"Aku berubah pikiran," balas Gray santai.

"Dewa akan memberimu hukuman berat," ancam Jeoseung Saja.

"Aku tak percaya dewa," timpal Gray menyeringai.

"Apa yang diperingatkan oleh Michael benar adanya tentang dirimu..."

"Sampaikan salam sayangku untuk pamanku itu,"

Kedua mahkluk dengan kekuatan gaib luar biasa itu saling bertukar tatapan tajam, lalu keduanya saling menarik diri, mengambil jarak.

Pak Albert yang berdiri kaku karena ketakutan, ditarik paksa ke belakang oleh Gray, Cheonyeo Gwishin menyambutnya dengan pelukan.

"Sekarang kau aman," kata hantu tersebut dengan perasaan hangat. Wajahnya berubah penuh kasih, tidak seperti awal tadi.

"Untuk sementara aku akan melindungi kalian berdua, tapi kalian harus menceritakan tentang semua hal aneh yang terjadi di apartemen ini," kata Gray menuding keduanya dengan ujung pedang. Kemudian, dia kembali menghadap kepada malaikat kematian Korea itu.

Jeoseung Saja tersenyum tipis, "Jangan kau pikir aku ini sama dengan malaikat kematian dari barat itu, kami dulu orang-orang mati yang memiliki dosa besar, semakin besar dosanya semakin hebat kekuatan kami, kau tidak masuk dalam daftar kematianku, tapi malaikat kematian barat pasti senang jika aku mempersembahkan jiwamu untuk mereka," ujarnya panjang lebar.

"Dasar cerewet," gerutu Gray. "Jangan terlalu sombong, kau mungkin tak lebih hebat dari setan rendahan,"

"Hei! Kau bilang apa tadi?!" Jeoseung Saja tersinggung akan ucapan Gray. "Apa kau pernah melihat drama korea Goblin? Malaikat kematian menjadi bintang di sana? Jatuh cinta dengan wanita cantik lagi! Hah!"

"Terserah," Gray tidak susah payah ingin menanggapi kata-kata Jeoseung Saja itu.

"Bukannya yang terkenal itu Goblin bukan si Malaikat, ya?" celetuk Cheonyeo Gwishin.

Gray, Jeoseung Saja, dan Pak Albert serempak bengong beberapa saat menatap hantu wanita itu.

"Maafkanku," Cheonyeo Gwishin buru-buru meminta maaf.

Gray lantas tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata, Pak Albert tampak menahan tawa dalam pelukan hantu wanita itu.

Jeoseung Saja merona merah, dia merasa dipermalukan. Aura membunuh pekat keluar dari tubuhnya, emosinya sudah di ubun-ubun.

"Mati kau!" kata Jeoseung Saja setengah berbisik di dekat telinga Gray, entah bagaimana dalam sekejap mata dia sudah di dekat Gray, ujung pedangnya hanya beberapa inci dari batang leher pemuda tersebut.

Pemuda tersebut reflek mundur ke belakang, mengangkat pedangnya, menghalau ke samping bilah pedang malaikat kematian itu, walau begitu ujung pedang Jeoseung Saja berhasil menggores tipis lehernya. Gray langsung melompat ke belakang mengambil jarak.

"Sial, aku lengah," Gray meringis sakit, meraba luka gores di lehernya. Tiba-tiba dia merosot ke bawah, tubuhnya lemas kehilangan banyak tenaga, dadanya naik turun seolah habis berolahraga berat. "Tak kusangka aku melupakan efek goresan malaikat maut..."

Jeoseung Saja menyeringai jahat, melangkah maju mendekati Gray.

"Sial, jika saja aku tak meremehkan dia," sesal Gray atas kelengahannya tadi. Dia berusaha untuk bangkit, bertopang melalui pedangnya.

Tapi, Jeoseung Saja menendang keras wajah Gray, pemuda itu terlempar beberapa meter, sebelum punggungnya menabrak tembok, malaikat tersebut muncul dari arah belakang, membanting Gray ke lantai keras-keras

The Exorcist ✔️Where stories live. Discover now