10. Aku takut, Di...

15.8K 3K 641
                                    

Kalian luar biasa!!!

800 vote ga sampai 24 jam!

Mari kita clear kan dulu ya, neng pasang target itu untuk diri sendiri. Tau kan kalau writer suka kena writer block? Nah neng juga kitu. Makanya di setiap cerita yang neng buat (kecuali cerita yang memang sengaja neng tahan ya) pasti selalu pasang target. Anggaplah janji ke diri sendiri untuk menyelesaikan apa yang udah dimulai.

Di cerita ini pasang target 800 dari awal, tapi bukan berarti harus dapet segitu baru neng mau nulis. Coba dilongok part-part awal, ga nyampe 800 tapi tetep update kan? 😁😁😁

Anggap aja karena Neng keras sama diri sendiri, angka 800 itu batas maksimal untuk start nulis kalau mulai malas.

Yang Neng tak sangka adalah kenapa cepat banget nyampenya? 🤣🤣🤣🤣

Sepertinya kudu naekin target biar ga feeling guilty kalau udah nyampe tapi belum bisa update. 😁😁😁

Kali ini targetnya biar Neng keep sendiri. Daripada kalian jadi terpaksa tekan bintang demi melihat part selanjutnya.

Cerita ini dengan atau tanpa vote pasti akan Neng selesaikan jika ga ada major problem yang bikin Neng sama sekali ga bisa nulis. Jadi don't worry ya...

Enjoy this part... Maaf cuap-cuapnya kebanyakan. 😘😘😘

----------

Tiga hari setelah operasi besar, mamanya dipindahkan ke kamar perawatan. Tak ada kata yang terucap, tak ada penjelasan yang diberikan. Sita cemas bukan main. Menanyakan ke papanya, dia juga tak berkata apapun, hanya meminta Sita berdoa, belajar yang baik, tidak usah memusingkan tentang kondisi mama karena dia ada di tangan yang tepat.

Sita ingin bertanya ke dr. Grace, tapi Sita hampir tak pernah bertemu dengan dia. Menanyakan ke Ardi rasanya terlalu kurang ajar. Kan yang operasi dr. Grace, bukan Ardi.

Sekalinya bertemu dr. Gilang, bertanya macam-macam, pasti pertanyaan Sita langsung dialihkan, malah diajak bercanda. Duh, untung ganteng! Coba kalau enggak. Pasti sudah Sita selepet pakai bikini.

Lama-lama dia gebet juga deh nih! Cuma sayang, menurut kabar yang beredar, dr. Gilang sudah punya pacar. Ada satu suster yang mengusulkan Sita menggebet kembarannya saja yang jauh lebih klimis.

Sita sudah semangat 45 mencari kembaran dr. Gilang yang namanya Galang. Tapi ternyata dia tinggal di Paris.

Ya atuh ga usah ngomong, Mbak!!! Bayar tiketnya Sita ga sanggup!

Ada satu perubahan berarti setelah Sita tahu Ardi itu pangeran pewaris kekayaan yang rekeningnya tak berlimit. Ardi jadi jauh lebih santai.

Dia mengenalkan Sita pada Nash, adiknya yang ya ampunnnn manis banget sih jadi anak! Minta dikuwel-kuwel, dijadiin guling, sama kayak abangnya! Eh, itu kelewat ngarep.

Sita belum kenal dengan adik Ardi yang cowok karena dia jarang ke daycare, dari sekolah langsung ke rumah. Dulu, saat melihat sekilas, Sita beranggapan dia sombong. Namun kata Ardi, Aska ga sombong, cuma songong!

Setiap hari Ardi akan mengantarkan Sita ke RS sepulang sekolah. Dia beralasan karena ingin menjemput Nash. Sikapnya selalu manis, tak lupa mengingatkan Sita untuk mengerjakan tugas dan belajar. Biasanya mereka malah mengerjakan tugas berdua di kantin.

Kalau ada acara nge-date sehat, ya yang seperti ini. Minum teh dan kopi sambil ngerjain soal SIMAK UI. Tapi tak apa-apa, walau otak berasap Sita rela. Motivasi dibelikan motor kreditan kalau masuk Universitas Negeri saja kalah sama keinginan terlihat pintar di depan laki-laki pujaan.

Apalagi pas Sita dengar Ardi menjawab telpon dan bicara cepat dalam bahasa Prancis. Alamak! Seksi! Sita saja baru tahu kalau Ardi bisa lima bahasa. Jepang, Jerman, Prancis, Inggris dan bahasa Indonesia. Sita hanya berharap Ardi juga bisa bahasa kalbu.

My Favorite Person!Where stories live. Discover now