Chapter 27

139 11 5
                                    

Gain berjalan perlahan di belakang Conan. Sesekali menengok ke belakang untuk memastikan tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Bukan apa-apa. Sekarang ini kan dia sedang jurit malam, dari pengalaman yang sudah-sudah, biasanya akan ada satu orang yang menyamar menjadi hantu untuk menakut-nakuti siswa. Namun, ia berharap kali ini tidak ada, sebab tahun kemarin ia sampai pingsan gara-gara ditakut-takuti.

Gain kembali menghadap ke depan. Menatap punggung Conan yang tegap. Sejak dua hari lalu, cowok itu tidak berbicara padanya. Gain ingin memulai pembicaraan, tapi dia bingung mengawalinya. Dengan sedikit ragu, Gain menarik ujung jaket Conan, membuat cowok itu berhenti lalu menoleh. Dia menatap Gain tanpa ekspresi.
"Bisa berhenti sebentar? Gue capek," ucap Gain pelan. Conan hanya mengangguk tanpa berucap.

Gain duduk dengan sembarangan di tanah. Conan berdiri membelakangi Gain sambil bersandar pada pohon.

"Gue minta maaf," Gain memulai percakapan. Conan menoleh sebentar lalu kembali pada posisi semula. Dia tidak mengatakan apapun sebagai tanggapan. Gain melanjutkan, "Gue tahu lo marah sama gue. Gue tahu gue salah, tapi sikap lo ini juga nggak bisa dibilang benar."

"Memangnya yang bilang lo salah siapa?" Conan berujar sinis, masih pada posisinya.

Gain menghela napas lalu menjawab, "Gue yang bilang. Gue tahu lo marah sama gue karena kejadian kemarin lusa, tapi memangnya apa alasan lo marah sama gue? Lo nggak cemburu kan?"

"Nggak ada gunanya juga gue cemburu. Nggak penting." Nada bicara Conan datar. Tanpa intonasi, tapi menusuk hati.

"Lalu apa alasannya sampai lo semarah ini?"

"Gue sudah bilang kan sama lo, gue nggak marah karena gue nggak berhak buat itu. Lalu apa lagi yang lo permasalahin?"

"Sikap lo. Lo bilang lo nggak marah, tapi sikap lo mengatakan lain. Dua hari ini lo nggak mau ngomong sama gue. Sekarang aja lo ngomong tanpa lihat muka gue," ucapnya seraya menatap Conan lekat.

Conan balik badan. Ia menatap Gain tepat di manik matanya. "Gue udah lihat lo. Puas?"

"Enggak. Gue nggak akan puas sampai lo bilang alasan yang sebenarnya."

Conan mendengus. Dia tidak ingin membahasnya, tapi Gain begitu keras kepala untuk membahas hal itu.

"Ayo lanjut! Kita sudah lama berhenti."

"Enggak, Nan. Gue nggak akan lanjut jalan kalau lo belum bilang alasannya."

"Ya udah. Gue tinggal kalau gitu." Conan kembali berjalan. Ia sengaja melambatkan langkahnya agar Gain bisa mengikutinya. Namun, dia tak kunjung mendengar derap langkah dari belakang, jadi Conan kembali berbalik. Dia melihat Gain masih duduk di tempat yang sama.

"Lo kenapa sih? Kenapa keras kepala banget pengen tahu alasan gue marah sama lo?"

"Lo juga kenapa keras kepala banget nggak mau ngasih tahu gue?"

"Kalau ditanya jangan balik nanya!"

"Kenapa? Lo nggak suka?" tanyanya dengan nada yang tidak bersahabat. Gain sudah terlanjur kesal.

"Iya, gue nggak suka! Gue juga nggak suka lihat lo ditembak Neal di depan umum. Gue nggak suka lihat lo akrab-akraban sama Neal. Gue nggak suka lo dengerin musik bareng dia!" Conan sedikit terbawa emosi karena ucapan Gain membuatnya jengkel.

Gain menatap Conan yang sekarang berdiri dua meter di depannya. Dia berdiri, perlahan berjalan menghampiri Conan yang tidak mengalihkan pandangannya dari Gain.

"Kenapa lo nggak suka?" tanya Gain penasaran.

"Kenapa? Lo masih tanya kenapa? Elo itu pacar gue! Bagaimana mungkin gue suka lihat pacar gue ditembak orang lain di depan mata gue, di depan banyak orang pula! Lo mikir dong! Apa yang bakal mereka pikirkan tentang hal itu, hah!?" Conan menghirup udara banyak-banyak, berusaha menetralkan emosi yang mulai tak bisa ia kendalikan.

Ssstt Pacar Pura PuraWhere stories live. Discover now