Chapter 25

144 9 3
                                    

Neal menghela napas berat. Ini sudah terhitung setengah jam lamanya ia berdiri di depan gerbang rumah Gain. Tanpa ada pergerakan maupun niat memencet bel. Dia terlalu takut. Bukan takut Gain marah padanya, tapi takut melihat tatapan kecewa cewek itu. Dia tahu ada yang tidak beres dengan hubungan Gain dan Conan. Tentu saja ada yang tidak beres. Bagaimana bisa dikatakan beres kalau Neal baru saja mengungkapkan perasaannya di depan umum pada cewek yang sudah memiliki pacar?

"Mau sampai kapan berdiri di sini? Sampai kiamat pun masalah lo nggak bakal kelar kalau lo nggak mengambil langkah untuk menyelesaikannya," ucap seseorang yang sudah lelah memperhatikan Neal dari belakang. Neal menolehkan kepalanya dan ia mendapati Arga tengah berdiri bersedekap. Bagaimana bisa ia tidak tahu ada Arga di sana?

"Ayo masuk!"

"Ta-tapi gue...."

"Kalau nggak sekarang kapan lagi? Nunggu monyet bertelur dulu baru lo mau ngomong sama Gain?" Neal menggeleng pelan. Dia memutuskan ikut masuk bersama Arga.

Neal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia berdiri kikuk di ambang pintu sambil menunduk. Dia tidak tahu kalau ternyata rumah Gain akan dipenuhi oleh teman-temannya. Sementara itu, Iman yang menyadari lebih dulu kedatangan Neal menolehkan kepalanya. Ia menyikut Aldo yang kebetulan duduk di sampingnya supaya ikut menoleh. Setelah itu acara sikut-sikutan beruntun pun terjadi dan jadilah orang-orang yang ada di ruang tamu menoleh semua membuat Neal semakin kikuk di sana.

"Oh, lo juga diajakin Arga ke sini, Neal?" pertanyaan itu terlontar dari si pemilik rumah yang baru saja kembali dari dapur. Neal mengangguk ragu.

"Duduk, gih. Gue tinggal dulu ke belakang, mau bikinin minum curut-curut ini," Gain menggunakan dagunya untuk menunjuk teman-temannya. Tentu saja yang ditunjuk tidak terima. Mereka melayangkan tatapan membunuh pada Gain yang sayangnya tidak dipedulikan sama sekali oleh cewek itu.

Neal meneguk ludahnya kasar. Matanya menyisir seisi ruang tamu dan menemukan semua pasang mata tengah menatapnya tajam. Oh ayolah. Neal tahu sebabnya.

"Susul aja ke belakang," ucap Arga sambil lalu. Ia sedikit paham dengan apa yang dirasakan Neal saat ini, maka ia pun memberi kesempatan untuk Neal menyelesaikan masalahnya secepat mungkin.

"Tapi gue ngerasa aneh deh, kemaren kok dia nggak dimarahi sama Bu Ayu ya pas nyanyi buat Gain?" tanya Ifo setelah ia memastikan Neal telah menghilang di balik tembok.

"Bu Ayu nggak tahu kali. Orang dikira itu bagian acara," jawab Arga yang sekarang sudah duduk di samping Iman.

Sementara itu di dapur, Neal masih ragu untuk menghampiri Gain. Dia hanya memperhatikan Gain yang tengah membuat minum.
"Jangan liatin gue kayak gitu," kata Gain tanpa mengalihkan fokusnya.

"A-anu. G-gue mau minta maaf sama lo soal yang kemaren. Gue tahu yang kemaren gue lakuin itu salah, jadi gue minta maaf."

"Gue maafin."

"H-hah?"

"Gue bilang, gue maafin," ulang Gain.

"Se-semudah itu? Ta-tapi kan gue udah bikin lo berantem sama Conan. Kenapa semudah itu lo maafin gue? Bukannya seharusnya lo ngamuk sama gue ya? Minimal kecewa lah sama gue gitu." Gain tersenyum samar.

"Memangnya marah sama lo bisa bikin gue baikan lagi sama Conan? Memangnya ngamuk sama lo bisa bikin dia mau ngomong sama gue? Enggak kan? Lagipula nggak terjadi apa-apa kok di antara kami. Dia cuma sedang lelah aja makanya kemaren langsung pulang," jawabnya.

"Tapi... Tapi kan-"

"Lupakan saja tentang masalah itu, gue bisa menyelesaikannya sendiri. Lagipula, jika memang sudah tidak ada lagi rasa percaya di hati buat apa dipertahankan. Iya kan?" Gain tersenyum miris. Tidak ada hal seperti itu di antara mereka karena hubungan mereka hanyalah sebuah kesepakatan. Tidak ada perasaan lebih di dalamnya.

Ssstt Pacar Pura PuraWhere stories live. Discover now