Chapter 4

570 32 0
                                    

Gain tengah berdiri di sebelah pos satpam sembari menunggu Arga. Pagi ini mereka tidak berangkat bersama karena Arga menginap di rumah salah satu teman setongkrongannya. Sepertinya mereka baru saja mengadakan acara semalam. Gain terus saja melihat jam tangan merahnya. Sekarang sudah pukul 06.50 dan Arga belum juga sampai. Dasar tukang ngaret.

Karena lelah berdiri akhirnya Gain memutuskan untuk ke kelas duluan. Baru saja Gain berbalik, seseorang mengejutkannya. Dodit, seseorang yang belakangan ini tidak ingin ia jumpai menghadangnya. Akhir-akhir ini memang Gain sengaja menghindari teman sekelasnya sewaktu kelas satu itu. Dia bukan melakukan itu tanpa alasan. Menurut Gain, beberapa hari ini Dodit bersikap aneh padanya.

Sekarang saja dia sedang berlutut di depan Gain. Dasar aneh.

"Gainna Aprilia. Saya mau bilang sesuatu sama kamu."

"Ya udah ngomong aja." Gain jengah dengan sifat Dodit yang bertele-tele.

"Saya sudah lama mau bilang ini ke kamu, tapi saya tidak berani. Apalagi, sebelumnya kamu dekat dengan Ivan. Saya terlalu takut untuk bicara padamu."

"Ya ampun. To the point aja kenapa sih. Lelet banget lo ngomongnya. Pake bawa-bawa Ivan lagi. Gue udah nggak ada apa-apa sama dia."

"Itu yang saya mau bicarakan padamu. Kamu itu cantik, baik, manis dan ramah. Semua orang suka padamu dan aku juga menyukaimu."

Oke, Gain mulai paham dengan arah pembicaraan ini. Tidak apa-apa jika Dodit menyukainya, hanya saja caranya itu membuatnya takut.

Baginya Dodit sudah seperti seorang penguntit. Dia selalu mengikuti kemanapun Gain pergi. Untung saja Arga selalu bersamanya, tapi kali ini Arga tidak ada, lalu Gain harus bagaimana?

Dia tahu kalau Dodit tidak berniat jahat, tapi tetap saja. Siapa sih, yang bisa tenang kalau diikuti seperti itu?

"Dit, udah mau bel. Gue nggak mau telat masuk kelas. Gue nggak mau dihukum." Gain melangkah cepat meninggalkan Dodit.

"Gainna, tunggu saya! Saya belum selesai bicara," teriak Dodit sambil menyusul Gain.

Gain mempercepat langkahnya dengan berlari. Pokoknya dia harus cepat sampai di kelas. Walaupun tidak ada Arga, setidaknya masih ada Ifo dan teman-temannya yang siap membantu.

Gain menghentikan larinya secara mendadak ketika melihat Ivan di depan kelasnya. Gawat. Kalo begini sih, bukan menyelamatkan diri, tapi menjerumuskan diri dalam bahaya.

"Gainnaaa..." teriakan dodit membuat Ivan menoleh. Ia melihat Gain yang sudah bersiap kabur.

"Gain, tunggu!" teriak Ivan.

Tanpa berpikir ulang lagi Gain langsung berlari secepat yang ia bisa. Pokoknya dia nggak boleh ketemu Dodit ataupun Ivan. Bakal jadi repot kalau sampai bertemu keduanya.

Tanpa sadar Gain berlari menuju lorong kelas tiga. Sadarpun dia tidak peduli. Toh ini masih lingkungan sekolahnya, jadi nggak ada larangan dong buat lari di sini. Gain tidak memedulikan tatapan-tatapan heran dari orang-orang yang melihatnya berlari.

Saat melewati kelas 3-1 Gain berpapasan dengan Conan yang kebetulan hendak masuk kelas itu, tapi Gain tidak melihat Conan. Dia masih saja berlari kayak orang dikejar setan. Conan yang melihat Gain merasa heran.

"Itu cewek lagi latihan lari marathon apa gimana sih, kok bisa nyampe sini," gumam Conan pelan. Wajar kalau Conan heran karena kelas 3 dan kelas 2 tidak satu gedung. Tidak jauh juga, hanya bersebrangan, tapi tetap saja aneh melihat Gain berlari seperti itu, apalagi sampai lantai 3.

Karena rasa penasarannya Conan mengejar Gain. Dia mengurungkan niatnya yang ingin menemui seorang kakak kelas dan berlari dengan cepat menyusul Gain. Sementara itu Gain kebingungan. Dia sudah sampai batas dari lantai 3. Sudah tidak ada jalan lagi selain atap.

Ssstt Pacar Pura PuraWhere stories live. Discover now