[22] Kepedulian Yang Bisu

Começar do início
                                    

kalo dia kena bahaya gimana ?

ck,

tapi...

"DORRR!!"

"AKHHH!"

bruk!

Andira terkejut sampai tersandung saat ia dikejutkan oleh Marsha. "Ck, lu pagi-pagi bikin orang jantungan aja sih!"

"Hahah, lagian lu pagi-pagi udah ngelamun. Siapa? Ari? Udah tinggal kenangan, Ra! Move on dong," ucap Marsha sambil mengikuti Andira ke mejanya.

Andira meletakkan tasnya dikursinya. "Hm, gue udah move on. Cowok kaya dia gampang dilupain."

"Lalu tadi ngelamunin siapa?"

"Alvin," jawab Andira terang-terangan. "Sekesel-keselnya gue, gue juga bisa peduli. Dikit."

"Ya elahh, dikit," cibir Marsha. "Emang kenapa sampe dipikirin?"

Andira duduk dikursinya. "Dia kan di skors. Kepo aja dia ngapain. Kalo dia kenapa-napa gimana?"

"Eumm, peduli tanpa kata nihh," Atha tiba-tiba datang sambil mencolek pipi Andira.

"Apaan si lu, Tha. Dateng-dateng ngerusuh."

"Hahah."

***

Istirahat hari ini, Andira, Marsha, Alex, dan Rizky berada di perpustakaan. Hari ini kelas Andira ada ulangan biologi tapi Andira lupa belajar.

"Makanya apa-apa tuh diinget," ucap Rizky.

"Berisik lu, bang. Dukung dikit kek," cibir Andira. "Lagian siapa sih yang peduli sama ukuran virus? Hft,"

"Sabar, Ra. Lo ga bilang sih. Tau gitu kemarin gue ajakin belajar bareng aja," ucap Alex.

Andira tidak menghiraukan Alex dan berusaha menghafal materi ulangan hariannya, "Virus berukuran sangat kecil, berkisar 0,05μ m-0,2μ m (1μ m = 1/1000 mm). Oleh karena itu, virus hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron."

"Kalo ada Alvin, pasti lu belajarnya udah digalakin abis-abisan kan," canda Rizky. "Gak kangen, Ra?"

"Gak. Cuma gue kepo aja hari ini dia ngapain," jawab Andira. "Udah ah, males bahas dia."

***

"Ini ya, mas. Seblak level satu seperti biasa,"

Alvin mengangguk, "Makasih, Mas."

"Tumben sendirian, Mas. Apalagi jam segini biasanya mas Alvin sekolah kan?" tanya tukang seblak langganan Alvin, Mas Deni.

"Nih Mas, biasa. Namanya juga cowok, sok jagoan," jawab Alvin sambil menunjukkan bekas luka diujung bibirnya.

Mas Deni mengangguk. Kebetulan ini masih jam setengah sepuluh, jadi warung seblak ini belum terlalu ramai. Jadi, Alvin bisa mengobrol sebentar dengan Mas Deni.

"Kena skors ya, Mas?" tanya Mas Deni lagi.

Alvin mengangguk, "Saya berantem sama Andira, Mas. Heheh."

"Lho, kenapa?"

"Dia gak suka lihat saya berkelahi,"

Mas Deni langsung tersenyum miring, "Ohh, kalo kaya gitu mah, berarti dia peduli. Walaupun diem diem. Lagian mas Alvin sama Mbak Andira udah deket gitu, kok gak jadian aja?"

"Lah, sayanya gak suka. Dianya juga gak suka. Kita mah emang ditakdirkan buat temenan aja, Mas," jawab Alvin asal.

"Hmm, temenan tapi bisa romantis dan pedulian gitu yah. Salut," ujar Mas Deni.

GOALSOnde histórias criam vida. Descubra agora