Part 29 | Nukleon

89.1K 10.5K 926
                                    

PERNYATAAN cinta kedelapan dan tembakan pertama. Sungguh, andai nominasi cowok paling gigih itu ada, pasti Fathan bablas jadi pemenangnya. Dari modus halus hingga modus kelas berat disikat semua. Herannya, Gladys masih susah bilang iya.

Alasan pertama, statusnya masih pacar dua bulan Varel. Setoksik apa pun cowok itu, Gladys tidak mau ikutan toksik juga. Kedua, hidupnya masih ribet untuk diisi cinta-cintaan. Ketiga, pengalaman orang tuanya cukup memberikan trauma tersendiri soal hubungan. Keempat, jadwal Gladys padat sedangkan pacar sungguhan kalau tidak dikabari satu kali dua puluh empat jam bakal menciptakan perang dunia. Kelima, Gladys masih cinta dengan oppa Korea.

Jadi, apa jawaban Gladys? Makasih, pikir-pikir dulu.

Menimbang kedekatan mereka, rasanya agak kurang etis jika dirinya langsung menolak.

"COBRA pasti bisa! Senjayana juara!"

Gladys mengangguk saja ketika Fathan menunjuk bangku tribune yang sudah ia pesan kemarin. Sorak-sorai suporter memenuhi Gelanggang Olahraga Satria. Berhubung ini weekend makanya penontonnya bejibun. Gladys bisa melihat jika pasukan alay berkumpul di sisi utara lapangan sambil membawa spanduk, tepat di belakang tempat duduknya.

"Domaktinting jos! Kak Vareeeel, aku padamuuu!"

"Jalan-jalan ke Kota Pemalang. Semangat tandingnya, Jeki sayang!"

Bola mata Gladys berputar. Perasaan, kemarin dia dengar sendiri banyak yang mengatai Varel payah, hari ini kok ganti menyemangati? Hadeh, kelakuan suporter ternyata sebunglon ini.

Pandangan Gladys bergulir ke lapangan.

"Lih, sebenernya males banget nonton. Kalau aja bukan karena Fathan mohon-mohon, ogah! Mending tidur sampe sore," dumal Gladys.

Bukannya dia tidak cinta dengan sekolahnya. Hanya saja, siapa sih yang tidak mendadak rajin saat weekend? Rajin dalam hal malas-malasan dan mageran, maksudnya.

Senin sampai Jumat, Gladys sudah capek sekolah dan jualan. Ya kali Sabtu-Minggu tak dipakai untuk beristirahat? Memangnya dia titan?

"Awas aja kalau Fathan mainnya jelek! Udah gue bela-belain berkorban jatah goleran, bangke bener kalau gue cuma jadi saksi kekalahan," gumam Gladys sambil menatap Fathan yang berdiri menyebelahi Dedemit Fisika. Varel ternyata juga tengah memandang ke arahnya selagi mendengar arahan Pak Priyo.

Tidak mempan. Belangnya Varel sudah kebanyakan. Mau secakep apa pun penampilan Varel dalam balutan seragam basket biru dongker, di mata Gladys, cowok itu tak jauh berbeda dari barongsai sekarang.

Barongsai yang kebetulan jago fisika. Barongsai yang kebetulan jadi pacar kontraknya. Barongsai yang kebetulan aduhai mukanya. Barongsai yang kebetulan begonya luar biasa karena memihak Fareina.

Aduh, Gladys jadi menyesal kenapa tadi dia tidak membawa sandal kulit durian buat menampol barongsai satu itu.

Aduh, Gladys jadi menyesal kenapa tadi dia tidak membawa sandal kulit durian buat menampol barongsai satu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Heliosentris [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang