12~ Oldest Brother

Start from the beginning
                                    

"Aku juga kangen dengan Rinji -Nii. Tapi entah kenapa aku menjadi sangat gugup seperti akan terjadi sesuatu yang diluar batas kemampuanku"gumam Rui pada dirinya sendiri.

"Aku merasa semua ini hanya akan menjadi mimpi saja. Dan aku akan terbangun dalam keadaanku sebelumnya"gumam kembali Rui.

"Daripada menyebutnya mimpi-"suara itu mengagetkan Rui membuatnya segera membalikkan tubuhnya cepat dan mendapati Fumio yang berjalan mendekat kearahnya.

"Bukankah lebih baik menyebutnya kenangan?"sambung Fumio dengan senyumannya, Rui terpaku menatap Fumio.

"Kita tidak tau kedepannya bagaimana. Tapi menyebutnya mimpi itu sangat disayangkan sekali. Jadi lebih baik menyebutnya sebagai kenangan"kembali Fumio menjelaskan dengan senyumannya, Ruipun nampak tersenyum lega dan membalas senyuman Fumio.

"Pfft-"senyuman Rui yang diakhiri tawa kecilnya, Fumio nampak kesal melihat tanggapan Rui.

"Aku tidak menyangka Fu -chan dapat bermain dengan kata-kata -haha"ujar Rui dengan tawanya.

"Kau meledekku, huh?!"kesal Fumio dan mendapati gelengan dari Rui namun masih dengan tawanya.

"Tidak tidak... Justru aku sedang memuji Fu -chan -haha"ujar Rui yang membuat Fumio tambah kesal karena, Rui berusaha untuk menghentikan tawanya.

"Maksudku... Walaupun Fu -chan tidak pintar seperti Yoshio senpai dan Daiki tapi Fu -chan sangat baik dalam menggunakan kata-kata"ujar Rui, kekesalan Fumio menghilang dan menjadi tersipu dengan pujian dari Rui, Rui terkekeh.

"Aku rasa Fu -chan bisa menjadi pengacara yang berbakat... Atau penasehat atau penulis, ah! Tapi Fu -chan tidak suka membaca"ujar Rui yang diakhiri dengan candaan kecilnya.

"Ugh- Kau ini. Ayo masuk. Nanti masuk angin"ujar Fumio diakhirnya dan mendapatkan anggukan dari Rui.

====

Rui menatap kaca jendela mobil, menatap Daiki yang berdiri dengan tegap di depan gerbang sekolah. Mata mereka seakan saling menembus kaca jendela mobil tersebut. Saling menatap seakan ingin membaca satu sama lain. Pandangan merekapun akhirnya berakhir begitu saja saat mobil mulai berjalan dan menjauh dari hedunh sekolah.

'Daiki?' batin Rui.

"Saya dengar Rui -sama sudah bisa kembali berbicara"suara pria paruh baya tersebut menyadarkan Rui membuat Rui membenarkan posisi duduknya menatap ke depannya tepatnya pada pria paruh baya yang sedang duduk mengemudi.

"Um~"jawab Rui pelan seraya mengangguk sekali, pria paruh baya tersebut menunjukkan senyumannya.

"Maaf sudah merepotkan Kiriya -san sejak dulu"ujar Rui santun.

"Tentu tidak. Rui -sama tidak pernah merepotkan kami"jawab pria paruh baya yang diketahui namanya, Kiriya.

"Kita mau kemana, Kiriya -san?"tanya Rui.

"Ke hotel tempat Rinji -sama menginap"ujar Kiriya, Rui nampak mengangguk mengerti.

"Rinji -Nii dari kapan disini?"tanya Rui kembali.

"Pagi tadi baru sampai Tokyo"ujar Kiriya.

"Sampai kapan disini?"tanya Rui.

"Saya kurang tau tentang itu. Mungkin tiga sampai empat hari"jawab Kiriya sopan, Rui nampak menghembuskan napasnya.

"Berarti Nii -san bakal balik sebelum liburan selesai"gumam Rui, Kiriya nampak terkekeh pelan.

"Apa ada masalah jika Rinji -sama lama disini?"tanya Kiriya yang nampak mendengar gumaman Rui. Rui tersentak kaget kemudian menggeleng kuat.

Voice Later [Book 2] ✔️Where stories live. Discover now