Forty

180K 13.1K 2.9K
                                    

"Kamu ada disini dengan erat menggenggam tanganku. Bibirmu menyunggingkan senyum dengan tatapan lembut membuatku merasa seolah aku adalah orang special dihatimu. Namun kenyataannya, semua hanya ilusi yang kubuat untuk menghibur diriku sendiri. "

--------

Amor animi arbitrio sumitur, non ponitur adalah peribahasa latin yang mengandung arti tentang sesakit apapun perasaan cinta pada nyatanya manusia lebih memilih untuk mencintai dari pada tidak mencintai.

Banyak manusia lebih memilih menahan dan menimbun perasaan sakit demi menjaga sebuah hubungan dengan orang yang dianggap berharga.

Mungkin Gladys adalah salah satu manusia bodoh yang memilih tetap bertahan dalam sebuah hubungan. Meskipun tahu dihati Given tidak lagi menyebut namanya.

Gladys tahu suatu saat hal ini akan terjadi. Hanya melihat bagaimana Given berbicara dengan Liana saja sudah terlihat bagaimana kedekatan hubungan dua insan itu. Sebenarnya Gladys bukanlah tipe pasangan cemburuan dan possessive, tapi sebagai cewek normal tentu saja perasaan takut kehilangan itu ada.

Berulang kali Gladys mengelak tentang perasaan Given pada Liana, tetap saja tidak bisa merubah kenyataan kalau gadis itu memang ada dihati Given.

Tetapi lagi-lagi dengan bodohnya Gladys memilih menutup telinga berlagak tidak terjadi apapun. Banyak sekali peluang untuk menghapus perasaannya pada Given, tapi pada akhirnya hati tetap memilih menunggu dan bertahan . Sesakit apapun itu, cinta tidak mudah untuk dihapuskan.

Sakit hati yang terlalu sering datang menghampiri mulai membuat Gladys jenuh. Ia lelah terus bertahan untuk orang yang sebenarnya menimbun perasaan untuk perempuan lain. Bukan sekarang saja, mungkin perasaan Given pada Liana sudah ada sejak dulu bahkan sebelum mengenalnya. Yang lebih menyakitkan adalah kenapa Given baru menyadari perasaan itu setelah terlanjur membuat Gladys berharap terlalu tinggi?

Kenapa Given tega menduakan hatinya ketika Gladys sudah terbiasa dengan kehadirannya?

Lebih baik tidak perlu membuat nyaman jika berakhir meninggalkan. Karena rasa nyaman dan terbiasa akan terasa menyiksa saat setiap kebiasaan tidak bisa lagi dilakukan. Kebiasaan yang sulit ditemukan bersama orang lain.

Gladys pikir selama kni memang hanya ada namanya didalam hati Given. Tatapan, senyuman, suara tawa, perlakuan manis, lelucon yang sering dilakukan Given membuat Gladys merasa istimewa. Tapi ternyata tidak, ia hanyalah sosok yang hadir disela kekosongan hati yang masih terbayang oleh masa lalu.

Orang lain terlalu mudah mengatakan masa lalu seharusnya dilupakan dan diambil sebagian hal yang dapat menjadi pelajaran kelak. Namun, banyak orang masih saja terbayang oleh masa lalu dan tanpa sadar justru menyakiti perasaan orang lain.

Tidak ada manusia yang mau diduakan, lebih baik ditinggal dari pada bertahan namun kehadiran tidak pernah dihargai.

Untuk apa aku bertahan jika kamu tidak pernah berusaha mempertahankan keberadaanku?

Pertanyaan itu terus terngiang dipikiran Gladys. Ia tidak pernah memaksa apalagi mengemis agar Given tetap berada disisinya. Hatinya memang belum siap menerima kenyataan tetapi hatinya jauh lebih sakit saat melihat Given termenung memikirkan perempuan lain.

Benar, apa yang digenggam belum tentu selamanya ada disisi kita. Kalau hatinya memang hanya untukmu, sejauh apapun berlari dan terpisahkan ia pasti akan kembali. Jika tidak, berarti dia bukan takdirmu atau mungkin sejak awal dia tidak pernah menetapkan pilihan tetap berada dihidupmu.

"Katanya aku di ibaratkan bulan dan kamu matahari. Ternyata posisiku nggak seberuntung itu." Gladys tersenyum miris menatap sendu liontin kalung berhuruf G ditelapak tangannya. "Kamu memang matahari selalu memberi energi agar bulan bisa bersinar didalam kegelapan. Sayangnya, bulan itu bukan aku. "

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang