Twenty Three

328K 21.2K 1.5K
                                    

"Kalau memang jodoh, meskipun di pisahkan pasti akan menemukan jalan untuk kembali."

---------


Gladys mengunyah roti bakarnya dalam diam. Pandangannya masih fokus mengamati Henry dan Given yang sejak tadi asik membicarakan mobil dan topik mesin lainnya yang sama sekali tidak ia ketahui.

Setelah kemarin status mereka resmi kembali 'pacaran', Given pagi ini rela bangun lebih awal hanya untuk menjemput Gladys. Kebiasaan ini membuatnya kembali teringat masa lalu saat mereka berpacaran dulu, bedanya Given tidak pernah bisa masuk kedalam rumah karena Sonya yang tidak ramah pada cowok itu. Berbeda dengan sekarang, Sonya justru memaksa Given sarapan bersama, bahkan Sonya mengajak Given makan malam. Kelihatannya Sonya benar-benar serius ingin menjadikan Given menantunya.

Setelah memakan dua lembar roti bakar dengan selai cokelat dan meneguk habis susu Vanillanya, Gladys mengecek kembali isi tasnya takut ada tugas yang tertinggal. Merasa semua sudah lengkap Gladys menusuk pelan lengan Given dengan jari telunjuk "Ven."

Tidak ada jawaban.

"Given."

Masih tidak ada jawaban

"Veeeeeeeeeen."

Gladys menghela nafas frustasi saat Given masih tidak menanggapi panggilannya dan asik mengobrol dengan Henry.

"Ehm!" Gladys sengaja berdeham agak keras, namun Given masih saja tidak menoleh padanya. Henry sempat melirik sekilas putrinya namun memilih kembali melanjutkan obrolannya. Bahkan Sonya yang sedang mencuci piring menoleh saat mendengar dehaman Gladys.

Ini kenapa jadi gue yang di kacangin?

Gladys menusuk-nusuk lengan kokoh Given dengan jari telunjuknya. Bukannya menoleh Given justru meraih tangan itu dan membawanya dalam pangkuan, kemudian melanjutkan percakapannya dengan Henry.

Gladys mendengus kesal menyadari usahanya sia-sia, cowok itu masih saja asik dengan aktivitasnya sendiri. Gladys meraih garpu dengan tangan kirinya yang bebas dan mengetukkannya pada gelas menimbulkan bunyi dentingan yang cukup keras.

Reflek Given dan Henry menghentikan obrolannya, beralih menoleh kearah Gladys, bahkan Sonya sempat menghentikan aktivitasnya menoleh ke arah anak gadisnya.

"Kenapa?" tanya Henry heran melihat tingkah putrinya yang tak biasa.

"Gini aja baru pada notice, dari tadi kemana aja?" Gladys mencebikkan bibir memasang ekpsresi bete.

"Hah? Kita nggak denger kamu manggil." ucap Given.

"Tauk ah gelap!" Gladys memalingkan wajahnya bete.

Baru saja balikan, pengennya kan di perhatiin gitu eh malah papanya yang menang banyak.

"Halah, papa pinjem pacarnya bentar aja ngambek. Pelit." ejek Henry

Gladys semakin memanyunkan bibir dengan tangan terlipat di depan dada.

"Udah biasa gini Om." Given mengulurkan tangan kanannya membelai lembut pipi Gladys, "Jangan cemberut dong."

Gladys menepis pelan tangan Given, "Nggak usah sok perduli, sana ngobrol lagi sama Papa."

Sonya dan Henry saling bertukar pandang kemudian tawa mereka pecah begitu saja.

"Udah sekarang kalian berangkat dulu aja keburu telat, masalah rumah tangga di urus nanti aja." Sonya mengulum senyum geli melihat Given salah tingkah sedangkan Gladys masih diam dengan wajah bete akut.

Given menuruti ucapan Sonya, setelah mencium tangan kedua orangtua Gladys, Given meraih tangan Gladys membawanya menuju motornya di halaman depan.

Given melirik sekilas Gladys yang masih diam sejak tadi. Melihat gadis itu ngambek justru membuat cowok itu senang, aneh memang tapi tingkah Gladys yang seperti inilah yang membuat dia rindu setengah mati saat harus berpisah dulu.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Where stories live. Discover now