Gladys memejamkan mata berusaha menahan sesak yang menghampiri hatinya. Tidak mudah memutuskan untuk break dengan Given, tapi semua ini harus ia lakukan. Setidaknya dengan adanya jarak diantara mereka, Given dapat memikirkan lagi sebenarnya siapa yang ada dihatinya sedangkan Gladys bisa mulai belajar melepaskan dan merelakan jika akhirnya ia memang menjadi pihak yang ditinggalkan.

Cinta memang tidak akan pernah terpisah dari yang namanya patah hati dan cinta juga mengajarkan bahwa ada saatnya kita berada diposisi yang harus mengalah. Jangan pernah memaksakan hati seseorang untuk tetap tinggal karena secara tidak langsung kehadirannya hanya untuk menghibur hatimu sendiri. Percumah menggenggam tangan orang yang dicintai tetapi hatinya tidak pernah menjadi milikmu.

Gladys sering bertanya pada takdir, apakah semua ini pertanda bahwa Given memang hanya hadir sesaat didalam hidupnya?

Kenapa banyak sekali masalah yang harus mereka hadapi hanya sekedar untuk bisa tetap bersama?
Seakan dunia tidak pernah setuju jika mereka berdua bersatu dan hidup bahagia selamanya. Sepertinya happy ever after tidak pernah menghampiri kisah cintanya.

Sejujurnya Gladys sudah lelah dan pasrah dengan hubungan ini. Hatinya tidak yakin break yang sedang dilakukan hanya berjalan sementara. Bisa jadi hubungan asmaranya memang berakhir disini, kenangan saat dipantai tadi adalah yang terakhir sebelum menutup kisah asmara mereka.

Dengan adanya jarak untuk sementara waktu, Gladys berharap bisa belajar mulai terbiasa tanpa kehadiran Given lagi didalam hidupnya. Sulit memang tetapi jika akhirnya Given memilih pergi, Gladys harus tetap menjalani hidupnya meski akan sulit menemukan titik kebahagiaan yang hanya bisa didapat saat bersama dengan Given.

Mulai sekarang Gladys harus siap jika melihat Given akan bahagia bersama perempuan lain. Terbiasa melihat perlakuan yang dulu sering Given lakukan hanya untuknya jadi milik orang lain.

Kadang kesedihan itu datang bukan dari kenangan manis dan kejutan yang dilakukan berdua, tetapi dari hal-hal kecil yang dianggap sepele tetapi nyatanya tidak bisa didapat dari orang lain.

Gladys menemukan satu titik nyaman yang hanya bisa didapat jika bersama Given. Ia merasa aman dan nyaman karena tahu kekasihnya itu tidak bernafsu seperti kebanyakan kaum adam diluar sana. Given tidak pernah menceramahinya jika makan berantakan, dan yang terpenting adalah Given tidak pernah mengkritiknya 'gendutan'.

Given justru secara terang-terangan mengatakan bahwa dia bahagia jika melihat Gladys bertambah gemuk atau naik berat badan, itu berarti gadis itu bahagia bersamanya. Karena menurut Given dalam sebuah hubungan yang terpenting bukan fisik, selama kebersamaan membuat keduanya nyaman tidak masalah.

Tapi ternyata Given tidak hanya mendapat kenyamanan jika ada disisi Gladys. Ada perempuan lain yang tanpa sadar lebih membuat Given nyaman. Masa lalu memang terlalu sulit untuk dihapuskan. Gladys tidak percaya diri jika harus dibandingkan dengan Liana, dari segi hubungan kedekatan dengan Given saja tidak sebanding.

Liana mengenal Given lebih dulu dari pada dirinya. Bahkan jauh sebelum hati Given menjadi miliknya, sosok Liana sudah jauh lebih dulu ada dihati Given. Selamanya posisi Liana memang selalu berada diatanya.

Gladys menarik nafas panjang meredakan gejolak dihatinya. Padahal ia sudah berusaha menahan agar tidak menangis lagi, tapi air mata yang sejak tadi ditahan justru semakin deras membasahi pipinya. Gladys kembali menatap sendu liontin berhuruf G ditangannya, perasaan perih semakin menusuk relung hati. Hanya satu yang ada dipikirannya sekarang. Ia ingin berhenti menyiksa hatinya sendiri.

Gladys membuka laci meja belajar, meraih sebuah kotak kecil disana. Perlahan ia meletakkan liontin kalung yang menjadi saksi kisahnya bersama Given.

"Maybe, it's time to say good bye? "

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Where stories live. Discover now