Twenty Five

302K 20.4K 1.8K
                                    

"Bertemu denganmu membuatku berhenti mencari."-GG

------

Kehadiran Liana memang membuat Given Pratama ketiban sial. Karena ucapan Liana, Gladys yang biasanya semanis gula berubah jadi sepedas keripik maicih level 10 atau mungkin lebih pedas dari itu.

Given menggaruk tengkuk leher bingung bagaimana menghadapi kemarahan Gladys. Sejak tadi pulang sekolah cewek itu masih saja diam, hanya sesekali menjawab jika pertanyaan Given penting. Bahkan selama perjalanan tidak ada lagi pelukan hangat di pingganggnya, cewek itu memilih duduk tegak tanpa bermanja-manja seperti biasa.

Givenkan jadi sedih..

Given sempat mengajak Gladys ke bask*n robbins, berharap dengan es krim hatinya akan kembali luluh. Tapi sayangnya Gladys tidak sebodoh itu, dia menolak keras ajakan itu dan memaksa Given langsung mengantanya pulang.

Sesampainya di rumah Gladys langsung memilih turun dari motor dan langsung masuk ke dalam rumah.

Merasa tidak tenang Given memilih ikut turun menyusul Gladys masuk kedalam rumah. Merasa diikuti Gladys berhenti tepat di depan pintu rumah, berbalik menatap sinis Given.

"Ngapain masih di sini?"

"I-itu.."

"Apa? Ngomong yang jelas."

Given meringis kecil melihat kejutekan Gladys sedang kumat.

"Itu.. masih marah ya?" Given menunduk dengan suara mencicit kecil tiba-tiba nyalinya ciut.

"Enggak biasa aja, justru harusnya aku yang minta maaf."

Given langsung mendongakkan kepalanya dengan mata berbinar penuh harap, tapi ucapan Gladys selanjutnya kembali membuatnya ingin meringkuk dan menangis.

"Maaf ya karena bokap kamu jadi harus deket sama aku lagi. Padahal waktu pentas seni kemarin kamu udah senengkan ya bisa jalan sama dia, suap-suapan gulali, mesra banget." Gladys tersenyum lebar tapi justru terlihat horor di mata Given.

"Waktu itu dia minta tolong, kasihan Glad dia sendirian nggak ada yang dia kenal. Lagian waktu itu kamu masih sama Iva--" Given merapatkan bibir kembali menunduk mendapat tatapan tajam Gladys.

"Waktu itu aku kepaksa! Nah kamu kayaknya bahagia banget pake senyum segala."

"Aku nggak senyum..."

"KAMU SENYUM!"

Given terlonjak kecil mundur selangkah mulai keder melihat tingkat kemarahan Gladys naik satu level.

"Aku sama dia cuma temenan Glad.."

"Sama aja! Kamu pikir kita awalnya nggak temenan gitu?!"

Yah, salah ngomong lagi...

"Kita beda Glad..."

"Beda apanya? Bahkan dulu kita musuhan! Nggak kayak kamu sama Liana yang temenan tapi mesra!"

Skakmat Given kicep maksimal sekarang. Given semakin menundukkan wajah tidak tau harus berkata apa lagi.

Gladys mendengus sebal menekan bel beberapa kali hingga beberapa saat pintu terbuka memperlihatkan sosok mbak Anin assisten rumah tangga di rumah itu.

"Eh udah pulang dek?" Mbak Anin mengerutkan kening melihat suasana tegang di antara kedua pasangan itu.

"Iya mbak, mama dimana?"

"Tadi barusan keluar sebentar nganterin berkas punya tuan."

Gladys membulatkan bibir membentuh huruf 'o'.

"Yaudah non mbak mau nyiram taneman dulu ya. Mari den.." Mbak Anin tersenyum sekilas pada Given kemudian berjalan keluar menuju taman belakang.

Gladys menunduk melepas sepatunya kemudian masuk tanpa perduli tatapan memelas Given.

Gladys berhenti melangkah saat merasakan tarikan kecil di ujung lengan seragamnya.

"Glad, jangan marah gini dong."

"Halah nggak usah sok sedih, sana ke Liana aja." Gladys menepis tangan Given kembali melangkah masuk kedalam rumah.

Given melepas sepatu dengan gerakan kilat kemudian berlari kecil mengekori kepergian Gladys. Dari kejauhan Mbak Anin masih mengamati kedua pasangan remaja itu. Tingkah Given sempat membuat Mbak Anin menggeleng geli.

Badan gede, muka sangar, otot di mana-mana eeeh benih takut istri-batin Mbak Anin.

"Gladys..."

"Ck, apaan sih?! Pulang sono!"

"Nggak mau, kamu masih marah gitu. Pokoknya aku nggak mau pulang."

"Aku udah bilang aku nggak marah!"

"Nggak marah tapi galak gitu."

"Aku memang galak dari lahir! Kenapa nggak suka?! Yaudah sana ke Liana yang lemah lembut nggak galak kayak aku!"

Yhaa salah lagi yhaa...

Tanpa izin Given mengulurkan tangan memeluk Gladys.

"EH NGAPAIN! LEPAS!"

"Nggak mau.."

"LEPASIN!"

"Nggak."

"GIVEN!"

Given tidak bergeming, semakin mengeratkan pelukanya saat Gladys kembali meronta. Given pernah lihat meme comic, katanya kalau cewek lagi marah jangan di balas atau di bantah tapi harus di peluk kayak gini.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Where stories live. Discover now