Chapter 20

233 14 0
                                    

Gain memandangi ponselnya dengan wajah ditekuk. Tadi Conan bilang selesai rapat OSIS akan langsung menelponnya, tapi sampai sore datang dia belum juga menghubunginya. Gain bahkan makan siang lebih cepat dari biasanya agar nanti bisa bicara lama, tapi ternyata tidak sesuai harapan. Gain merutuki kebodohannya. Seharusnya ia tidak terlalu berharap. Seharusnya dia sadar diri.

"Hufh, nyebelin. Kenapa gue segininya, sih?" Gain melempar ponselnya ke atas kasur. Dia lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi, Gain menyisir rambutnya. Ponselnya berdering tepat setelah Gain menaruh sisirnya. Gain mengambil ponselnya dan melihat layar. Nama Conan tertera di sana.

"Halo," jawabnya jutek.

"Jutek banget jawabnya."

"Terserah gue lah. Mulut-mulut gue ini."

"Jadi gini ya rasanya dijutekin sama pacar."

"Ck. Inget! Kita cuma pura-pura pacaran!" ketusnya. "Dan jangan bikin gue baper sama kalimat lo barusan," tambah Gain dalam hati.

"Iya-iya. Gue inget. Cuma bercanda doang, sensi amat. Lagi dapet ya."

"Bercanda doang? Itu bukan hal yang bisa dibuat candaan!"

"Ya ampun! Beneran lagi dapet kayaknya deh."

"Udah deh, jangan bikin gue marah lagi."

"Iya, maaf. Eh btw, gue ada di depan rumah lo nih, lo nggak pengen bukain pintu gitu?"

"Hah? Becanda lagi pasti."

"Serius ini. Bukain napa! gue pegel nih berdiri terus." Gain menyingkap gorden kamarnya dan melihat ke arah gerbang. Benar saja, motor Conan terparkir dengan indahnya di sana. Gain lalu bergegas ke bawah untuk membukakan pintu.

"Lo ngapain sih ke sini?" tanyanya begitu pintu terbuka menampakkan wajah sok kerennya Conan.

"Mau ngapelin pacar. Gue bawain martabak loh," katanya seraya mengangkat kantong plastik yang Conan tenteng di tangan kanannya. Gain tersenyum kecut. Dia membuka pintu lebar-lebar untuk membiarkan Conan lewat. Dengan senyum lebarnya dan wajah kemenangan, ia masuk ke dalam.

"Gue ambil piring dulu, sekalian bikinin minum buat lo. Lo mau minum apa?" tanya Gain seraya melangkah menuju dapur.

"Biar gue sendiri," jawab Conan cepat. Dia berjalan mengikuti Gain sambil melihat-lihat. Ini kali pertamanya mengunjungi rumah Gain dan di buat takjub dengan puluhan foto Gain yang berjejer di semua ruangan.

"Ini rumah apa galeri foto sih?"

"Itu semua kerjaan kakak gue. Dia nggak mau kehilangan satu moment pun dari pertumbuhan gue. Gue sendiri juga heran kenapa dia sampai segitunya."

"Tapi, gue nggak lihat foto keluarga lo dari depan sampai sini. Apa di atas?" raut wajah Gain berubah saat mendengar pertanyaan Conan.

"Gue nggak punya foto keluarga. Mama meninggal saat ngelahirin gue dan Papa meninggal sebulan setelahnya karena kecelakaan, jadi gue nggak sempet foto sama mereka. Satu-satunya foto keluarga yang ada di rumah ini sudah disimpan di kamarnya Kak Jio, dia nggak mau gue sedih gara-gara nggak ada gue di foto itu."

"Maaf."

"Nggak apa-apa. Gue masih punya Kak Jio. Dia selalu mengupayakan yang terbaik buat gue. Dia tidak pernah mengabaikan gue. Sesibuk apapun, dia akan selalu ada saat gue membutuhkannya."

"Lo tenang aja. Mulai sekarang gue juga akan selalu ada buat lo, jadi lo punya satu orang lagi untuk bersandar." Gain mendengus. Tempat bersandar? Yang benar saja.

Ssstt Pacar Pura PuraWhere stories live. Discover now