9. Kalau kuceritakan semua, bisa ga aku percaya sama kamu, Sit?

15.6K 2.7K 456
                                    


"On time! Ga lewat sedetik pun. Thank you, Di!" seru Dee saat melihat Ardi berdiri di depan pintu rumahnya.

Dengan penuh semangat, Dee menarik tangan Ardi, membawanya ke ruang keluarga, menyerahkan drawstring bag yang  ada kartu bertuliskan Keenan's 6th birthday.

"Di, tolong bantu isi goodie bag-nya ya, aku mau masukin cupcake-nya ke box dulu.

Duh, aku tadi ga bisa cepet pulang sih, padahal tinggal hias pakai frosting aja." keluh Dee.

Dengan patuh, Ardi memasukkan snack-snack yang sudah diatur rapi ke dalam goodie bag lalu menghampiri Dee yang sibuk di dapur."

"Buatan kamu kan?" tegur Ardi saat melihat red velvet cupcake di kitchen table yang sudah dihias dengan white frosting ditambah dengan strawberi segar sebagai topping.

"Iya, coba aja. Frosting-nya pakai cream cheese, ga terlalu manis kok. Sengaja kubuat begitu."

Ardi mengambil cupcake dan memakannya. "Enak Dee," ucapnya setelah menyantap kue tersebut sampai habis.

"Kayaknya efek kamu lapar deh, bukan karena cupcake-ku enak."

Ardi tertawa. "Beneran enak kok. Persis sama kayak buatan Bunda."

"Aku memang minta resep Tante Grace kok. Langsung naksir pas makan cupcake itu di ultahnya Nash tahun lalu. Bagus deh kalau rasanya sama. Aku aja belum sempat nyicip," ucap Dee yang tangannya masih sibuk merapikan dus cupcake.

Tanpa banyak bicara Ardi mengambil cupcake yang tersisa, memotongnya dengan garpu lalu meyodorkannya ke mulut Dee. "Ga seru kalau tukang kue ga bisa nyicip hasil karyanya sendiri."

Dee tersenyum dan memakannya. "Yes! Berhasil!!!" serunya riang. "Next project aku mau buat Sacher Torte yang sama kayak punya Tante Grace!"

"Kalau kamu buat itu, aku minta!"

"Iya, nanti kutelpon. Ambil sendiri tapi, aku ga mau antar!"

Dee mengecek semua perlengkapan. "Goodie bag, cupcake, tiara and crown, balon. Done! Bantu angkut ke mobil yuk, Di."

Berdua mereka memasukkan semuanya ke bagasi mobil SUV sementara cupcake ditaruh di kursi penumpang.

"I'll drive. Kamu kayaknya udah capek banget," tawar Ardi.

Dee bergegas menyerahkan kunci mobil. "Thanks. Aku ada ujian bahasa Jerman sementara semalam harus panggang kue. Entah hasil akhirnya apa soalnya aku ga sempat belajar."

"Jangan suka merendah, aku tahu kamu jago bahasa."

"Aku bisa bahasa Prancis, Di... bukan Jerman! Ga sejago kamu juga," seru Dee kesal sambil meninju lengan Ardi sementara yang ditinju hanya tertawa.

"Oh iya, gimana kabar big fans kamu?" tanya Dee penasan.

"Kipas angin besar?" jawab Ardi, polos.

"Ardiiii, jangan ngelawak deh, ga matching gitu dengarnya."

"Kamu kan yang selalu nyuruh aku jangan terlalu serius."

"Iya sih, tapi agak geli juga denger kamu djayus gitu."

"Ngomong kok ga konsisten sih?" keluh Ardi.

Dee tertawa. "Oke, gimana kabar Sita?"

"Hari ini masuk."

"Apa kabar Mamanya?"

"Aku ga tanya, dia juga ga cerita. Jadi aku belum tahu kelanjutannya."

Dee merengut. Gemas dengan kebiasaan Ardi yang satu itu.

My Favorite Person!Where stories live. Discover now