan dilakukan Ardi saat dia datang. Dia menaruh tas, mengeluarkan buku, menumpuk rapi buku yang akan digunakan sesuai jam mata pelajaran lalu dimasukkan ke kolong meja.

Biasanya dia akan mengelap kacamatanya baru membaca buku apapun yang dia pinjam hari sebelumnya di perpustakaan. Ardi tak punya genre favorit, semua buku dibaca habis. Tak heran dia sangat pintar.

Sita adalah fansnya. Fans berat, team hore-hore, you name it! Karena bagi dia jadi secret admirer sudah terlalu mainstreem. Mending terang-terangan ajalah! Kalau ditolak sakit hatinya di awal, ga di akhir. Jadi istilah menyesal selalu di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran ga berlaku lagi. Duh, ini apa sih?

Pertama kali kenal Ardi tentu saja saat MOS. Tidak, tidak ada adegan telat lalu dihukum bareng. Cuma sekedar diminta baris lalu kebetulan yang ada di belakang Sita ya Ardi.

Tahu adegan kartun yang ada mata bling-blingnya? Sepertinya mata Sita berubah seperti itu saat dia menoleh ke belakang.

Alamak! Anak siapa ini? Walaupun rambutnya cepak irit khas anak baru, tetep saja kecenya ngalahin kakak ketua OSIS berambut lebat nan rapi yang tadinya Sita gebet di awal masuk sekolah.

Leher Sita jadi agak kaku karena kebanyakan menoleh ke arah Ardi.

Dari pembawaannya, Sita tahu Ardi pasti pendiam. Buktinya saat diajak kenalan cuma nyebut nama panggilan aja, Ardi... Ga pakai nama lengkap.

Eh, atau memang biasanya begitu aja ya? Tak tahu lah... Sita mendadak korslet karena mengharap Ardi bicara panjang lebar. Suaranya sih belum berat-berat seksi, jakunnya pasti baru numbuh, tapi so far terdengar ramah.

Ada bau-bau anak pintar dari sosok Ardian dan dugaan Sita tak salah. Dia pintar! Pintar banget! Gosipnya dia meraih nilai tertinggi dalam penerimaan siswa walau dia tidak pernah membenarkan. Habis hanya dia satu-satunya yang tidak tercantum nama SMP-nya di berkas penerimaan. Mungkin file-nya sedang eror.

Sita beruntung dari awal bisa duduk di sebelah Ardi. Maunya sih semeja berdua, sayang saja Sita ga bisa ganti kelamin atau menyamar jadi laki-laki biar bisa dekat-dekat seperti di film-film drama yang pernah dia tonton.

Ada dua jenis cowok dalam analisa ala Arshita. Yang ganteng dan sadar kalau dia ganteng, biasanya yang begitu suka berubah jadi sok oye, macam kakak kelas Sita di club basket. Dan ada yang ganteng tapi ga merasa ganteng. Nah, Ardi masuk kategori yang kedua.

Di sekolah ada yang lebih ganteng? Adaaaa...  Yang kesannya lebih macho juga banyak. Tapi pesona seorang Ardian tak bisa terganti.

Anggaplah Sita sudah terkena sindrom cinta monyet yang kebangetan monyet. (?)

Ardi tak terlalu mahir olahraga. Di tas atau sakunya selalu sedia inhaler. Pernah harus lari 800 meter, dia berhenti saat mencapai 200 meter lalu sibuk dengan inhaler-nya, tak ikut lari lagi. Ujung-ujungnya harus terkapar di UKS.

Kekurangan yang seperti itu malah bikin gemas. Kalau kelewat sempurna kan mau deketin jadi jiper sendiri.

"Pagi, Ardi...." sapa Sita dengan senyum lebar ala iklan pasta gigi.

Ardi ikut tersenyum. "Pagi...."

Tuh kan, disenyumin gitu bikin meleleh. Anggap saja mood booster setelah hari berat yang dijalani Sita hampir setiap hari dalam bulan-bulan terakhir ini.

Sita diam memperhatikan Ardi yang menyusun bukunya sama rata. Ada keinginan terpendam dalam diri Sita. Kalau bukunya digeser beberapa mili, Ardi sadar ga ya? Trus kira-kira akan ngomel ga?

Dia mengeluarkan bekal, sandwich pakai daging asap dan telur.

"Sita mau?" tawarnya. Ditawari begitu kan mubazir kalau ditolak walau perut Sita sebetulnya sudah kenyang. Tadi dia sudah sarapan nasi uduk pakai semur tahu.

"Kok tumben bawa bekal?"

"Ga sempet sarapan. Tadi agak kesiangan. Adikku rewel dari semalam, kena cacar," jelasnya sambil lalu.

Sita hanya manggut-manggut. Ardi agak misterius. Walau sudah sekelas hampir tiga tahun, tak ada satupun yang tahu rumahnya di mana? Adiknya ada berapa? Nama ayah-ibunya siapa? Ukuran celananya berapa? Makanan favorit dan minuman favoritnya apa? Moto hidupnya apa?

Kan kalau tahu, lumayan buat nambah-nambahin isi biodata.

Kalau ada tugas kelompok, biasanya dia meminta dikerjakan di rumah teman-teman yang lain, jangan ke rumahnya.

Entahlah, masa sih dia malu? Padahal ditilik dari gayanya, Ardi sepertinya bukan anak yang diterima dari program Kartu Jakarta Pintar.

"Adik loe ada berapa, sih?" tanya Sita penasaran.

Ardi hanya menjawab dengan senyum. Matanya beralih ke buku yang mulai dia baca.

Begitu deh, setiap ditanya hal pribadi, mendadak cuek.

Ardi... Ardi.... Loe itu sebetulnya siapa sih?

----------

Ketika ibuk-ibuk, menulis Teen geje.

Jadinya ya gini... Ga jelas. 😅😅😅

Hampura ya....

Luv,
NengUtie

My Favorite Person!Where stories live. Discover now