Kebimbangan hatinya ini membuat Given mulai ragu, apakah memang selama ini hatinya sudah tepat memilih atau ada hati lain yang tanpa sadar menjadi pengisi kekosongan hatinya?

Jujur Given mulai takut pada perasaannya sendiri,  ia tidak ingin menyakiti siapapun. Padahal karena kebimbangannya ini tanpa sadar sudah melukai hati kedua gadis itu.

Liana tersakiti karena lagi-lagi Given bertingkah memberinya harapan lebih , dan Gladys tertekan dengan perasaan gelisah takut kehilangan. Ketidak tegasan Given membuat bingung kedua gadis itu.

Bahkan ketiga sahabat Given juga tidak bisa menebak jalan pikiran dan apa yang sebenarnya terjadi. Kadang Given terlihat peduli pada Liana tetapi terkadang Given terlihat sangat bahagia jika sedang menghabiskan waktu bersama Gladys. Hanya sekedar menduga tanpa bisa memastikan kebenaran. Mereka menduga yang ada dihati Given sebenarnya adalah Gladys tapi tidak ada yang tahu apakah memang itulah kenyataannya.

Given memarkirkan motornya, cukup lama perjalanan yang mereka lalui hingga tanpa sadar langit biru sudah beralih menjadi jingga.

"Pantai? Pakai seragam? " Gladys menatap tak percaya.

"Nggak masalah,  yang penting masih pakai baju bukannya telanjang. " kata Given dengan santai meraih tangan Gladys membawanya mendekat ketepi laut.

Pantai itu tidak terlalu ramai pengunjung, hanya ada beberapa orang penjual souvernir dan pengunjung yang kebanyakan adalah keluarga.

Given mendudukkan diri dipasir pantai, ia membuka jaket meletakkan tepat disampingnya. Given menepuk jaket itu memberi tanda agar Gladys duduk disana. "Sini. "

Gladys mengangguk sekilas dengan patuh mendudukkan diri disamping Given. "Tumben kamu ajak aku ke pantai? "

"Kamu suka pantai kan? " Given tersenyum menatap gelombang air laut yang membasahi pasir pantai. "Aku masih inget waktu kamu cerita tentang cita-cita kamu menikah dipantai. Waktu dengerin kamu cerita yang ada dipikiranku cuma satu, kamu korban drama korea. "

"Enak aja, itu romantis ya! " Gladys mendorong lengan Given cukup keras membuatnya agak oleng  kesamping.

Given menaikkan sebelah alis. "Romantis apanya? Kalau tiba-tiba ada tsunami langsung batal nikah. "

"Kenapa pikirannya sampai tsunami sih? negative thinking terus."

"Itu bukan negative thinking tapi realistis. Bencana alam itu nggak bisa diduga, jangankan bencana masalah hidup aja manusia nggak bisa duga. "

Gladys mengerucutkan bibir kesal, tapi meskipun begitu ia tidak bisa membantah ucapan Given karena kalau dipikir memang ada benarnya.

"Sering banget bibirnya dimajuin,  pengen banget dicium? " Given menundukkan wajah menyejajarkan dengan wajah Gladys.

Gladys memutar bola matanya malas "Jangan mulai ya, Ven. "

Given terkekeh geli dengan gemas mengacak puncak kepala Gladys. "Cantik-cantik galak. "

"Dari pada kamu badan berotot tapi manja. " kata Gladys dengan tangan sibuk merapikan rambutnya yang berantakan karena ulah Given.

"Pinter jawab ya sekarang. " Given mendorong pelan kening Gladys dengan jari telunjuk.

"Belajar dari kamu, hehe. "

Given terdiam menikmati wajah cantik gadis yang duduk disampingnya. Semilir angin menerbangkan rambut panjang Gladys semakin membuat Given terpesona. Sampai detik ini ia tidak menyangka bisa mendapat pacar seperti Gladys.

Perlahan Given meraih tangan Gladys    sesekali memainkan jari mungil gadis itu. "Glad, besok kalau udah lulus kamu mau lanjut kemana?"

Gladys menaikkan kedua alis. "Bukannya kamu udah tahu kalau aku tertarik dunia fashion? "

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Where stories live. Discover now