°°°Π°°°

Rian, lebih tepatnya, Arian Heldiangga Faurelio, anak dari papah Darel dan mamah Helda yang setatusnya adalah suamiku. Suami sejak aku masih balita. 
Suami cuekku, dan suami dinginnku.
Orang yang selalu saja membuatku kesal dan emosi dalam waktu benerapa detik.

Aku dan Rian menikah sejak aku duduk si semester 1 sekolah menengah akhir dan kami juga sudah tinggal serumah di sebuah apaertemen yang di berikan oleh ayah ku.
Apartemen kami dekat dengan perumahan milik ayah ku, karna alasan mereka tak ingin jauh dari kami.

Namun ada satu hal yang membuatku kagum dengan Rian. 
Di balik sifat dingin dan menyebalkannya itu Rian adalah sosok yang bertanggung jawab, dan mandiri. Terbukti setelah kami menikah dia tak pernah ingin merepotkan orang tua kami, bahkan ia tak pernah memakai uang kiriman orang tua kami.

Rian lebih memilih mengurus salah satu cabang Cafe yang didirikan oleh ayah dan papah untuk keperluan sehari hari kami.

Tapi tetap saja rasa kagumku itu tertimbun oleh rasa kesal dengan tingkah dan sifatnya yang selalu saja datar dan cuek terhadapku.

Aku selalu saja heran, sebenarnya sifat dia itu menurun dari siapa sih?.
Setahuku kedua mertuaku itu orangnya ramah lucu dan tidak sedingin Rian. Tapi kenapa sifatnya bisa begitu cueknya.? Apa karna dia sudah dewasa sebelum waktunya ?
Atau karna sifat papah Darel dulu?

Aiss udahlah pening juga lama lama mikirin dia.

Aku langsung melangkah menuju kelasku.
Sesampainya di kelas ku dudukan tubuhku di kursi sebelah sahabatku Mili. 
ku benamkan wajahku di dedua lenganku, menutupi kesalku masih saja belum mereda.

Tentu saja kelakuanku membuat Mili terlihat heran "Lo kenapa lagi sa ?".

"Gak papa. lagi kesel aja gua sama anak songong".

"Siapa si bawaan lo tiap hari kesel mulu heran gua mah"

"Siapa lagi kalo bukan si manusia batu yang tak punya ekspersi." Jawabku makin kesal

"Kak Rian maksud lo ?" Mili penasaran

"Ya iya lah siapa lagi, orang yang bisa bikin gua sekesel ini coba, kalo bukan itu anak"

"Ya ampun Nafisa cowok seganteng itu gimana bisa bikin lo kesel sih.? Herman deh gua sama tungkah lo"

"Ganteng apaan. Kayak gitu lo bilang ganteng yang jelek kayak mana coba ?" Tanyaku sinis.

"Ya ampun bener bener deh mata lo itu udah katarak. Udah lah gak usah cemberut mulu"

"Yee ni anak. Mata gua masih sehat ya. Lagian gimana gak kesel coba ? Pagi pagi udah nabrak orang sembarangan di tambah nyalahin gua kalo jalan jangan ngelamun. Udah gitu gak mau nolongon lagi. Apa gak kesel coba"

"Ya ampun Fisa lo di tabrak sama kak Rian. Astaga beruntungnya dirimu Nafisa, gua aja pengen bisa di sentuh kak Rian"

Aku hanya memutar bola mataku malas, "gila emang ni anak, di tabrak bilang beruntung. Yang ada apes ogep. Lu ini kadang kadang pinternya operdosis tau gak"

"Udah udah gak usah emosi nanti jadi jodoh lo. orang bilang kan benci sama cinta itu beda tipis" sindirnya dengan tangan mencolek daguku.

Ck... Gak usah lo bilang geh emang gua udah jadi jodohnya oneng. Namun tak mungkin aku mengatakan itu.

"udah lah jangan dipikirin lagi, gimana kalo nanti malam kita nonton ada film baru loh" lanjutnya, 

Seketika aku menoleh menatapnya, ajakan Mili membuatku sedikit tertarik.
Namun ingatan tentang acara nanti malam membuatku lesu kembali.
Yah... nanti malam aku memang harus menghadiri makan malam yang sudah di rencanakan sama Mamah.

"Haduh sebenernya gua pengen banget mil, tapi sayang gua ada acara keluarga nanti malem. Gimana dong ?" Tolaku secara halus takut menyakiti perasaan Mili. Karna setauku Mili orangnya sangat tidak suka di tolak.

"Huh... ya udah lah kalo udah urusan keluarga mah gua gak bisa maksa"

"Em maaf ya mil bukannya gua gak mau loh"

"Iya iya gak papa kok" jawabnya seraya tersenyum kepadaku.
Larut dalam obrolan membuat kami tak sadar bahwa bel telah berbunyi menandakan pelajaran telah di mulai.
Guru pelajaran kami masuk dan mulai memberi materi pembelajaran kepada kami hingga kami larut dalam pelajaran, hingga pelajaran telah selesai...

°°Π°°

"Udah siap belom si sa. Lo kebiasaan deh selalu lama" ucap Rian datar ketika melihat aku masih memoles wajahku dengan make up tipis, agar lebih fres lagi saat di acara.

"Sebentar lagi Rian. Lo gak pengen apa, liat bini lo cantikan dikit ?" Tanyaku kesal.

"Gak !"

"Is lo ini ya. Udah ah gak usah bawel, lo tunggu tunggu aja, 5 menit lagi gua selesai"

Sekarang ini kami sedang berisiap untuk menghadiri acara makan malam yang di buat oleh Mamah Helda dan seperti biasa suamiku tercinta ini selalu saja gak sabar ketika menungguku berdandan. 

Aku sedikit mengerutkan keningku saat tak mendengar protesan dari Rian.
Kulirik Rian dari kaca di depanku dan terlihat ia tengah asik dengan tabnya.
'Pantas saja udah gak bawel lagi ngegame toh' 
hingga tak sadar polesan di wajahku telah selesai.

Malam ini aku menggunakan dress warna peach tanpa lengan dengan terusan selutu, sedikit polesan make up tipis seperti biasa, dan di tambah rambut yang ku urai dan ku roll di bagian ujung sehingga terlihat kriting di ujungnya membuatku terlihat sempurna bagiku.

"Udah yok berangkat" aku langsung bangkit dari tempat duduku dan berbalik menatap Rian.
Rian pun ikut berdiri tanpa melihatku, dan saat tatapannya mengarah padaku, ia langsung terdiam, seperti patung dengan tatapan menyelidik kearahku, tentu saja itu membuatku sedikit bingung.

"Kenapa ada yang salah ya sama penampilan gua ?" Tanyaku hanya di balas gelengan kepala oleh Rian.

"Cantik." Satu kata yang keluar dari mulutnya sangat pelan namun masih bisa ku dengar.

"Apa ?, lo bilang apa barusan ?"

"Nggak kok. Udah langsung berangkat pasti mereka udah nunggu" ucapnya seraya melangkahkan kaki mendahuluiku.

Aku hanya menggigit bibir bawahku menahan senyum indahku saat Rian memujiku tadi.
Dan berjalan mengekor di belakanggnya hingga sampai di depan mobil honda jezz milik kami dari hasil tabungan kami berdua.

Aku masuk dan duduk tenang di bangku penumpang di ikuti Rian yang duduk di bangku pengemudi dan mulai menjalankan mobil mebelah jalanan menuju rumah Mamah.

Young momWhere stories live. Discover now