21. Curhatan Ferrel

295 15 0
                                    

Chealse POV

"Chealse! Dengerin dulu!" Ferrel mengejarku. Aku hanya selalu lewat oleh sekerumunan orang agar Ferrel tak dapat melihatku. Tiba-tiba tanganku di cekal oleh seseorang. Ternyata Ferrel sudah mengejarku

"Jangan kekanakan Chealse. Dengerin aku dulu, tolong?" mohonnya. Aku bisa melihat berbagai perasaan bercampur aduk. Aku menghela nafas pelan dan mengangguk. Dia menggenggam tanganku halus, berbeda dari yang tadi. Kami ke rooftop yang akhir-akhir ini tak pernah aku kunjungi. Kami duduk di sofa dan diam beberapa saat

"Maaf" katanya pelan. Ia menatapku, sedangkan aku menatap jari yang aku mainkan

"Maaf" kataku balik. Aku masih tidak bisa menatapnya. Nyaliku menciut karna melihat ia marah tadi walaupun tidak terlalu marah. Menurutku lebih didominasi oleh kekhawatiran. Sekali lagi ku tegaskan hanya menurutku!

"Cheal, aku gak maksud marahin kamu, nyakitin kamu. Aku hanya gak suka kamu minta putus sama aku. Sampai kapanpun, kita tak akan putus. Sampai kapanpun!" katanya tegas. Aku hanya bisa diam, tak tau apa yang ingin kuucapkan. Dia menggenggam tanganku dan memegang daguku untuk menatapnya

"Hei, katakan sesuatu?" tanyanya lembut. Aku mengangguk kecil

"Untuk?" tanyanya tak mengerti kenapa aku mengangguk

"Maafmu" dia tersenyum dan memelukku dari samping. Aku tak membalasnya. Dia mendesah pasrah dan kembali tersenyum, senyum sakit, sakit hati. Aku sering melihatnya. Tolong maafkan aku. Aku hanya tak mau menjadi PHP.

"Aku tau, aku gak gentle banget kan nembak kamu dengan cara paksa? Aku tau. Aku bukan pria idaman perempuan disaat dimana dia ditembak dengan serangkai bunga mawar merah ditempat romantis. Tapi, aku yakin. Aku akan jagain kamu sampai kapanpun" aku masih terdiam

"Yaudah, masuk kelas gih" katanya sambil tersenyum lembut

"Kamu?" tanyaku bingung karna dia hanya menyuruhku masuk

"Nanti aku nyusul" katanya. Aku mengangguk dan beranjak pergi. Sampai pelajaran dimulai kembali, Ferrel tidak masuk-masuk ke kelas. Aku pikir dia bolos, tapi yasudah lah. Aku pun tak perduli. Bukannya begitu?

Bel pulang berbunyi, ia belum muncul juga. Tak mungkin kan aku menghampirinya di atap sekolah? Aku membereskan buku secara lambat

"Mau balik bareng?" tanya Becca. Aku terkejut dan spontan menggeleng. Aku merutuki diri sendiri. Sangatlah bodoh!

"Ya iyalah, dia balik sama Ferrel" teriak Budi dari ujung kelas. Btw Budi dan beberapa anak kelas 11 yang sama denganku juga masuk kekelas yang sama dan beberapa anak lain

"Oh iya. Yaudah gue balik" Becca cepat-cepat berlari keluar kelas

"Aishhh... Balik sendiri nih" gumamku sambil berjalan keluar kelas karna kelas sudah mulai sepi. Tapi tiba-tiba aku melihat sesuatu yang memaaksaku untuk berhenti. Tas Ferrel. Aku berpikir, perlu kah aku membawanya? Aku terus menatap tas itu sambil terus berpikir positif dan negatifnya membawa tas itu.

"Gak usah" aku tersentak ketika mendengar suara Ferrel. Aku mendengus

"Apanya?" tanyaku pura-pura tak mengerti

"Aku tau kok tadi kamu mau bawain tas aku" katanya sambil menggendong tasnya menggunakan satu tali saja

"Pulang?" aku mengangguk kecil

"Yaudah ayo!" dia berjalan duluan. Aku mengekorinya dari belakang. Rasanya ada sesuatu yang hilang, entah apa. Kami hari ini pulang menggunakan motor karna mobil Ferrel dibawa ke bengkel. Dalam perjalanan kami pun diam, tak ada yang mau membuka suara atau mencari topik percakapan

"Duluan ya" katanya dan aku mengangguk kaku sambil melambaikan tangan. Dia tersenyum kecil dan langsung pergi. Aku langsung menurunkan tanganku dan merutuki entah keberapa kali kebodohanku hari ini.

Aku masuk ke dalam rumah, seperti biasa disana hanya ada Bi Susi yang sibuk dengan pekerjaannya. Aku langsung masuk ke kamar, melempar tas kesembarang arah dan mengambil hp diatas meja belajar. Aku hanya membuka sekilas dan kembali mematikan hp itu. Aku berbaring dikasur, rasanya ada sesuatu yang mengganjal, tapi aku tak tau itu apa.

Jam 6 sore aku terbangun. Ternyata aku tertidur. Aku mengambil handuk dan baju ganti, setelah itu bergegas mandi. Selesai mandi, aku mengecek hp berharap ada notifikasi dari seseorang.

"Hhh..." aku mendesah kecewa dan melemparnya kekasur. Aku mengeringkan rambutku menggunakan hair dryer

"Non, makan?" teriak Bi Susi dari luar kamar

"Eh, iya Bi. Chealse makan!" teriakku membalas. Aku lekas turun kedapur dan makan tak nafsu walaupun makanan hari itu enak-enak. Aky berjalan gontai ke ruang tengah sambil nonton. Walaupun mataku menatap tv, pikiranku melayang pada kejadian disekolah tadi.

"Ini benar-benar salah gue!" aku mengaku bahwa aku yang salah. Aku segera lari ke kamar dan membuka kontak Ferrel. Sudah beberapa pesan aku tulis dan kembali aku hapus. Mengetik sesuatu kembali, dan menghapusnya lagi. Begitu saja seterusnya. Dan akhirnya aku hanya menulis satu kata yaitu

Sorry

Aku menggigit bibir bawahku gugup. Aku berpikiran  respon yang ia berikan.

1 menit

2 menit

5 menit

10 menit

20 menit

30 menit

FERREL SAMA SEKALI TAK MEMBALAS PESANKU!

Oh Lord! Aku mendengus kesal. Aku memilih untuk tidur tapi tak bisa. Jantunhku berdetak tak karuan memikirkan hak yang tidak-tidak menimpa Ferrel. Seperti kecelakaan contohnya(?)

"Chealse! Wake up! Wake up! Wake up!" aku berkata sambil menampar pipiku berkali-kali. Aku mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur. Menarik selimut dan tidur setelah berdoa berbagai macam.

"Semoga semuanya baik-baik saja"

----

Haii👋

Hayolohhh... Ferrel kenapa yah? Ikutin terus ceritanya ok? Harus ok lohhh :v

Btw saya waktu itu pernah bilang cerita ini selesai dibawah eps. 50 ya kan? Tapi kayaknya lebih dikit deh ya😂

Saya usahakan gak terlalu dikit jug nggak terlalu banyak.

My Perfect Strong GirlWhere stories live. Discover now