20. Rebecca

306 13 0
                                    

Chealse POV

Setelah kemarin berkunjung ke rumah Ferrel dan berbagai kejadian memalukan, akhirnya hari ini datang. Dan sekarang aku serta Naya sedang mengintrogasi hilangnya Becca

"Kenapa?" tanya Naya ketika Becca memainkan jari-jarinya. Hari ini ia memakai jaket yang membuat kami bingung.

"Jangan kasih tau siapa-siapa ya" katanya kecil. Serempak kami mengangguk dan mendekat. Kami lagi ditempat duduk Becca, di baris ke 2 dari belakang di tengah.

"Jadi gini. Kemarin-kemarin, nyokap gue balik ke rumah. Lo taukan kerjaan nyokap gue? Dia jadi buronan sekarang. Sumpah, polisi waktu itu dateng ke rumah nanyain siapa-siapa aja di rumah --"

"Lo bilang apa?" tanya Naya penasaran

"DIEM AJA NAPA" serempak kami berdua Becca. Dia cengar-cengir dan kembali mempersilahkan Becca melanjutkan. Btw, pekerjaan mamanya Becca itu.m... Dia pencuri. Jangan kasih tau siapa-siapa yaa👌👌

"Ya, gue bilang hanya ada gue sama adek gue. Polisinya nanya mana orang tua gue, ya gue bilang bokap ninggal dan nyokap kerja. Ditanya lagi kerja apaan. Gue jawab nyokap kerja kantoran"

"Lo jawab pekerjaan nyokap ki dulu kan?" tanya Naya memastikan. Becca mengangguk

"Terus? Lo sakit? Kok gak masuk sekolah 3 hari" tanyaku mengingat Becca memang tak masuk sekalama 3 hari

"Gue kena pukul, cubit, ya gitu sama nyokap karna polisi itu hampir nemuin dia. Polisi itu masuk rumah, sedangkan nyokap di wc. Polisi nanya siapa di dalem wc. Gue bilang temen, terus polisi itu mau mastiin bener apa nggak. Di tunggu 10 menit kagak keluar-keluar. Polisinya nanya beneran temen, ya gue was-was. Gue tetep jawab iya. Sampe polisinya dapet panggilan dari pusat buat rapat. Polisinya bilang pas jam pulang kerja polisinya bakal balik lagi buat bener-bener mastiin" Becca menghela nafas berat

"Terus? Pas jam pulang dia dateng?" tanya Naya

"Iya. Tapi nyokap suruh gak usah bukain pintu walaupun didobrak, karna nyokap udah pasang papan buat nahan" aku menatap sendu Becca. Seharusnya Becca yang mendapatkan juara umum 1 kemarin, itu sangat berharga pastinya. Walaupun aku sudah melepaskan beasiswa itu untuk Becca, tapi ia menolaknya karna memang bukan untuknya. Aku hanya bisa membayar 1/4 SPP-nya yang belum sempat ia bayar.

"Terus? Pukulannya ditangan?"

"Ya, disayat. Gue harus gimana Cheal, Nay?" mata Becca mulai berkaca-kaca

"Udah gue bilangin. Kita bantuin. Beasiswa gue buat lo aja. C'mon" paksaku

"Iya Bec. Nyokap lo kerja di perusahaan bokap gue aja, gue bilangin ke bokap deh" bujuk Naya

"Nyokap gue study nya gak tinggi"

"Yaa.... Paling nggak dicoba dulu?" tanya Naya kikuk

"Iya. Gue nanya nyokap dulu. Makasih ya" kami berpelukan

"Iya" jawabku dan Naya berupa bisikan

"Acara apaan nih?" tanya Zaki yang pastinya diikuti Adrian dan Ferrel. Kami melepaskan pelukan hangat kami.

"Lo kenapa?" tanya Adrian saat melihat Becca mengusap matanya yang merah.

"Ha? Eng-enggak" jawab Becca sedikit kikuk

"Yang bener?" Becca mengangguk dan Adrian hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Oh ya Bec. Lo mau tau sesuatu nggak?" tanya Ferrel dengan mata berbintang seperti menemukan sesuatu yang bagus.

"Apaan?" tanya Becca penasaran

"Yang mana dulu ya.... Yang pertama aja deh" tanya dan jawab Ferrel "gue jadian sama Chealse!" katanya antusias. Aku berdecak lidah malas

"Gue tadi sempet liat kok di mading" kata Becca dengan wajah mirip anak kucing sehabis diberi makanan sambil menunjuk ke belakang bertanda menunjuk lorong-lorong yang terpampang banyak pengumumman di mading.

"Heh!" sinis Adrian. Menurutku, Adrian dan Ferrel sedang berantem walaupun aku yakin 100% mereka bakal balikan kurang dari sehari.

"Berita yang kedua" Ferrel mulai tersenyum sinis bahkan Naya dan Becca bergidik ngeri karna mungkin belum terlalu terbiasa dengan Ferrel

"Adrian, pas lo gak masuk 3 hari itu, dia mogok makan! Ngenes mah dia pas lo gak masuk!" Ferrel melirik Adrian sekilas. Adrian menganga dan malu. Ia memukul pundak Ferrel kuat

"Si anjing!" maki Ferrel. Becca terkekeh

"Udahlah, ribut mulu" lerai Naya

"Tau nih si kampret" kata Ferrel sambil menunjuk Adrian

"Kalian sahabatan kok suka berantem sih? Beneran sahabat?" tanyaku bingung. Ferrel tersenyum kecil sambil bertukar tempat dengan Zaki agar bisa disebelahku. Dia mengelus rambutku, aku memutar bola mata

"Kita ngungkapin rasa sayang kita terhadap seorang sahabat dengan cara yang berbeda. Tapi cintaku ke kamu sama aja dari dulu, gak bisa berubah" kata Ferrel tak nyambung

"Gaje!" sinisku

"Aduh, yank. Bilang gini kek 'aduhhh... Kamu sweet banget sih yankk... Peluk donkkk, kalau perlu ciummm dechh'" kata Ferrel dimirpkan sengan anak alay ternajis sejagat raya

"Banci!" maki Zaki dan Adrian

"Yaudah iya, gue selalu salah" kata Ferrel sambil meremas seragamnya didepan dada seperti orang patah hati

"Kamu gak belaiin aku, yank?" tanya Ferrel saat melihat aku tidak merespon

"Nggak" dia mendengus

"Kamu orangnya gak romantis, ah! Gak seru" dumel Ferrel

"Yaudah putus aja" gumamku pelan

"NGGAK!" aku terkejut, tidak. Bukan hanya aku, tapi yang ada di meja Becca saat ini dan beberapa anak lainnya

"Apaan sih??" tanya Becca yang mulai tidak canggung dengan Ferrel

"Nope" jawabnya pelan "ikut!" Ferrel menarik tanganku kasar. Ia menggenggam terlalu kuat

"Ashhh... Sakit Ferrel!" ia tak peduli, aku menghentaknya kasar

"Apa maksud kamu mau putus ha? Apa? Kamu gak suka sama aku? Lalu apa yang kamu mau dengan pacaran dengan aku?" tanya Ferrel dengan rahang mengeras

"Aku gak akan neima kamu kalau kamu gak paksa..." aku mengusap lengan yang tadi digenggam Ferrel kuat sambil berjalan balik. Sekarang kami berada di taman belakang

"Chealse!" dia menarik bahuku kasar lagi. Aku menatapnya tajam

"Udahlah, aku gak mau berurusan sama kamu" qku berjalan pergi. Entah apa yang aku rasakan, ada rasa bersalah. Tapi biarlah, aku tak suka cowok kasar seperti itu, walaupun aku mungkin sedikit menyakiti hatinya, tapi tak bisakah bicara sengan baik tanpa kasar? Jujur, aku menyukai kepribadian Marvel, Farlos dan.... Ata.

My Perfect Strong GirlWhere stories live. Discover now