Chapter 3

646 36 0
                                    

Pagi-pagi sekali Arga sudah berada di depan rumah malaikatnya. Kenapa malaikat? Karena mungkin orang ini bisa membantu mewujudkan ide konyol yang kemarin ia katakan pada Conan. Yah, dia sangat menggantungkan harapannya pada pemilik rumah ini.

Arga.nu : gw udah di depan

Arga memberi tahu pada si empunya rumah lewat line mengenai kedatangannya.

"Tumben berangkatnya pagi banget. Ada apa?" Arga menoleh. Di depan pagar seorang cewek manis dengan rambut panjang bergelombang sedang berdiri bersandar pada pagar.

"Nggak apa-apa. Pengen aja." Arga nyengir. Dia tidak tahu harus bagaimana.

"Masuk yuk, sarapan dulu. Lo pasti belom sarapan kan?" Arga mengangguk. Dia mengikuti cewek itu.

"Eh, ada Arga. Tumben, Ga, jam enam lebih limabelas menit udah sampai sini? Biasanya setengah tujuh baru dateng."

"Hehe, kayaknya gue bangun terlalu pagi, Kak." Arga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya udah. Kakak berangkat dulu ya, keburu macet. Dek, ntar jangan lupa kunci pintu!" Cewek itu mengangguk untuk menjawab kakaknya. Kini hanya tinggal Arga dan cewek itu. Mereka sarapan dalam keheningan.

"Gain... gue boleh ngomong nggak?"

"Ngomong aja lagi. Biasanya juga langsung ngomong kan, kenapa harus nanya?"

"Hehehe bantuin gue dong Gain."

"Bantu apa?"

"Em... jadi pacar pura-pura."

"Uhuk." Gain tersedak mendengarnya. Arga buru-buru memberikan minum pada Gain.

"Lo bercanda ya? Gak lucu!"

"Gue tahu ini nggak lucu, tapi gue bener-bener butuh bantuan lo, Gain."

"Gue gak mau!"

"Please... bantuin gue. Katanya lo sahabat gue," kata Arga dengan memasang wajah memelas. Ya ampun, Gain nggak tega melihatnya.

Gain menghela nafas panjang. Kalau sudah begini dia tidak bisa menolak. Arga terlalu ganteng untuk ditolak. Eh.

"Heem, gue bantu." ucap Gain sedikit terpaksa. Arga tersenyum lebar. Mau tidak mau Gain juga ikut tersenyum.

***

Begitu bel istirahat berbunyi Arga langsung menarik Gain untuk ikut bersamanya.

"Ngapain sih ke taman belakang? Cuma ngomong doang, di kelas juga bisa kali."

"Kita mau ketemu orang yang akan jadi pacar pura-pura lo."

"APA!?" pekik Gain. Dia menghentikan langkahnya sehingga Arga juga ikut berhenti. Gain menatap Arga dengan tatapan bingung. "Tunggu dulu! Orang yang jadi pacar pura-pura gue itu bukan elo?"

"Ssstt, jangan kenceng-kenceng ngomongnya. Udah deh, sekarang lo ikut aja. Ntar gue jelasin di sana."
Gain ikut saja saat tangannya ditarik Arga.

Setelah beberapa menit mereka sampai di taman belakang. Seperti yang tadi sudah Arga katakan, tujuan mereka kemari untuk menemui orang yang akan jadi pacar pura-pura Gain. Di sana, di bawah pohon mangga sudah berdiri seseorang yang cukup tinggi. Tidak setinggi Arga memang, hanya berbeda beberapa senti.

Kalau dilihat dari belakang sih, tuh cowok lumayan juga. Dengan model rambut ala-ala boygrup Korea dan kulit putih bersih. Tipe cowok seperti itu tidak mungkin tidak terkenal, apalagi dia temannya Arga.

Semua penghuni SMA Nasional juga tahu kalau cowok-cowok yang selama ini selalu bersama Arga itu para cowok famous di SMA Nasional. Yang membuat Gain heran cuma si Iman. Dengan tingkah konyolnya dia bisa disukai banyak cewek, tapi mungkin itu daya tariknya.

Ssstt Pacar Pura PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang