Chapter 9

446 30 2
                                    

Insiden maag kambuh kemarin membuat Gain tahu akan satu hal, Conan memang cowok baik dan perhatian. Apa ini alasan Arga memintanya untuk menjadi pacar pura-pura Conan? Karena cowok itu baik makanya Arga membiarkan? Atau hanya karena Conan itu sahabatnya? Gain tidak tahu. Arga tidak pernah membahas tentang itu.

Pagi ini Gain sudah menyiapkan sesuatu untuk Conan. Dia melakukannya hanya karena ingin berterimakasih.
"Dek, udah ditungguin Arga tuh," teriak Kak Jio dari luar. Gain yang tengah berada di dapur segera memasukkan sesuatu itu ke dalam tas dan berlari keluar.

"Ngaphaint?" Arga bertanya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan. Kak Jio geleng-geleng kepala melihatnya.

"Ck. Kalo makan ditelen dulu baru ngomong, jangan makan sambil ngomong. Keselek baru tau rasa," omel Gain.

"Lo nyumpahin gue keselek?" ujar Arga setelah dia menelan nasi gorengnya.

"Bukan nyumpahin, tapi ngingetin. Ck ganteng-ganteng bego, ya."

"Heh, nggak usah ngatain bego juga. Gue kan pinter."

"Iyain aja deh biar cepet." Gain mengalah. Kalau mereka terus berdebat seperti itu bisa-bisa telat ke sekolah.

"Kak, berangkat dulu, ya," pamit Gain pada Kak Jio yang kebetulan hari ini sedang libur kerja. Arga yang baru saja menuntaskan sarapannya segera minum air dan berpamitan pada Kak Jio. Tak lupa dia menyambar 2 lembar roti tawar di atas piring. Kak jio hanya tertawa melihatnya.

Arga berjalan di belakang Gain sambil memakan rotinya, sementara Gain sibuk mendumel karena sikap Arga yang tidak pernah berubah. Hampir dua tahun mereka kenal dan sifat Arga masih saja sama seperti pertama mengenal cowok itu. Yang berubah hanya fisiknya, bukan kelakuannya.

Gain duduk di halte dekat kompleksnya, menunggu kedatangan metromini atau mungkin angkutan umum yang bisa ia tumpangi untuk sampai ke sekolah. Biasanya dia naik sepeda bersama Arga, tapi hari ini ia akan naik kendaraan umum. Karena kelakuan Arga yang abnormal sepeda Gain jadi rusak.

Kemaren sore Arga balapan sama anak kompleks sebelah dan dia masuk got bersama sepedanya.
Kalo Arga balapannya sama anak-anak seumurannya sih Gain nggak masalah, tapi ini dia balapan sama anak SD, kelas 3 lagi dan dia nyusruk ke got. Kan malu-maluin. Masa anak kelas dua SMA kalah sama anak kelas 3 SD.

"Maaf ya, Gain. Besok gue bawa motor deh."

"Lo benerin dulu sepeda gue. Siapa suruh ngembat sepeda orang buat balapan, jadi apes kan lo. Lagian balapan sama anak SD, nggak malu sama seragam?"

"Elo ya, kalo udah ngomel kayak emak-emak."

"Kampret lo. Sebenernya elo itu bisa bawa kendaraan nggak sih? Lusa motor nyokap lo, lo pake nabrak tiang. Kemaren sepeda lo masuk bengkel terus sekarang sepeda gue yang lo rusakin. Pantesan aja nyokap lo nggak mau beliin mobil pas lo minta, orang elonya aja nggak bener."

"Terus aja ngungkit-ngungkit soal mobil." Bibir Arga manyun 5 cm. Dia akan mingkem jika Gain sudah membahas tentang mobil. Rencananya di ulangtahunnya yang ke-17, Arga pengen minta kado mobil pada kedua orangtuanya, tapi rencana tinggal rencana karena begitu Arga mengutarakan keinginannya sang mama langsung menolak. Alasannya sih sepele, karena Arga orangnya ceroboh. Dia juga suka ngerusakin barang.

Angkutan umum yang ditunggu Gain dan Arga pun datang. Mereka segera naik, tapi begitu di dalam angkot keduanya diam. Isinya anak SMA Gajah Mada semua.
"Lo Arga kan?" sapa seseorang yang duduk di depan Arga.

"Iya."

"Gue Chiko. Ketua OSIS SMA Gajah Mada," katanya seraya mengulurkan tangan. Arga tidak langsung menyambut, tapi malah ngeliatin tangan itu sama orangnya secara bergantian. Gain menyikut keras perut Arga hingga membuat cowok itu meringis.

Ssstt Pacar Pura PuraWo Geschichten leben. Entdecke jetzt