"Eh, Changseng. Bukankah dulu ayahku juga menemukanmu disini? Waktu itu aku terkejut sekali, Ayah tiba-tiba pulang membawa seorang pria yang terluka parah. Pagi siang dan malam kamu mengigau dan menyebut nama seseorang, siapa namanya--",

"Lupakan..",

"Apa? Kenapa? Apa kamu tidak ingin mengingat masa lalumu? Apa seburuk itu sampai kamu tidak ingin mengingatnya?",

Changseng tidak menjawab sama sekali, bibirnya yang pucat terlihat seolah telah diikat erat hingga tidak sedikitpun kata dapat keluar dari dalamnya.

Yatou...

Aku harap kau baik-baik saja, jaga dirimu. Maafkan aku, tapi aku tidak bisa berharap dan juga tidak bisa diharapkan untuk memberikan kebahagiaan untukmu.

Kuharap kau bisa bahagia, mendapatkan pria yang baik untukmu..

Tidak sepertiku..

Gadis itu merasa diabaikan membuatnya kesal dan mendengus, hingga ketika mereka tiba disebuah gubuk dengan berbagai rempah yang tergantung, sebuah meja ditengah-tengah permukaan tanah dengan dikelilingi tiga buah kursi kecil.

"Yan'er? Ada apa? Apa yang terjadi? Kau terluka?", Ujar seorang pria tua dengan pakaian sedikit kotor tertutupi debu dan tanah. Wajahnya yang sedikit mengeriput terlihat menyeramkan, apalagi ketika pria itu memberikan Changseng tatapan datar yang tidak bisa diartikan olehnya.

Setelah turun dari gendongan Changseng, gadis itu segera menyeimbangkan dirinya dengan memegangi kedua sisi bahu ayahnya. Berkata : "Tidak apa-apa Ayah, aku hanya terjatuh tadi ketika memetik tanaman obat..", Diiringi kekehan kecil dari mulutnya.

Sang ayah hanya bisa mengelengkan kepalanya pasrah dengan sifat putrinya itu,

Sementara itu, masih dikediaman Cao..

"Kenapa Tuan Cao? Kenapa diam saja? Apakah ada yang kau sembunyikan dari Bengong?", Ujar wanita dengan paras cantik dan anggun yang berbalut jubah kebesaran seorang permaisuri berwarna merah.

Cao Gao yang berdiri dihadapannya kini masih setiap dengan posisinya, tertunduk dan terdiam tidak mampu berkata-kata.

Xiu Lian menghela napasnya pelan sebelum akhirnya kembali berbicara, ada kesedihan yang mendalam dibalik tatapan dan raut wajahnya. Sorot matanya mengambarkan jika dirinya sama sekali tidak ingin bersikap tegas pada seseorang, apalagi pada pria yang merupakan seorang pengabdi yang sudah turun-temurun keluarganya melayani kaisar Yun Zhao dan kekaisaran Nan Feng.

"Sepertinya kamu tidak ingin bercerita pada bengong, bukan begitu Tuan Cao? Baiklah, bengong memang baru menjadi seorang permaisuri selama beberapa bulan saja dan bengong tidak punya hak untuk memerintah. Begitu menurutmu bukan? Jika begitu, berbicaralah didepan Bixia. Didepan Bixia, Kaisar Kekaisaran Nan Feng yang sudah keluargamu layani selama bertahun-tahun lamanya..", Tutur Xiu Lian tegas kemudian berbalik dan berjalan keluar dari kediaman Cao diikuti para dayangnya dan juga pengawal.

Kemudian dengan langkah yang hening, Xiu Lian melangkah menuju tempat kerja kaisar, suaminya. Dimana pria itu kini tengah disibukkan dengan tumpukan kertas berisi keluhan dan laporan dari semua pihak, raut wajah Kaisar Yun Zhao mengambarkan sejumlah pertanyaan kepada wanita dihadapannya kini.

[COMPLETE] First : Empress XIU Where stories live. Discover now